Penelitian Baru:

Produk Zaman Perunggu Terbuat dari Meteorit

ZAMAN Perunggu (Bronze Age) adalah periode perkem­bangan sebuah peradaban yang ditandai dengan peng­gunaan teknik melebur tembaga dari hasil bumi dan membuat perunggu. Secara urut, zaman ini berada di antara Zaman Batu dan Zaman Besi.

Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman untuk masyarakat prasejarah dan terjadi setelah Zaman Neolitikum di beberapa wilayah di dunia. Di sebagian besar Afrika subsahara, Zaman Neolitikum langsung diikuti Zaman Besi. Sebagian besar perkakas perunggu yang tersisa adalah alat atau senjata, meskipun ada beberapa artefak ritual yang tersisa.

Waktu dimulainya Zaman Perunggu berbeda-beda pada setiap kebudayaan, bergantung pada perkembangan sejarah tulisan pertama. Berdasarkan bukti arkeologis, budaya di Mesir (hieroglif Mesir), Timur Dekat (kuneiform), dan Mediterania menggunakan sistem penu­lisan yang masih bertahan.

Terkait dengan itu, studi baru me­ngung­kapkan bahwa sebagian besar besi yang digunakan dalam persenjataan dan artifak dari Zaman Perunggu ternyata berasal dari luar Bumi.

Studi itu lebih lanjut menje­laskan bagaimana leluhur kita dapat meng­gunakan logam tanpa akses peleburan.

Penelitian baru pimpinan ilmuwan Prancis Albert Jambon dan dipu­bli­kasikan dalam Jurnal Sains  Arkeologi menggunakan analisis geokimia untuk mem­bedakan logam dari  bumi dan luar bumi yang ditemukan di sejumlah artifak Zaman Pe­runggu di seluruh dunia.

Peneliti mengungkap  pene­muan mengejutkan di balik pisau belati milik Firaun Tutankhamun. Berdasarkan ana­lisis dengan menggunakan sinar X, terungkap besi yang pada pisau itu berasal dari meteorit. Bermula pada tahun 3300 SM di dekat Asia Selatan, Zaman Perung­gu dikate­gorikan karena meluasnya penggunaan perung­gu dalam senjata, peralatan se­hari-hari, dan dekorasi.

Pilihan utama

Perunggu dibuat dengan mele­bur tembaga dan mencampurnya dengan timah dan logam lainnya. Karena tahan lama dan mudah didapat, perunggu menjadi pilihan utama sampai akhirnya diganti­kan oleh Zaman Besi yang dimulai sekitar 2.000 tahun kemudian.

Namun bukan berarti bahwa besi tak digunakan pada Zaman Perunggu. Dalam beberapa kesempatan, arkeolog menemu­kan peralatan yang terbuat dari besi, termasuk belati Firaun.

Para ilmuwan sudah lama mem­perkirakan bahwa alat besi pada Zaman Perunggu terbuat dari meteorit. Untuk menentukan apakah bahan pembuat artefak besi sebelum Zaman Besi berasal dari Bumi atau angkasa luar, ilmuwan dari National Center for Scientific Research (CNRS) Albert Jambon, melaku­kan analisis kimia terha­dap beberapa sampel dari Zaman Perunggu, termasuk belati Firaun.

Jambon menganalisis gelang dan sandaran kepala milik Firaun Tutank­hamun, bersama dengan belatinya yang dibuat pada tahun 1350 SM, kapal dari Suriah dan Tiongkok (1400 SM), sebuah liontin dari Suriah (2300 SM), belati dari Turki (2500 SM), dan manik-manik dari Mesir (3200 SM) -- tahun-tahun sebelum Zaman Besi dimulai.

Jambon menggunakan spek­trometer fluoresensi sinar X dalam penelitian. Alat itu mampu menentukan unsur-unsur yang membentuk sebuah batu atau logam tanpa merusak sampel.

Dengan menggunakan alat tersebut, Jambon dapat melihat apakah sebuah logam murni berasal dari Bumi atau dari meteorit.

Meteorit besi biasanya me­ngandung kadar nikel dan kobalt yang lebih tinggi dibanding besi yang berasal dari Bumi.

Benar saja, seluruh sampel yang diuji memiliki kadar nikel dan kobalt yang terlihat pada meteorit besi.

Jambon pun menyimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh barang besi dari Zaman Perunggu terbuat dari besi meteo­rit, hingga akhirnya ditemukan teknologi peleburan menandai dimu­lainya Zaman Besi sekitar tahun 1200 SM. (ngc/wac/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi