Mural, Media Edukasi Pelestarian Lingkungan

Oleh: Indah Pratiwi. MURAL berasal dari kata ‘mu­rus’ (Bahasa Latin) yang memiliki arti ‘dinding’. Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan berukuran besar yang dibuat pada dinding, langit-langit atau bidang da­tar lainnya. Menurut Susanto (2002:­76) definisi mural adalah lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur. Definisi tersebut jika diterjemahkan lebih lanjut, maka mural sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari bangunan, dalam hal ini dinding.

Sederhananya, mural dapat diar­tikan sebagai cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tem­bok atau permukaan luas yang ber­sifat permanen lainnya. Mural  dalam perjalanan seni rupa tidak bisa dile­paskan dari zaman prasejarah kira-kira 31.500 tahun silam. Lukisan mural banyak ditemukan di Prancis, Spanyol dan Italia. Sebagian besar gambar mural tersebut menceritakan kisah perburuan, meramu juga aspek religius manusia prasejarah.

Namun, di abad pertengahan, mu­ral memperlihatkan indikasi kema­juan yang pesat. Fungsi mural mu­lai mengutamakan segi kein­dahan, tema dan gengsi status sosial bagi pe­miliknya. Bahkan, di era zaman modern hingga kontemporer mural mulai dikreasikan dengan tema politik, sosial hingga industrial.

Seiring perkembangan zaman dewasa ini, kini mural bukan hanya sebagai media pelengkap interior. Para seniman jalanan (street artist) menjadikan mural sebagai media kam­panye, idealisme dan ekspresi seniman itu sendiri. Mereka menilai mural dapat dijadikan sebagai salah satu media alternatif untuk menyam­paikan pesan kepada masyarakat. Mural pun kini dikenal sebagai seni publik karena lokasi keberadaannya, tema maupun penyampaiannya yang melibat­kan masyarakat secara langsung.

Seperti halnya seniman visual asal Lithuania, Ernest Zacharevic. Sela­ma beberapa tahun tinggal di Penang, Malaysia, ia menghasilkan sejumlah karya seni mural di berbagai lokasi di Penang, salah satunya di George Town. Melalui karya-karya seni mu­ral­nya itu, ia berhasil dikenal masya­rakat luas di dunia interna­sional dan mendapat berbagai undangan untuk berkeliling dunia. Sebab, hasil karyanya menjadi viral di berbagai media.

Pria yang telah jatuh cinta pada seni sejak masih anak-anak ini pernah diundang untuk berkunjung ke Kuching, Malaysia berkat karya seni muralnya yang kian dikenal. Di sana ia mengenal spesies orangutan. Sejak kunjungannya itu, ia mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang orangutan, konservasinya, dan lainnya.

“Saya pun tertarik membuat mural dengan orangutan sebagai objeknya yakni di salah satu dinding di kawasan Kuching. Kemudian terlin­tas di benak saya untuk membuat pro­yek dan akhirnya memutuskan un­tuk membuat kampanye seni publik (Asian Tour) bertajuk ‘Splash and Burn’ ini. Sumatera Utara (Medan) merupakan kota pertama yang saya kunjungi di Asia,” katanya kepada Analisa saat berada di Medan, Kamis (23/2).

Proyek itu, sambungnya, akan mengkolaborasikan 10 seniman dari berbagai negara yang akan bersama-sama membuat karya seni mural di beberapa titik di Kota Medan. Proyek itu telah dimulai sejak awal Februari dan akan berakhir pada April mendatang. Ia berharap mural-mural yang dihasilkan nantinya dapat dijadikan sebagai media pencerahan masyarakat tentang pentingnya melestarikan alam sehingga lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

Direktur Orangutan Information Centre (OIC), Panut Hadisiswoyo menuturkan, ia sangat mengapresiasi inisiatif Ernest untuk bekerja sama dengan pihaknya sebab karya yang dihasilkan Ernest sesuai dengan visi misi OIC yakni menyadarkan masya­rakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, hutan serta orangutan khususnya orangutan Sumatera.

“Medan sangat membutuhkan nuansa yang berorientasi kepada penyelamatan lingkungan. Kita tidak terlepas dari alam dan lingkungan. Namun, Ernest telah menjembatani itu melalui hasil karya muralnya yang bertema lingkungan. Ini bagian dari edukasi sebagai upaya penyadaran untuk membuat hubungan manusia dengan alam lebih dekat,” ujarnya.

Ia menambahkan, ke depan, pi­hak­nya akan terus mengkam­panye­kan perlindungan ekosistem dan kon­servasi hutan serta orangutan melalui berbagai media. Termasuk kam­panye melalui seni mural.

()

Baca Juga

Rekomendasi