Oleh: Sari Ramadhani
APA yang ada di benak masyarakat ketika menyebut bacan? Mungkin sebagian besar orang pasti akan berpikir batu akik kristal berwarna hijau kebiruan. Batu asal Maluku Utara ini begitu mendunia beberapa tahun belakangan.
Selama ini, bacan memang identik itu-itu saja. Berwarna hijau kebiruan, kristal, idaman kolektor dan harganya yang fantastis. Pesona batu chrysocolla tersebut begitu bergelora hingga masyarakat sulit melihat akik nusantara lainnya.
Setelah ditelusuri, ternyata tidak banyak masyarakat awam mengetahui ada jenis bacan lain yang tak kalah indah. Bacan kembang namanya. Masih berasal dari Pulau Maluku Utara, batu ini sebelumnya hanya dianggap buangan dan tidak terpakai.
Batu bacan kembang merupakan hasil modifikasi para penggosok kreatif yang melihat sisi lain dari batu bacan biasa. Warnanya tetap menunjukkan identitas bacan, hijau kebiruan. Namun ada tambahan sensasi hitam, cokelat, dan oranye bata yang menambah keindahan si bacan kembang. Meskipun hijau tetap dominan menghiasi si batu asal Maluku Utara tersebut.
Kolektor asal Medan, Yandi Irawan Sutisna terpesona dengan keindahan bacan kembang. Pria berumur 44 tahun tersebut sebelumnya hanya mengoleksi bacan saja. Namun, ia mengaku senang mengoleksi akik bermotif dan bergambar seperti pancawarna dan bacan model baru ini.
Menurut pria asal Kota Tahu, Sumedang ini, bacan kembang memiliki keunikan. Dalam satu akik, ada sisi yang kristal dan badar. Batu ini juga banyak bergambar dan bermotif abstrak. Kombinasi warna pada bacan kembang sangat khas. Berbeda sekali dengan bacan kristal biasa. Akik ini ada kemiripan sedikit dengan pancawarna asal Garut. Namun, kombinasi warnanya, pancawarna lebih bagus walau tidak kristal.
"Keistimewaan bacan kembang karena motif dan warnanya lebih banyak dibandingkan bacan kristal biasa. Saya suka karena unik. Motifnya abstrak," kata bapak tiga anak tersebut.
Bacan kembang banyak ditemukan di pasaran. Tetapi untuk sebagian orang hanya dianggap buangan dan menganggap bacan kristal paling bagus. "Padahal buangan ini memiliki pola yang indah. Pinggiran dari bacan kristal itu menghasilkan bacan kembang. Kalau bacan biasa cuma satu warna," ujar pria yang mengoleksi bacan kembang sebanyak 50 akik tersebut.
Harga Terjangkau
Bacan kembang baru beredar di Medan selama akhir 2016. Untuk Pulau Jawa dan Maluku Utara, akik ini kemungkinan sudah lebih dikenal masyarakat karena keindahannya. Harga bacan kembang masih terjangkau. Sebentuk batu yang sudah digosok berkisar Rp200 ribu hingga Rp500 ribuan. Namun, sebelumnya harganya pernah mencapai jutaan rupiah.
Di Medan, cukup sulit menemukan bacan kembang. Hal itu disebabkan karena batu ini masih masuk jajaran batu baru dalam dunia gemstone.
"Selama ini orang banyak menyebutnya bacan cokelat (bacok). Hijaunya dominan dan memancarkan kristal. Nantinya saya ingin menambah koleksi," tutur PNS Kehutanan itu.
Penggosok batu akik asal Gang Kolam, Denny Fabian mengatakan, bacan kembang populernya jauh setelah bacan kristal. Kondisi ini muncul karena ada kejenuhan pemain akik untuk batu-batu kristal. Bacan kembang yang bagus biasanya berasal dari galian Kampung Majiko, Maluku Utara.
Bacan kembang, sambungnya, hanya ada di daerah asal. Bacan kembang belum pernah masuk dalam kelas kontes. Jika ada, akik ini masuk dalam kelas bacan.
Untuk kolektor, sambung ayah dua anak ini, kualifikasi bacan kembang tertentu harganya bisa lebih mahal dibandingkan bacan biasa, bahkan mencapai Rp2 juta. Warnanya dominan hijau, oranye bata, kebiruan, dan cokelat.
"Jangan anggap remeh bahan bacan yang terbuang. Ternyata hasilnya lebih bagus dan berkualitas. Harga jualnya juga bersaing. Apalagi untuk kolektor," ujar pria gondrong itu.
Teknik menggosok bacan juga lebih khusus. Perlu ketelitian agar mendapatkan kombinasi warna yang apik. Harga yang dibanderol untuk satu kali menggosok batu bacan seharga Rp30 ribu hingga Rp50 ribu. Sedangkan akik jenis lain hanya Rp25 ribu hingga Rp30 ribu. Mengamplasnya juga harus dalam kondisi lembab.
"Ongkos gosoknya lebih mahal karena bacan butuh perlakuan ekstra, begitu pun bacan kembang. Itu disebabkan karena harga bahannya mahal, jadi menggosoknya tidak bisa gegabah. Kita mengerjakannya santai dan agak pelan," tandasnya.