Bebas Tapi Bertanggung Jawab

Oleh: Hodland JT Hutapea

ORANGTUA, ayah dan ibu, adalah dua sosok yang seharusnya jadi panutan bagi anak-anak mereka. Biasanya, yang dilakukan orangtua, secara tak lang­sung akan ditiru sang anak.

Seiring dengan bertambahnya usia, seorang anak akan memasuki masa remaja, untuk kemudian menuju usia dewasa. Nah, pada masa inilah biasa disebut masa transisi. Orangtua umumnya akan lebih ketat dalam menerapkan aturan, memberi per­hatian terhadap pergaulan anak-anaknya.

Orangtua belum dapat memberikan kepercayaan penuh pada pola pergaulan anaknya dengan alasan takut salah jalan, takut terlibat hal-hal yang tak diinginkan. Misalnya tawuran, vanda­lisme, narkoba, bahkan seks bebas.

Pemikiran orangtua terhadap pergaulan remaja juga banyak berbeda. Semua itu bisa terjadi karena berbagai faktor. Misalnya, si anak meng­hilangkan kepercayaan yang diberikan orangtuanya, sehingga ia tak dipercaya lagi.  Contohnya, seorang anak permisi untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya. Orangtua hanya meng­izinkan pergi sampai pukul delapan malam, tetapi sang anak tiba di rumah jam sebelas malam. Tentu saja orangtua akan marah dan tak lagi memberikan kepercayaan kepadanya.

Faktor lain adalah tanggung jawab. Biasanya, orangtua akan lebih mem­berikan kebebasan kepada mereka apabila sang anak bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan. Misalnya dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah alias pe-er yang diberikan guru.

Kalau sang anak ikut kegiatan olahraga atau ekstrakurikuler di sekolah dan tidak memerhatikan pelajarannya, orangtua juga pasti akan melarangnya melakukan kegiatan lain selain belajar. Sebab anak itu tidak bertanggung jawab terhadap pela­jarannya.

Karena itulah, sebagai remaja yang smart, harus bisa menjaga keper­cayaan yang diberikan orangtua dan ber­tanggung jawab terhadap ke­wajiban. Sehingga kita dapat me­miliki keper­cayaan yang lebih dari orangtua.

Apalagi banyak orangtua yang beranggapan, anak remaja jangan dikasih kebebasan. Karena mereka mudah sekali melepas tanggung jawab. Remaja harus dapat menunjukkan walaupun diberi kebebasan, tugas, dan kewajiban utamanya sebagai pelajar dapat terlaksana dengan baik.

Dengan demikian, remaja tak menjadi korban pengekangan yang seringkali justru membuat rasa ingin tahu dan kesempatan mencari identitas dikorbankan. Sebab biasanya, penge­kangan justru berdampak pada rasa ingin tahu. Padahal rasa ingin tahu tidak selamanya berbuah negatif.

Kegiatan seperti clubbing alias dunia gemerlap (dugem)  di malam hari, buat remaja tak selalu berakhir ke pergaulan bebas. Ada dunia musik kreatif lahir dari kegiatan itu. Misal­nya, kegiatan disc jockey (DJ) yang juga bisa diasah. Ada penari dan kreativitas dunia hiburan yang bisa di.kemas dengan baik. Meskipun anak muda juga tidak boleh terlalu naif bahwa jerat narkoba dan seks bebas juga ada di situ.

Tetapi bukankah orangtua telah membekali kita dengan pendidikan moral dan agama, etika, serta nasihat pintar jaga diri dan pintar memilih pergaulan? Sudah saatnya remaja menunjukkan tanggung jawab atas diri sendiri mampu dipegang. Jika hal itu bisa dibuktikan, yakinlah, orangtua akan lebih bijak untuk tak membatasi anak-anaknya.

Sebenarnya pada umur berapa remaja bisa diberi kepercayaan untuk bergaul secara luas? Soal umur tak ada batasan spesifiknya. Tetapi setelah umur 15 atau 17 remaja sudah bisa mendapat kepercayaan itu. Sebab di usia itulah remaja sudah menerima dengan lengkap pelajaran tentang akhlak, tentang fungsi alat reproduksi, tentang bahaya narkoba, minuman keras, dan seks bebas.

Di umur seperti itu, beberapa anak sudah bisa menerobos berbagai lokasi dugem karena sudah punya KTP atau SIM. Saat remaja bisa menjangkau kebebasan yang menuntut tanggung jawab mereka sebagai pelajar.

Jika remaja melanggar aturan, sanksinya bisa dipenjara. Namun, di sisi lain, polisi juga punya tanggung jawab melindungi remaja dari bahaya narkoba dan seks bebas. Kalau kondisi saling mendukung dan menjaga ketenteraman bersama sudah tercipta, kebebasan remaja bisa dipetik sebagai buah positif. Jadi, jika remaja diberi kebebasan, kiranya bukan kebebasan yang kebablasan, tapi kebebasan yang bertanggung jawab.

* 09.08.14

()

Baca Juga

Rekomendasi