DUNIA menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan. Bagi Anda penggemar misteri, nama Yeti tentunya tak asing lagi. Sejumlah orang mengaku pernah melihat penampakan makhluk misterius itu. Namun, tidak ada yang pernah tahu bukti nyata keberadaannya.
Apakah benar Yeti ada? Atau, Yeti hanya cerita rakyat yang disebarluaskan secara turun temurun hingga ratusan tahun? Yeti sering digambarkan seperti manusia salju yang buruk rupa, tinggi dan besar dengan bulu tebal berwarna putih.
Orang Tibet menyebut Yeti dengan nama miché yang artinya manusia beruang. Terkadang, mereka juga menyebutnya dengan nama mirka yang artinya manusia liar.
Yeti adalah salah satu "manusia-kera". Di tempat lain di dunia, orang membicarakan dongeng Bigfoot atau Sasquatch. Bentuk Yeti asalnya dari cerita rakyat. Karakternya adalah bagian kuno yang penting dari legenda dan sejarah Sherpa, masyarakat yang tinggal pada ketinggian rata-rata 12.000 kaki di Nepal timur.
Beberapa bukti adanya kehidupan Yeti memang menimbulkan teka-teki. Seperti tulang, gigi, kulit, rambut dan feses yang ditemukan di gunung Himalaya di Nepal dan Dataran Tinggi Tibet, diklaim sebagai bukti kuat keberadaan manusia salju itu.
Penemuan tadi membuat heboh orang di berbagai negara. Ada yang percaya, namun tidak sedikit pula yang mempertanyakannya, hingga peneliti membuktikan semua penemuan itu adalah kepalsuan yang menyesatkan. Seperti dikutip dari Mirror belum lama ini, peneliti mengklaim semua penemuan tersebut tak ada hubungannya dengan Yeti.
Legenda Yeti menjadi bagian cerita rakyat
Tes DNA membuktikan sampel-sampel yang ditemukan itu berasal dari beruang dan anjing. Charlotte Lindqvist, ketua penelitian dari University of Buffalo, Amerika Serikat (AS), mengatakan penemuan timnya cukup kuat secara biologis.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa genetika juga harus diperhatikan untuk mengungkap misteri serupa lainnya. Jelas, sebagian besar penemuan Yeti berasal dari beruang," tandas Lindqvist.
Menurut para peneliti dalam jurnal "Proceedings Of The Royal Society B", penelitian yang dilakukan Lindqvist dan kawan-kawan merupakan yang paling serius terkait dengan makhluk mitos serupa primata itu.
Adapun hasil dari penemuan tersebut membuktikan bahwa sampel kulit yang ditemukan berasal dari beruang hitam Asia. Sementara tulangnya dari beruang cokelat Tibet.
Selain memecahkan mitos Yeti, penelitian ini juga menemukan informasi tentang sejarah evolusioner beruang Asia. "Mengklarifikasi struktur populasi dan keragaman genetik dapat membantu dalam memperkirakan ukuran populasi dan strategi pengelolaan," kata Lindqvist.
Keberadaan beruang coklat di wilayah gunung tertinggi itu juga sedang terancam. "Beruang di wilayah ini begitu rentan atau terancam punah dari perspektif konservasi, namun tidak banyak yang diketahui soal sejarah mereka," jelasnya.
Legenda Yeti telah menjadi bagian cerita rakyat Nepal yang usianya ratusan tahun. Kisah soal manusia salju menyeramkan itu pertama kali populer di Barat pada abad ke-19.
Sejumlah penampakan makhluk dan jejak kakinya mulai bermunculan sejak itu. Namun semua itu juga diduga dibuat, didukung oleh foto buram dan cuplikan video yang goyah. Hingga kini pun, tidak ada bukti pasti yang membuktikan Yeti itu nyata. (idpc/cnn/es)