Kaligrafi Kontemporer

KALIGRAFI kontemporer ma­sih men­jadi pertanyaan ba­gi banyak orang. Apakah pe­ngertian kaligrafi kontemporer itu? Di kalangan ahli seni ini­pun masih terjadi perbedaan pan­­dangan. Tulisan ini menco­ba mem­berikan ulasan tentang kaligrafi kontemporer.

Kaligrafi kontemporer di­maksud dalam tulisan ini, adalah kaligrafi aksara Arab berupa susunan huruf Arab. Berupa susunan teks dari kitab suci Al Quran yang dibuat se­bagai eks­presi individu. Kali­grafi kontem­porer (kekinian) merupakan karya seni yang di­ciptakan seniman muslim un­tuk mengungkapkan nilai-nilai religius melalui karya senilukis.

Kaligrafi kontemporer, di­sebut juga Khat kontemporer me­rupakan karya seni dua di­mensi. Berbeda de­ngan kali­grafi untuk naskah, mus­haf, maupun dekorasi. Ada kebe­ba­s­an dalam berkreasi ketika mencip­ta­kan kaligrafi kon­tem­porer.

Mendorong tumbuh dan ber­kem­bang­nya seni Islam di Indonesia, kali­grafi atau khat dilombakan dalam Mu­saba­qah Khatil Quran. Mulai dari ting­kat Kota/Kabupaten, Pro­vinsi, hing­ga tingkat Nasional. Dalam pe­kan ini diselengga­rakan lomba Khat atau Kali­grafi tingkat Propinsi Su­mate­ra Utara yang ke 36. Loka­si­nya di Kabupaten Dairi, tepatnya di kota Sidikalang.

Jenis seni kaligrafi ini di­rintis oleh sejumlah pelukis muslim di Indonesia. Sejum­lah pelukis muslim di Ban­dung, Yogyakarta, Surabaya, dan ber­bagai kota lainnya melukis dengan idi­om kaligra­fi kontemporer.  Ada ber­bagai co­rak yang mereka ciptakan. Di antaranya berupa lukisan su­sunan aka­sara Arab yang di­panjangkan, di­pendekkan, dan dilengkungkan dalam ben­tuk geometris. Ada juga aksara Arab yang dituliskan seolah-olah dipahatkan pada batu, dalam corak lukisan surealis­me. Lainnya berupa lukisan berujud tulisan Arab yang di­kreasikan dengan berbagai warna pada permukaan bi­dang.

Para pelukis muslim antara lain pe­lukis Bandung, juga pa­ra perintis seni kaligrafi kon­temporer. Mereka adalah Ah­­mad Sadali, Abdul Djalil Pi­rous dan Abay Subarna. Di Yog­yakarta ada se­jumlah pe­lu­kis, juga ber­karya da­lam ben­­tuk kaligrafi kon­temporer. Me­reka diantaranya pelukis  Syai­ful Ad­nan, Amri Yahya, Haji Widayat, Hen­dra Buana, Agus Kamal. Di Sura­baya ada pelukis Amang Rahman yang juga melukis dengan idiom seru­pa.

Munculnya kaligrafi kon­tem­porer, upaya para pelukis musllim untuk mengekspresi­kan nilai-nilai religius (Islami) dalam senilukis. Selama ini co­rak senilukis yang muncul di Indonesia lebih banyak di­pengaruhi oleh pemikiran se­ni­rupa Barat (Eropa dan Ame­ri­ka).

Dogma atau ideologi seni dari Barat tidak sepenuhnya co­cok dengan nilai-nilai ma­syarakat Indonesia, terutama masyarakat muslim. Adanya kesadaran sejumlah seni­man muslim mencipta­kan karya senilukis. Seni yang sesuai de­ngan nilai-nilai keisla­m­an. Diciptakanlah karya seni Is­lami.

Kaligrafi kontemporer di­ciptakan para pelukis untuk meng­hadirkan karya senilukis yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia, ter­uta­ma masyarakat muslimnya. Se­orang muslim memilih pro­fesi seba­gai pelukis tidak harus  berpikir dan ber­karya seperti para pelukis Barat.  Ter­masuk as­pek ideologi maupun idio­­ma­tiknya terkadang tidak se­­suai dengan nilai-nilai Islam.

Seorang muslim dalam ber­karya seni, dalam menciptakan lukisan ha­rus berdasarkan nilai-nilai Islam. Ber­dasarkan nilai-nilai terdapat dalam Qur­an dan Hadis Nabi. Seniman mus­lim memiliki paradigma sendiri dalam menciptakan karya seni.

Adanya pendapat  dari se­bagian ahli agama. Me­larang seniman mus­lim melu­kis makh­luk hidup secara re­pre­sentasional. Mendorong tum­buh dan berkembangnya karya seni non­re­presentasional.  Suatu karya seni non­figuratif atau abstrak.  Para pelu­kis mus­lim mengembangkan seni ka­li­grafi sebagai pilihan ber­kreasi seni­nya. Kondisi ini mendorong muncul­nya berba­gai corak kaligrafi di ber­bagai belahan dunia, terutama yang masyarakatnya mayoritas mus­lim.

Kaligrafi Islam yang dicip­takan para seniman muslim menambah co­rak estetika ka­rya seni yang sudah ada. Se­buah kontribusi yang memper­kaya nilai-nilai estetika dalam dunia seni rupa/ seni lukis. Seni kaligrafi kon­tem­porer berkem­bang pesat. Muncul ber­bagai ma­cam corak dan gaya. Tidak ada karya seni kaligrafi yang berkem­bang melebihi karya seni kaligrafi Islam di berbagai belahan dunia. 

Karya seni kaligrafi lain se­perti Tiongkok, Korea, Jepang, dan Jawa ha­nya diciptakan se­cara terbatas oleh masyarakat mereka. Berbeda dengan kali­grafi Islam yang diciptakan oleh para seniman dari berba­gai bangsa dari seluruh dunia.

Dari hari ke hari, semakin banyak­nya seniman muslim yang mencip­ta­kan karya kali­grafi. Semakin banyak pula corak keindahan kaligrafi yang mun­cul.

Berkembangnya corak kali­grafi da­lam masyarakat mus­lim tidak ter­lepas dari karakter aksara Arab yang luwes untuk digubah dalam berbagai ben­tuk lain. Unsur garis aksara Arab bi­sa di­panjangkan, dipendek­kan atau di­leng­kungkan de­ngan berbagai variasi.

Deformasi bentuk yang be­gitu luwes mempermudah da­lam pencip­ta­an karya seni. Ka­rakter aksara, me­mudahkan seniman dalam berkreasi seni, mencip­takan kaligrafi.  Pende­for­masian bentuk ini banyak muncul dalam karya seni ka­ligrafi kontem­po­rer.

Beberapa corak kaligrafi kontem­po­rer diantaranya, co­rak geo­metris, linier, biomor­fis dan ekspresi. Lu­kisan ka­ligrafi bercorak geomatris, ada­lah kaligrafi yang disusun dalam kom­posisi bentuk geo­metris seperti lingkaran, segi­tiga dan bujursangkar.  Corak li­nier yaitu kaligrafi yang di­ciptakan dengan menggunakan unsur garis sebagai elemen es­tetiknya.

Corak biomorfis adalah ka­ligrafi dicip­takan berasosiasi dengan mahluk hidu­p namun sudah mengalami defor­masi atau abstraksi. Seperti susuan­an huruf dalam bentuk bayang-ba­yang burung, unta, ikan dan seba­gai­nya.  Adapun kaligrafi ekspresi adalah ka­ligrafi yang diciptakan dengan kom­posisi unsur-unsur rupa secara spon­tan (ekpresif).

Karya seni kaligrafi dalam ma­syarakat muslim memiliki beberapa fungsi. Pertama ada­lah fungsi estetik atau keinda­han. Lukisan kaligrafi bisa men­jadi pajangan ruangan un­tuk mem­perindah suasana.  Ke­dua adalah fungsi dakwah/ syiar. Menyampaikan ajaran ke­ilahian kepada masyarakat.  Ketiga adalah fungsi edukatif. Karya seni yang mendidik masyarakat. Ke­empat fungsi ekonomi, suatu karya seni me­miliki nilai ekonomi di tengah ma­syarakat.

Seorang seniman kaligrafi kon­tem­porer harus memiliki dua keahlian se­ka­ligus. Per­tama, keahlian menulis­kan aksara Arab dan berkreasi dengan aksara tersebut. Ke­dua, keahlian  seni­rupa. Seni­man kaligrafi harus me­nger­ti kaidah-kaidah keindahan ber­da­sarkan teori senirupa/seni­lukis. Ke­dua keahli­an tersebut bisa dipelajari me­lalui pendi­dikan/pelatihan seni khat yang menggabungkan keahlian me­­nulis aksara Arab dan keahlian seni­rupa.

Idealnya pendidikan atau pe­latihan kaligrafi/khat me­lahirkan seniman kaligrafi/khat yang memahami kaidah penulisan aksara Arab. Me­ma­hami kaidah keindahan senirupa/senilukis. Pendidi­kan atau pelatihan kaligrafi tidak semata-mata melahirkan juara kaligrafi dalam setiap lomba/kompe­tisi. Melainkan untuk mendorong mun­culnya  kreator-kreator seni kali­grafi atau  seniman kaligrafi.  Seni­man kaligrafi ini kemudian menjadi profesi. Senimannya mampu melahir­kan ber­ba­gai karya seni kaligrafi yang mem­­perindah dunia senrupa/senilu­kis.

Penulis; dosen pendidikan senirupa FBS Unimed dan anggota Dewan Kesenian Medan serta anggota Dewan Hakim Khatil Quran Kota Medan dan Propinsi Sumatera Utara.

()

Baca Juga

Rekomendasi