Menguak Tulip

Bunga Bangsa Turki Jadi Identitas Belanda

TULIP merupakan nama ge­nus untuk 100 spesies tumbuhan berbunga yang termasuk ke dalam keluarga Liliaceae. Tulip berasal dari Asia Tengah, tumbuh liar di kawasan pegu­-nungan Pamir dan pegunungan Hindu Kush dan stepa di Kazakhstan. Negeri Belanda terkenal sebagai negeri bunga Tulip. Tulip juga meru­pakan bunga nasional Iran dan Turki.

Tulip merupakan tumbuhan tahunan berumbi yang tingginya antara 10–70 cm, daunnya berlilin, berbentuk sempit memanjang berwarna hijau nuansa kebiru-biruan, dan bunganya berukuran besar terdiri 6 helai daun mahkota.

Tulip hasil persilangan meng­hasilkan bunga berwarna tunggal, merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu, atau berbagai macam kom­binasi dan gradasi warna.

Tulip menghasilkan biji-biji berben­tuk bundar pipih yang dibungkus kapsul kering. Seperti halnya bunga mawar, lili, anggrek dan peony, tulip adalah tanaman bunga yang paling banyak dibudi­dayakan manusia.

Seperti yang kita ketahui bahwa  Belanda masih dikenal karena bunga tulipnya. Negeri 'kincir angin' itu memang terkenal dengan budidaya bunga tulipnya yang mendunia.

Saking akrabnya masyarakat setem­pat dengan tumbuhan yang satu ini, sampai-sampai Belanda pun dijuluki dengan Negeri Bunga Tulip. Tanaman yang satu ini seakan-akan telah men­jadi iden­titas nasional di negara itu.

Namun, mungkin tidak banyak yang tahu kalau  sejarah kehadiran bunga tulip di Belanda sebenarnya memiliki kaitan erat dengan Kesultanan Turki Utsmaniyah.

Menurut catatan, tanaman tulip diimpor pertama kali dari Turki ke Be­landa pada abad ke-16 oleh seorang du­ta besar Kekaisaran Romawi untuk Uts­­maniyah, Ogier Ghiselin de Busbecq.

Pada masa itu, Kekaisaran Roma­widi bawah pemerintahan Kaisar Ferdinand I (1558-1564) memang menjalin hubungan diplomatik dengan Utsmaniyah yang dipimpin Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566). Saat berada di Turki, De Busbecq merasa takjub tatkala mendapati bunga-bunga tulip tumbuh berme­karan memenuhi halaman Istana Kesultanan Utsma­niyah di Istan­bul.

Dia lantas mengirimkan bebe­rapa sampel tanaman tulip kepada saha­batnya yang juga seorang ahli botani di Leiden, Carolus Clusius.  Selan­jutnya, Clusius mencoba membudi­dayakan tanaman terse­but  di Kebun Raya Leiden. Usaha tadi ternyata berhasil. Dalam waktu relatif singkat, bu­nga tulip mulai tersebar secara me­luas di Eropa, khususnya di Belanda.

Budaya kaum sufi

Pada awalnya, tulip adalah tumbu­han liar yang berasal dari kawasan Asia Tengah. Bunga ini terutama banyak dijumpai di Pegunungan Hindu Kush di Kazakhstan.

"Namun demikian, tulip perta­ma kali dibudidayakan oleh orang-orang Turki Seljuk pada permu­laan abad ke-11 di Anatolia," ungkap Ethem Bukey dalam artikelnya, The Flowery Journey of Tulips From the Ottoman Em­pire to Europe, yang dipublika­sikan laman Muslim.com, Sep­tem­ber lalu.

Pada abad ke-12, motif bunga tulip mulai digunakan dalam berbagai karya seni rupa masya­rakat Turki, terutama di Kota Konya yang ketika itu menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Seljuk Rum di Asia Kecil.

"Fakta ini semakin memper­kuat bukti bahwa bunga tulip beserta kebu­dayaan yang terkait dengannya masuk ke daratan Anatolia lewat tangan orang-orang Turki," ujar Bukey.

Pascapenaklukan Konstan­tinopel oleh Kesultanan Turki Utsmaniyah, Sultan Muhammad II al-Fatih (1451-1481) meme­rintahkan pembangunan sejum­lah taman baru di kota itu. Taman-taman tersebut lantasd itanami dengan bunga tulip.

Sultan Muhammad II sendiri dike­nal sebagai pemimpin yang punya kecintaan besar terhadap tumbuh-tumbuhan. Semasa hi­dup­nya, dia sering menyalurkan hobinya berkebun di Taman Istana Topkapi, Istanbul.

Pada masa selanjutnya, Sultan Sulaiman al-Qanuni meneruskan ke­cin­taan kakek buyutnya itu terhadap dunia tanaman. Dia bahkan menja­dikan kegiatan penanaman dan penggu­naan bunga tulip di Istanbul sebagai satu profesi tersendiri.

Sejak itu, menanami taman-taman kota dengan tulip telah dianggap sebagai kewajiban di seluruh wilayah Kesultanan Turki Utsmaniyah.

Di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuni pula, bunga tulip mencapai popularitas terting­ginya, bahkan mengalahkan po­pularitas bunga mawar. Karena­nya, tidak meng­herankan bila kemudian tulip juga dijadikan sebagai simbol nasional bangsa Turki, sampai hari ini.

Selain mempercantik ha­laman istana kerajaan, bunga tulip ternyata juga mendapat tempat khusus dalam budaya kaum sufi, terutama di kalangan pengikut tarikat Maulawiyah Turki. Jalalu­ddin Rumi, tokoh sufi masyhur asal Anatolia yang hidup antara 1207-1273, kerap menyebut kata tulip dalam beberapa syairnya. (wkp/dwc/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi