Mengenal Night Terror dan Cara Mengatasinya

Oleh: dr. Sutrisno

SEBAGAI orang tua, kita dihadapkan pada banyak tantangan dalam hal mengasuh anak-anak. Kejadian yang membingungkan atau me­nyusahkan di antaranya saat anak mengalami mim­pi buruk yang mengerikan atau lebih buruk lagi berupa night terror.

Teror tidur atau teror ma­lam (night terror) adalah ke­adaan mena­kut­kan yang mun­cul selama tidur, disertai dengan teriakan, keluarnya keringat, gerakan memukul-mukul, menangis, atau bah­kan halusinasi.

Saat seseorang tidur dan meng­alami mimpi buruk, biasanya dia akan terbangun dan dapat mengingat peng­alaman tidak mengenakkan ter­sebut. Namun, pada kasus night terror, bukan itu yang terjadi. Pen­derita te­ror ma­lam jarang sadar secara spon­­tan. Bahkan ketika setengah sa­dar pun ia tidak mengenal keadaan di sekitarnya dan ti­dak dapat dite­nang­kan selama serangan itu masih berlang­sung. Serangan teror malam bia­sanya hanya terjadi selama be­berapa menit, dan penderi­ta akan ter­tidur kembali se­telahnya.

Penyebab teror malam masih be­lum diketahui secara pasti, tapi fe­nomena ini dike­lompokkan sebagai gang­gu­an tidur atau dalam bahasa medis disebut parasomnia. Parasom­nia dikaitkan dengan belum matang­nya sistem sa­raf pusat, dan lebih se­ring di­jumpai pada anak-anak. Te­ror malam cenderung meng­hilang de­ngan sendirinya seiring bertam­bah­nya usia.

Baik teror tidur maupun mimpi bu­ruk dikaitkan de­ngan pengalaman-peng­alam­an yang menimbulkan te­gangan dalam pola hidup atau kegiatan individu sehari-hari. Kedua gangguan tidur tersebut dianggap se­bagai respon terhadap konflik atau ke­adaan emosi tertentu. Ku­rang ti­dur, kelelahan, stres, gangguan per­na­pasan, de­mam, migren, cedera ke­pala, serta perubahan lingkungan se­per­ti suara dan cahaya, me­rupakan be­be­rapa penyebab yang dapat me­mi­cu teror ma­lam. Selain itu, faktor ketu­runan juga turut mening­katkan kerentanan seseorang mengalami teror malam.

Fenomena teror malam di­kaitkan dengan fenomena berjalan sambil tidur (sleepwalking) dan keduanya me­­miliki beberapa karakteristik serupa. Kedua gangguan ti­dur ter­se­but timbul saat tran­sisi dari stadium tidur 4 se­hingga memiliki ciri dari ke­adaan terbangun (bersuara) dan tertidur (tidak respon ter­hadap lingkungan), umum­nya terjadi amnesia terhadap kejadian tersebut. Sebagai perbandingan, mimpi buruk berpusat pada sepertiga akhir fase tidur malam, saat fase tidur Rapid Eye Movement (REM)/tidur dengan gerakan mata cepat) paling dominan.

Ahli gangguan tidur, Lisa Shives, yang juga pendiri Northshore Sleep Medicine, dari Amerika Serikat me­nga­takan, teror malam biasa­nya ter­jadi pada 1% hingga 6% anak-anak, namun pada kasus langka bisa juga terjadi pada orang dewasa. Anak usia prasekolah dan sekolah lebih sering terkena teror malam karena mem­punyai persenta­se stadium tidur 4 yang relatif lebih tinggi.

Faktor lain yang dikaitkan dengan peningkatan persen­tase stadium tidur 4 seperti kurang tidur atau pengaruh obat-obatan tertentu dapat mening­kat­kan frekuensi ke­jadian teror ma­lam pada anak-anak yang mengalami kerentanan. Teror malam umumnya terjadi selama 2 jam pertama tidur. Hal ini sesuai dengan waktu dimana stadium tidur 4 paling domi­nan.

Gambaran klinis teror malam yang dapat dijumpai antara lain se­bagai berikut:

1. Gejala utamanya yaitu satu atau lebih episode terba­ngun dari tidur, mulai de­ngan berteriak karena panik, disertai kecemasan yang hebat, se­luruh tubuh bergetar dan hiperak­ti­vitas otonomik seperti jantung ber­debar-debar, napas cepat, pupil mele­bar dan berkeringat.

2. Episode ini dapat ber­ulang dengan durasi setiap episode sekitar 1-10 menit, dan biasanya terjadi pada se­pertiga awal fase tidur ma­lam.

3. Penderita relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mem­pengaruhi keadaan teror ma­lamnya, dan kemudian da­lam beberapa menit setelah terbangun biasanya penderita akan mengalami disorientasi dan gerakan-gerakan ber­ulang.

4. Ingatan terhadap keja­dian, ka­laupun ada sangat minimal (biasanya terbatas pada satu atau dua bayangan yang terpilah-pilah).

Jika anak Anda mengalami teror malam, Anda harus ber­usaha tetap te­nang dan jangan mencoba mem­bangunkannya sebab mereka sebe­narnya se­dang tidur dalam. Jangan biarkan ada yang memberita­humu bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk teror malam, karena itu sama se­kali tidak benar.

Anda bisa coba peluk anak Anda jika dia mengizin­kannya. Anda harus tunggu beberapa saat dan mereka akan kembali terti­dur setelahnya. Selain itu pastikan tidak ada barang di se­kitar yang dapat melukai tu­buhnya.

Perlu diketahui bahwa sa­ngat pen­ting untuk menyim­pan catatan harian tidur, ma­kan dan aktivitas anak An­da. Informasi tersebut dapat mem­­­bantu Anda mengetahui penye­bab anak Anda terkena teror malam.

Rutinitas tidur mene­nang­kan da­pat membantu anak-anak untuk ri­leks dan dapat membantu mereka menghin­dari mimpi buruk dan teror malam hari. Berikut ini be­berapa tips tidur yang dapat dipraktikkan untuk memban­tu mengatasi masa­lah tidur anak Anda:

- Jangan biarkan anak An­da ter­lalu lelah. Tetapkan wak­tu tidur rutin (jam tidur dan bangun) dan tetap­lah ber­patokan dengan itu, bahkan di ak­hir pekan. Pastikan anak Anda men­da­patkan jumlah tidur yang dia butuhkan. Anak-anak memiliki tidur pa­ling nyenyak jika jam ti­durnya teratur.

- Lakukan rutinitas mene­nangkan kira-kira satu jam sebelum tidur. Ru­tinitasnya harus mencakup kegiatan san­tai, seperti mendengarkan musik lem­but, membaca dan/atau meman­dikan anak Anda. Hindari mem­biar­kan anak Anda menggunakan pe­rang­­­kat elektronik saat mendekati jam tidur, dan singkirkan dari kamar tidur anak untuk meng­hindari godaan.

- Jaga agar kamar tidur te­tap sejuk dan nyaman. Tem­peratur terbaik untuk kamar tidur adalah antara 20 dan 22 derajat Celsius.

- Jangan ajak anak Anda berak­tivitas setelah Anda menyelesaikan rutinitas tidur Anda. Saat sudah jam tidur, beri mereka ciuman dan ting­galkan mereka.

Mimpi buruk, teror ma­lam atau gangguan tidur bisa meresahkan. Namun orang­tua yang menunjukkan sikap tenang dan percaya diri se­benarnya akan meyakinkan anak dan membuat mereka merasa aman. Anda bisa mencoba beberapa tips tidur yang diuraikan di atas.

Apa­bila anak Anda mengalami teror malam yang membuat Anda khawatir dan Anda ti­dak dapat menemukan pe­nyebab utamanya, atau jika teror malam menyebabkan perilaku berbahaya atau bertahan sampai usia remaja dan seterusnya, berkonsulta­silah dengan dokter Anda. Bagikan catatan harian tidur yang telah Anda simpan de­ngan dokter Anda.

(Penulis adalah dokter lulusan USU)

()

Baca Juga

Rekomendasi