BULAN SABIT 1
Abdul Sofi
Langit suram
senja karam
kita lebam
di tepi pantai angin melambai
menulis sisa kenangan tak usai
ada bisik di ubun-ubun langit menjulang
menabur bulir-bulir candu pilu
seribu bahasa bisu membidik arah cuaca murung
meletakkan kerisauan musim
bulan sabit itu
hujan terjatuh menyebarkan semerbak wengi tak juga pudar
kecupan senja yang manja, kita tulis tanggal malam pengantin pada kuncup sabit yang gagal,luluhkan ganas sepisepi dan leburkan beku dingin
mantra pertunangan jiwa kita baca ketika sepasang kupu-kupu menyeduh manis kelopak bunga
bulan sabit itu
membawa langkah duka,dan kini tetap kujaga
2015
BULAN SABIT 2
Abdul Sofi
Matamu basah
luka-luka meraba
arah pasrah menekuni gejolak rintih batin ada semacam kabut memyelimuti pandang
kita berjarak, rindu merekam suara-suara kecil itu panah sunyi membidik kening larut malam
lapisan embun membungkus segenap kenengan aku memecah batu bayangmu yang menimbun sukmaku
suara hujan mengetuk pintu kamar dengan berpuluh-puluh ketukan
sesaji dan mantra paling mujarap telah rampung,agar kau terusir dari jagad ingatan linglung
berjalan melintasi sakral musim
beribu mimpi bersarang hampa
2016
BULAN SABIT 3
Abdul Sofi
Setiap kali melihatmu ,setiap kali juga aku terluka namun tak melihatmu adalah lebih luka dari yang ada
kamu bidadari yang masih ku puja,sekelebat bahagia menyapa masih tak ku temukan sebasah matamu yang mengantar sejuk air sungai meski segenap duka menaiki jiwa yang pasrah pada arah yang entah?
kau terpatri di ruas-ruas sepi melekatkan binar pekat itu pada sudut diriku yang terpencil aku selalu berusaha bangkit dari lapisan mimpi buruk ini,panjatkan doa paling khusuk supaya bayangmu hancur bersama waktu:sudah 12 januari namamu gentayagan mengetuk-ngetuk pintu di dada aku mabuk,jika aku sadar berharap ku tak memeluk bibir merah jambu itu lagi
kita menyimpan getar dan debar berkobar ingatan terus berlayar pada ikrar yang mencakar
menangis adalah cara paling mudah membuang sekelimut luka
2016
BULAN SABIT 4
Abdul Sofi
Aku menikmati binar matamu diam-diam dari rimbun daun senja
terus menukik ke dalam hening yang mencipta semesta kata dan rindu yang tumpah ruah menaburkan bintang-bintang cemas di langit malam
melupakanmu adalah cara paling luka musti dirasa jagad jiwa
hujan terus bunyikan sunyi, namamu memadat di helai angin
mengantar wajah pucat sabit itu
hujan tajam bayangmu menikam kamar batin,nyayikan lagu kekosongan
aku beranjak turun dari kelopak matamu,lalu kuwarnai kau dengan warna lebam curam,diiringi mendung murung
aku keluar,aku ke dalam, masuk pintu kenangan, rumah kenangan, ranjang kenangan, bantal kenangan, lagu kenangan,baju kenangan,sarung kenangan aku melipat gandakan kenangan dalam plastik hujan
waktu berjalan, jam berjalan,ingatan berjalan, wajahmu jalan-jalan di layar Hp berdering lubangi indra-indra tubuhku malam datang, guntur datang, kau datang serupa pedang-pedang menebang segenap jiwa jadi
tumbang
2016
BULAN MERAH JAMBU
Anthony Limtan
Menatap ombak Sorake
sama dengan menatap wajahmu
entah berapa purnama telah berganti
..........
Alangkah damainya mengambang di atas laut
ditingkah lembut angin pesisir
membelai rambutmu yang berkibar-kibar
Tak sekilas terpikir
musim telah berganti
bulan kini merah jambu
inilah gelisahku
saat Februari datang bersama tetes hujan
kuharap musimpun cepat berganti
malam segera beranjak pagi
hingga tidurku terlelap tanpa terjaga
Selamat datang cinta...
yang selalu membuatku gelisah
Teluk Lagundri, Desember 1998
PADA ASA
Liven R
Sedang kucari makna pada asa yang tercecer sajak-sajak lelah berkisah abjad-abjad letih berbahasa bila indah tak kasat mata ke mana suka bermuara?
pada carik bayang imaji mengharap gelisah luruh
kala dialog mementas drama
di antara kau dan aku....
CINTA DAN BAKTI
Liven R
Bertutur angin kepada senja
: cinta yang terkhianati menimbun luka
masih setia ia menggenggam asa
mengharap jawab di langit esok
sendu awan di sisi malam
menangisi bakti yang senyap tereja
namun, asa redup tak kunjung padam
menyisa tangis di tiap kisah
mengapa harus mempertemukan?
MENCARI JAWAB
Liven R
Aku diam dalam gegas waktu
hening di belantara keramaian
sejenak mencari jawab
pada napas-napas yang tersia
adakah salah?
dia di antara cahaya
bersembunyi dalam kelam
dia di kekelaman
menyibak tirai mencari cahaya
mengapa?
RASA YANG FANA
Liven R
Seperti senja yang perlahan memudar
sebongkah hati perlahan memutih
dahulu, di puncak rasa kisah berangkat
telah langit menjadi kanvas
melukis keabadian di lintas musim
hanya, pada detik keseribu
kisah abadi telah fana
tak sempat hujan berkabar
senja hilang dicuri malam
ANGPAO DAN SEPUCUK SURAT #1
Mirna Alfiani
Mei, masihkah kau ingat pada imlek tahun lalu?
sore itu wajahku tersipu malu, memerah seperti angpao
yang kuberi padamu, terselip surat merah jambu.
mendadak mataku penuh dengan asa
berharap kau menjadi keindahan puisiku tahun ini.
FKIP UMSU
ANGPAO DAN SEPUCUK SURAT #2
Mirna Alfiani
Cukup lama sudah kurawat kegelisahan
menanti sebuah jawaban.
Mei, masihkah tanda tanya menggantung
tanpa mau mengalah sedikitpun demi hatiku yang mulai layu
atau ada yang salah dengan suratku tahun lalu barangkali jika kau izinkan kita bisa mengulanginya.
FKIP UMSU
ANGPAO DAN SEPUCUK SURAT #3
Mirna Alfiani
Pada bagian ini; aku mengaku kalah
sebab kau sudah mampu meracuniku
hanya dengan tatapanmu itu
Mei, jawablah suratku.
jangan biarkan hatiku membusuk
seperti bangkai yang tergeletak di jalan.
FKIP UMSU
ANGPAO DAN SEPUCUK SURAT #4
Mirna Alfiani
Walau kau pernah menjadi kemarauku tahun lalu menggersangkan seluruh asa, dan pada akhirnya kau menjadi hujan yang menjatuhiku dengan mesra
kini semua mendadak lari seperti maling dikejar massa Mei, terima kasih sudah menjadi sejuk di setiap puisi yang akan kulahirkan berikutnya.
FKIP UMSU
KENANGAN SEPUCUK ANGPAU
Widya Arfiyanti
Hari itu dilihatnya dari celah-celah bambu gadis yang bibirnya licin seperti tutup botol itu kini tlah beranjak dewasa matanya lembab
tempat tangisnya selalu tertahan
kini beranda lelaki itu terlumat sepi
orangtuanya tlah lama pergi,
hanya tinggal gadis yang bertahun tiada disuakannya lagi
dari jauh menyala-nyala kenangan sepuluh tahun lalu
tepat diletakkannya sepucuk angpau pertama di telapak tangan gadis itu
kini ia menyambut hari ramai yang amat sunyi
akankah gadis itu mau menerima angpau merah darinya lagi?
Mahasiswa FKIP UMSU/FOKUS UMSU
KEPUTUSAN LELAKI
Widya Arfiyanti
Barangkali sepi telah berangkat dari pundakmu, membangun bunga-bunga di atas bukit nan sibuk di kepalamu, engkau bahkan tidak terlalu ingat sarapan dini hari, hanya seseorang yang beberapa kali dalam semenit mondar-mandir sepanjang ingatanmu yang lenggang. di sana orang-orang berangkat kerja saat matahari sedang hangat-hangatnya membangkitkan puisi-puisi yang melindur. Kau keluar dengan sebidang kebijaksaan. Keputusan lelaki adalah bola dunia paling bulat, katamu. Kesepiannya adalah salju paling beku, kataku.
dan engkau pergi tanpa menggenggam tanganku.
Mahasiswa FKIP UMSU/FOKUS UMSU
RINDU & KENANGAN
Selvia Erliana Chaniago
Kini,
bersama rindu aku menyapa mu
meski berteman semu yang tak pernah menjauh
namun hati ini tak merasa jenuh
dan kali ini,
bersama kenangan aku melihat mu
mencoba kembali mengulang rindu
yang sempat dulu hampir menyatu,
dan kini,
kau hanya sebuah kenangan
yang ku sebut dengan Rindu
Beranda Sanggar Pelangi
GADIS PERINDU
(Kepada IR)
Selvia Erliana Chaniago
IR ,,,
di sini ada gadis perindu
yang kau sapa tempo lalu,
kini ia menunggu mu
saat kau beranjak dari desa kemarin lalu
IR,,,
gadis perindu itu senang melihat mu
ia selalu menyapamu
di depan gerbang stasiun tempat kau pergi itu
meski ia tahu kau tiada disitu,
IR,,,
ternyata ia benar-benar seorang gadis perindu
meski kau tak tahu itu,
selalu ia selipkan doa untukmu mu,
walaupun akhir dari kisahnya tentang mu
hanya semesta yang tahu ….
Beranda Sanggar Pelangi
PILKADA #1
Abd. Rahman M
Pesta demokrasi segera berjalan
menghamburkan uang anak negeri
dengan asa dan bergelimang kerinduan
berharap lahirlah pemimpin
yang benar-benar bisa memimpin
bukan yang gemar menulisi mimpi semu
Prapat Janji, 2017
PILKADA #2
Abd. Rahman M
Pesta akan segera dimulai
buka mata tanyakan hati nurani
pilihlah yang benar-benar terbukti
bukan sekadar mengasah janji-janji
Prapat Janji, 2017
PILKADA #3
Abd. Rahman M
Siapapun yang akan terpilih nanti
makan dan minum anak istri
kelak tetap saja kau cari sendiri
Prapat Janji, 2017
PILKADA #4
Abd. Rahman M
Kelak terima saja uang yang mereka beri lantas pilihlah yang sesuai nurani
bukan yang mahir meminta suara
Prapat Janji, 2017