Sihir dan Makhluk Halus

Dipercaya Sejak Peradaban Kuno

HAMPIR dalam setiap kisah masa lalu seperti dongeng atau le­genda akan terdapat unsur mistis atau sihir. Tentu saja jika ada sihir maka akan ada Penyihir.

Ilmu sihir diyakini telah ada sejak manusia mulai berkumpul dan membentuk komunitas. Sihir sederhana dapat diakses oleh masyarakat biasa dengan cara memberikan persembahan kepada roh atau arwah, tujuannya agar mendapatkan bantuan dari roh.

Praktik ritual ini dapat dite­mukan di hampir semua masya­rakat tradisional. Seni lukis zaman prasejarah juga menggambarkan ritual magis untuk keberhasilan berburu. Ritual tersebut dianggap sebagai ritual keagamaan yang melibatkan tarian dengan kostum binatang.

Penyihir telah ada sejak masa Sumeria kuno dan Babilonia. Sementara itu keyakinan bangsa Barat terhadap ilmu sihir diwa­riskan dari bangsa Mesir kuno, Ibrani, Yunani dan Romawi.

Di Eropa penyihir telah meng­alami kesalahfahaman makna. Penyi­hir dianggap keji dan jahat, sehingga mereka harus digantung atau dibakar. Bahkan terdapat persidangan penyi­hir di Eropa dan Koloninya seperti di Amerika yang berlangsung antara abad ke-15-ke-17.

Praktik sihir saat itu dianggap sebagai ancaman terhadap Kekris­tenan. Akibatnya banyak terjadi tindakan kekerasan terhadap o­rang-orang yang dianggap mem­praktekan sihir walaupun tanpa bukti.

Selama berabad-abad, Kristen mengutuk dan menolak ilmu sihir. Jika melihat pada Perjanjian Lama yaitu dalam bagian Keluaran dan Ulangan terdapat ayat-ayat yang menyinggung ketidaksenangan Allah terhadap penyihir.

Contohnya cerita saat Raja Saul berkunjung ke ahli nujum (o­rang yang dapat berbicara dengan roh orang mati) guna membantu­nya agar dapat berkomunikasi de­ngan jiwa Nabi Samuel. Upaya ini berhasil, meskipun ia diberitahu oleh Samuel bahwa Allah tidak senang karena Saul telah mela­wanNya karena lebih percaya orang mati daripada percaya Allah sendiri.

Namun jika melihat perspektif masyarakat orang Mesir Kuno, Yunani, dan Romawi kuno akan berbeda dengan Alkitab. Bagi mereka, seseorang yang memiliki ilmu magis telah diberkahi oleh para dewa dan dewi serta dika­gumi.

Kekuatannya diyakini mampu melihat masa depan dan masa lalu, dapat berubah bentuk, dan kemam­puan membuat ramuan ajaib untuk merubah penampilan fisik dan emosi. Orang-orang yang dikaru­nia anugerah ini bisa meng­guna­kannya untuk hal hal positif dan negatif, serta sangat dihormati. Semenjak munculnya Kristen maka sihir telah menjadi hal yang negatif dan sihir dianggap sebagai bagian dari agama paling kuno di Bumi.

Ketakutan

Sementara itu, Mitos me­ngenai seputar kematian dan kehidupan di alam kematian sering kali menim­bulkan rasa ketakutan bagi manu­sia. Termasuk dalam hal ini para makhluk yang berkaitan dengan kematian. Cerita tentang mahluk halus atau setan juga telah ada dalam kehidupan sehari-hari pen­du­duk peradaban kuno.

Dalam peradaban Mesopos­tamia kuno, orang yang mati muda dipercaya bahwa ia dikutuk oleh Dewa. Setelah manusia mati maka ia akan menjadi Gidim atau roh kematian.

Mereka akan menjadi baya­ngan yang kadang-kadang akan muncul ke teman-teman, keluarga, orang yang dicintai dan selalu dikenali sebagai tanda bahwa mereka masih hidup dalam bentuk lain. Gidim memerlukan hadiah dari mereka yang masih hidup agar dapat makan, jika tidak mereka hanya akan makan debu.

Di Babilionia, terdapat keper­-cayaan bahwa hantu akan berjalan sepanjang malam, seperti layaknya manusia hidup berjalan sepanjang hari. salah satu hantu yang paling ditakuti oleh penduduk Babilonia adalah roh wanita yang mati pada saat melahirkan atau wanita gila yang mati karena kesedihan yang mendalam.

Mereka dianggap sebagai pe­rem­­puan terkutuk. Selain itu mereka, baik perempuan atau laki -laki yang mati tanpa memiliki anak juga dianggap sebagai hantu yang terkutuk.  Mereka semua ini akan berkeliaran di jalanan pada malam hari. 

Untuk memastikan bahwa roh dari orang tua, kakek-nenek, dan moyang lainnya dapat beristirahat dengan tenang maka anak tertua akan menaruh makanan dan mi­numan agar roh halus keluarga mereka tidak kelaparan.

Sementara mereka yang diang­gap hantu terkutuk karena tidak memiliki anak, pada malam hari akan berkeliaran di jalan untuk mencari makanan. Oleh sebab itu malam di kota Babilonia adalah waktu yang menakutkan.

Bangsa Asyur menyakini apa­bila manusia yang telah mati tidak diberikan pemakaman yang layak dan terhormat maka akan meng­hantui hidup manusia sebagai hantu. Arwah dari orang yang tidak atau belum siap untuk mati dapat mungkin kembali memasuki tubuh orang yang masih hidup.

Mereka diyakini akan menye­dot kekuatan hidup dari orang yang masih hidup. Maka ritual aneh akan dilakukan oleh orang yang terganggu oleh kehadiran hantu. Dalam beberapa kasus, pria yang dihantui atau dirasuki akan di­mandikan, atau mayat orang yang diyakini sedang menghantui itu akan dimakamkan.

Dalam kasus lain, sebuah ritual yang melibatkan dewa Shamash (salah satu dari Dewa Meso­postamia) akan digunakan. Dalam ritual ini, bangsa Suriah akan bertanya kepada hantu, me­ngapa mereka kembali dan me­ngapa mereka telah menargetkan orang tertentu.

Kemudian bangsa Asyur akan mencampur tepung dan ragi di cawan minuman, lalu dituangkan dalam nama Shamash. (lvc/sdkc/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi