Australia Berusaha Tingkatkan Taraf Hidup Aborigin

ABORIGIN Australia ada­lah is­tilah yang umum digu­nakan untuk me­rujuk pada orang-orang Aborigin dan pen­duduk pulau dari Selat Torres. Pen­duduk pribumi ini membentuk 2,4% dari popu­lasi modern Australia. Me­reka tinggal di daratan Aus­tralia, Tasmania, dan pulau-pulau sekitarnya.

Untuk meningkatkan kehi­dupan penduduk pribu­mi, Australia dinilai gagal me­menuhi hampir setiap target. Ke­gagalan itu termasuk me­ngurangi angka kematian ba­yi, pendidikan bagi anak-anak dan pekerjaan untuk usia de­wasa, demikian menurut la­poran pe­merintah.

Suku Aborigin dan pen­duduk Selat Torres hanya mengisi tiga persen dari total populasi Australia sebanyak 23 juta orang tetapi memiliki rata-rata angka bunuh diri dan penahanan yang tidak sebanding, menyusul angka ter­bawah di hampir setiap indikator eko­nomi dan sosial.

Penutupan tahunan ke-9 Laporan Celah menandai 50 tahun sejak kons­titusi Aus­tralia diubah untuk me­ma­su­kan Suku Aborigin sebagai ba­gian dari populasi dan me­mung­kinkan hukum se­cara khusus ditujukan pada masya­rakat adat dalam upaya untuk me­ningkatkan standar kese­jah­teraan dan hidup.

Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menga­ta­kan ada lebih banyak pendu­duk asli Australia yang ber­se­kolah, bekerja, di bidang bisnis, dan dalam kesehatan yang lebih baik.

"Kami telah bertindak jauh dalam 50 tahun terakhir, tapi kami tidak ber­tindak cukup jauh. Masih ada sejum­lah tan­tangan signifikan yang tersi­sa," ujar Turnbull yang ditu­jukan kepada pimpinan-pim­pinan komunitas Aborogin.

Era baru hubungan antar ras

Menurut laporan itu, target peme­rin­tah untuk me­nutup 10 tahun kesen­jangan harapan hidup antara warga pri­bumi dan pendatang Australia pada tahun 2031, tidak sesuai jad­wal karena tingkat kematian akibat kanker me­ningkat.

Target untuk mengurangi separuh tingkat kematian anak pada tahun 2018 juga tidak tercapai pada 2016, na­mun perbaikan pelayanan kan­dungan dan tingkat mero­kok selama kehamilan akan membantu untuk mewujud­kan target tahun 2018, lanjut laporan itu.

Permintaan maaf sejarah Australia hampir 10 tahun yang lalu atas per­lakuan ter­hadap Suku Aborigin se­ha­rusnya menggaungkan era baru hu­bungan antar ras.

Tetapi dengan terpuruknya proses dalam mengatasi ke­tidaksetaraan, ketegangan kedua komunitas itu pun meningkat.

Akhir bulan lalu, ribuan warga Australia berunjukrasa di seluruh negeri, menuntut pe­rubahan tanggal libur na­sional.

Bagi banyak warga Suku Aborigin, yang memiliki jejak garis keturunan di pulau benua sejak 50.000 tahun lalu itu, Hari Australia pada 26 Ja­nuari merupakan "Hari Invasi", peringatan dimulai­nya penjajahan dan penak­lukan brutal Inggris atas tanah mereka.

Laporan Penutupan Celah itu me­nun­jukkan bahwa ting­kat pendi­dikan tidak menca­pai target, pendorong uta­ma terjadinya perbedaan besar da­lam statistik ketenaga­ker­jaan nasional.

Laporan ini memperkuat pengang­guran bagi masya­ra­kat pribumi pada usia kerja pada persentase lebih 20 per­­sen, atau 3,6 kali dari tingkat pe­ngangg­uran nonpribumi. Tingkat pe­ngangguran pribu­mi di daerah terpencil dari negara tersebut mencapai lebih 40 persen. (ant/rtr/wkp/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi