Sekilas tentang Keberadaan Komet

KOMET adalah sebuah benda langit (Baca: Fenomena Alam di Langit) yang umumnya me­nge­lilingi matahari. Biasanya komet memiliki garis edar yang ben­tuknya lonjong, parabolis maupun hiperbolis. Komet sendiri berawal dari bahasa Yunani yang berarti rambut panjang. Karena me­ngam­bil bentuknya yang umum­nya memiliki ekor panjang.  Ada juga yang menyebut bintang berekor, namun se­butan tersebut tidak bisa digunakan karena komet bukanlah bintang.

Hampir seluruh komet yang dikenali mendekati Matahari da­lam jarak antara 0.005 hingga 2.5 AU pada perihelion. Apabila perihelion komet lebih jauh dari 2.5 AU, komet biasanya tidak dapat diamati. Banyak diantara komet memiliki aphelion di sekitar orbit planet luar. Sek­elompok yang terdiri dari sekitar 75 komet dike­tahui sebagai “ke­luarga dekat” Jupiter dan me­miliki aphelion dise­kitar orbit planet tersebut.

Beberapa di antaranya meru­pakan kelompok komet yang mengorbit secara bersama-sama. Komet jenis ini biasanya meru­pakan sisa-sisa dari sebuah komet raksasa yang kemudian pecah dikarenakan pengaruh gravitasi dari Matahari atau sebuah pla­net.  Komet terbagi menjadi dua jenis jika dilihat dari bentuk dan pan­jang lintasannya. yaitu :

1. Komet Berekor Panjang

 Komet berekor panjang meru­pakan komet yang memiliki garis lintasan terjauh dan melalui daerah yang sedikit tersentuh cahaya mataharinya, hal ini me­nye­babkan komet melewati suhu dingin (Lahar Dingin). Karenanya ekor­ komet ini memiliki kesem­patan untuk menyerap gas-gas dari daerah yang dilaluinya.

Saat komet mulai mendekati matahari, maka komet tersebut melepaskan gas dan membentuk koma serta ekor yang sangat panjang. Contohnya saja komet ekor panjang adalah komet Ko­houtek yang melintas matahari setiap 75.000 tahun sekali dan ada juga komet Halley yang melintas pada saat 76 tahun sekali menurut ukuran waktu bumi. Dengan begitu komet panjang ini jika dilihat sangatlah indah.

2. Komet Ekor Pendek

 Komet ekor pendek adalah komet yang memiliki garis lintas sangat pendek dan tidak melewati daerah dingin. Sehingga komet ini tidak memiliki kesempatan untuk menyerap banyak gas di tempat yang dilaluinya. Ketika jenis komet tersebut mendekati matahari, komet melepasan gas yang sangat sedikit dan hanya bisa membentuk koma serta ekor yang pendek.

Bahkan beberapa peneliti me­nga­takan bahwa ekor komet ini seringkali tidak berbentuk sehing­ga hanya inti dan koma saja.

Contoh dari koma ekor pendek ada­lah komet Encke yang sering me­lintas mendekati matahari (Baca: Pro­ses Terjadinya Gerhana Mata­hari) setiap 3.3 tahun seka­li.Bahkan ko­met ini sering kali tidak berekor atau tidak memiliki ekor karena ti­dak ada­nya gas yang mengalami penguapan.

Susunan

Selama berabad-abad, kemun­culan sebuah komet dipercaya sebagai suatu pertanda akan da­tang­nya sebuah malapetaka besar. Para Astronom Babylonia dan Tiongkok mempercayai bah­wa komet adalah objek yang beredar di angkasa sebagaimana halnya planet. Bangsa Yunani berangga­pan bahwa komet ada­lah fenomena atmosfer, sejenis de­ngan uap air yang berasal dari permukaan Bumi.

Pandangan ini sempat diterima secara meluas hingga di abad XVI, saat Tycho Brahe mema­parkan pandangannya bahwa komet tidak hanya sebuah feno­mena alam, tetapi diyakini se­bagai sebuah benda angkasa yang letak­nya dari bumi lebih jauh daripada Bulan

Seabad kemudian, Sir Isaac Newton menemukan sebuah me­to­de untuk menghitung orbit dari sebuah komet berdasarkan linta­san yang dapat diamati di ang­kasa. Newton menentukan bahwa komet yang nampak pada bulan Desember 1680 mengikuti orbit parabola yang sangat panjang.

Edmund Halley, seorang ilmu­wan yang hidup sezaman de­ngan Newton menemukan bahwa orbit dari komet yang pernah muncul pada tahun 1531, 1607, dan 1682 adalah hampir identik. Penemuan ini membawanya kepada suatu kesimpulan bahwa ketiga pen­am­pakan tersebut melibatkan komet yang sama. Ia kemudian mera­malkan bahwa komet tersebut akan muncul lagi pada tahun 1758.

Komet berasal dari awan Oort yang terletak di sisi luar sistem tata surya. Awan Oort berisi triliunan komet. Seiring berja­lannya waktu, komet-komet ber­pi­sah dari awan dan terlempar ke matahari. Inti komet terletak di pusat, terbuat dari gas serta debu batuan dan merupakan benda padat yang stabil.

Pada saat komet mendekati matahari, sebagian materi terse­but terlontar dari kerak inti komet.

Ekor ion, dapat mencapai 100 juta km, terbentuk dari pro­ses ionisasi gas pada saat berinteraksi dengan angin matahari. Dan ekor komet selalu menjauhi matahari. Hal ini disebabkan oleh angin matahari menerpa awan  gas yang melingkupi komet. Ketika komet mendekati matahari, ekornya terbentang ke belakangnya.

Komet baru yang ilmuwan amati tampaknya berasal dari selubung benda es yang besar yang berada sekitar satu tahun cahaya dari Matahari. Model ini dikem­bangkan tahun 1950an oleh astro­nom Belanda Jan Oort (1900–1992). Awan Oort yang belum teramati tersebut dapat memuat 100 miliar benih komet.

Gangguan gravitasi dari bin­tang lain di sekitar Matahari da­pat mengganggu keseimbangan awan ini dan mengirimkan bebe­rapa komet secara acak menuju Matahari. Komet tersebut akan menjadi komet periode panjang, yang orbitnya hampir parabola dan periode revolusinya menge­lilingi Matahari mencapai 200 hingga jutaan tahun. Komet de­ngan periode yang lebih pendek mengorbit seperti planet dan berasal dari Sabuk Kuiper.

Sabuk ini berada lebih dekat ke Tata Surya dalam daripada Awan Oort.Bila sebuah komet lewat di dekat sebuah planet raksasa, terutama Yupiter, ia akan di­pengaruhi oleh gravitasi planet tersebut. Komet dapat jatuh ke planet atau dipercepat dan keluar dari Tata Surya, atau bergerak dalam orbit lonjong lebih dekat lagi ke Matahari. (igc/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi