Oleh: Bhikkhu Thitavamso Thera
NamoTassaBhagavatoArahatoSammasambuddhassa
JIKA kita mengenal ajaran Buddha tentu kita tidak merasa asing lagi dengan “metta” cinta kasih, ya tentu karena atas dasar cinta kasih kesemua umat manusia sidharta gotama meninggalkan istana untuk mencari obat menghentikan penderitaan umat manusia, setelah beliau menjadi Samasambuddha ajaran-ajaran yang beliau ajarkan bersumber dari “metta” cinta kasih, karena cinta kasih yang mendalam lah yang mampu menyelami ajaran-ajaran mulia dari Samasambuddha.
Untuk memancarkan cinta kasih kesemua makhluk Buddha mengajarkan salah satu bait di karaniametta sutta: “mata yatha niyam puttam, ayusa ekaputtamanurakkhe, evampi sabbabhutesu, manasambhavaye aparimanam. Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan juwanya, untuk melindungi anaknya yang tunggal, demikianlah terhadap semua makhluk, dipancarakannya pikiran kasih saying tanpa batas”. Dengan berpikir selayaknya yang memiliki anak semata wayang maka cinta kasih semakin berkembang, dengan berkembangnya cinta kasih maka akan lebih mudah menyelami ajaran mulia ini, berkembangnya zaman rasa cintakasih mungkin sudah berbeda ketika sammasambuddha masih ada didunia ini, maka dari itu dengan pengertian demi kemajuan dalam mengembangkan cintakasih lebih luas ada yang disubut perayaan hari raya Metta dimana biasanya dirayakan pada akhir tahun dan awal tahun.
Hari raya Metta ini tidak ada hubungan dengan kehidupan Buddha Gotama.
Hari raya Metta ini baru ditetapkan pada tahun 1970 oleh World of Buddhist Council di Hongkong. Peristiwa ini terjadi sehubungan dengan peresmian sebuah rumah sakit Buddhis di Hongkong yang dihadiri oleh umat Buddha dari perwakilan seluruh dunia pada tanggal 1 Januari 1970. Dalam kesempatan ini Perhimpunan Sangha Sedunia menyatakan bahwa: Rumah sakit yang bersifat sosial merupakan perwujudan cinta kasih yang nyata. Maka seyogianya di dalam memperingati hari Metta, pikiran kita penuh dengan perbuatan-perbuatan kemanusiaan dan secara khusus melaksanakan Metta Bhavana. Pada hari raya Metta sebaiknya umat Buddha melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat cinta kasih.
Umat Buddha di dalam melaksanakan cinta kasih tidak hanya terbatas oleh waktu atau pada manusia saja, tetapi kapanpun itu bias dipraktekan kepada semua makhluk. Demikian juga dengan cinta kasih yang tidak hanya sebatas saudara kandung yang dilaksanakan oleh Sang Buddha, yang bekerja demi kesejahteraan serta kebahagiaan semua makhluk, baik itu yang mencintainya maupun yang memusuhinya atau bahkan yang ingin membunuhnya, baik itu kepada orang jahat, kepada orang baik, Buddha memancarkan kasih sayang sama yang sama. Buddha menganjurkan kepada para siswanya untuk melatih metta dengan sangat teliti.
Tingkatan metta yang dianjurkan bagi para bhikkhu untuk dicapai mereka dapat dimengerti bila meninjau sabda Buddha: "Jika perampok-perampok kejam memotong anggota badanmu satu-persatu dengan gergaji, dan bila saat itu engkau mengisi hatimu dengan kebencian terhadap mereka, maka sesungguhnya engkau bukanlah pengikutku." DiDhammapada, sukha vagga 197, Buddha bersabda: "susukham vata jivama, verinesu averino, verinesu manussesu, viharama averino, sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci, diantara orang-orang yang membenci, diantara orang-orang yang membenci, kita hidup tanpa membenci”.
Dengan uraian di atas jelaslah bahwa masalah cinta kasih dalam agama Buddha sangatlah dalam maknanya. Sekarang tinggal diri kita untuk melatih “metta” yang telah ada. Dimulai dari diri sendiri, kita berusaha mengembangkan cinta kasih sedikit demi sedikit kepada semua makhluk, tanpa memandang Agama, kepercayaan, bangsa, ras, atau kelamin, termasuk kepada binatang.
“Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia”