Oleh: Sari Ramadhani
INDONESIA sudah terkenal dengan keragaman batu akik. Dari segala penjuru daerah di nusantara pasti memiliki kekhasan masing-masing. Tak terkecuali dengan Ibukota Jakarta. Dulunya, kota bernama Batavia ini juga punya ikon terkenal bernama batu pandan.
Dengan tekstur halus dihiasi fenomena sisik-sisik di dalam batunya, batu pandan menjadi kebanggaan masyarakat suku Betawi. Tidak sulit menemukan batu ini di kalangan masyarakat asli ibukota itu.
Batu pandan identik dengan bentuk lonjong memanjang. Pecinta batu akik (gemstone lover) menyebutnya seperti bentuk pandan dilipat. Umumnya batu ini masuk dalam jenis kalsedoni. Ada juga yang kalsedoni agate, karena terkadang sisiknya bisa berbentuk gambar atau motif.
Pedagang batu asal Jalan Halat Medan, Boy Suhendra mengatakan, bentuk batu pandan yang langsing panjang memang sangat khas. Bentuk sisik di dalamnya juga terkadang bisa seperti kapas, ada pula seperti gugusan awan.
Batu pandan ditemukan di aliran Sungai Ciliwung. Meski kini sungai itu tidak lagi jernih, namun pria dua anak ini mengaku akik khas Betawi itu masih bisa ditemukan di dekat Banten atau Jawa Barat.
"Jenis batu pandan ada banyak. Misalnya pandan kapas, sujire, sutra, nanas, sisik betok, nanas muda, merah, dan lumut," ujar pria tampan itu, pertengahan Februari 2017 lalu.
Di Medan, jenis pandan nanas dan merah paling banyak diminati masyarakat. Kualitas ditentukan dari kejernihan, urat atau sisik betok rapi, dan kadang bergiwang. Harganya bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan per cincin.
Ia mengatakan, bentuknya yang seperti pandan banyak disukai gemstone lover. Namun di Medan, hal ini menjadi kelemahan bagi pedagang karena hanya sedikit yang menjual cangkang pengikatnya. Berbeda dengan di Jawa. Di sini banyak yang menjual bentuk biasa-biasa saja.
"Kalau di kontes, batu pandan punya kelas sendiri. Akik ini termasuk legenda. Sama seperti pancawarna dari Garut dan sungai dareh milik orang Padang," ujar pria berusia 37 tahun tersebut.
Di Medan, sambungnya, banyak yang jual-beli batu pandan secara online. Biasanya batunya sudah terpasang dengan pengikatnya (cangkang). Di pasaran Medan, jarang sekali akik khas Betawi ini dijual tanpa cangkang. “Jarang sekali kita temukan pedagang menjual dalam bentuk bongkahan atau lempengan," bebernya
Penjual cangkang dan perak, Fandi Koto (29), secara terpisah mengatakan, memang sulit memasangkan batu pandan di Medan. Karena jarang sekali ditemukan cangkang pengikat panjang yang biasa menjadi padanannya.
Menurutnya, di Jawa masih banyak komunitas batu pandan yang masih bertahan. Masyarakat Betawi sangat fanatik dengan ikon khas Jakarta itu. Mereka juga menjadikan batu pandan sebagai pemersatu masyarakat.
"Orang Betawi identik pakai batu pandan sekaligus baju tradisionalnya. Anak muda Jakarta banyak juga pakai batu pandan sebagai identitas," tutup pria asal Jalan Sei Mencirim Kampung Lalang itu.