Penantian

PENANTIAN / 1 /

Yulia Tasnim

Senja tak lagi sama

kini ia menelan bahagia

lantas memaksa meneguk luka

mestikah setiap saat menanti

setelah puisi memilih pergi

menenun duka tak bertepi

Bumi Kompensasi, Unimed 2017

 

PENANTIAN / 2 /

Yulia Tasnim

Tentang penantian tanpa batasan

entah sampai kapan

adakah di suatu masa

kita saling berbagi rasa

penuhi hari dengan canda tawa

sejatinya semesta hendak mendukung

kini harapan telah dikurung

di dasar paling palung

Bumi Kompensasi, Unimed 2017

 

LEMBAR FEBRUARI /1/

Yulia Tasnim

Februari di depan mata

penuh nuansa kata

bertabur rasa cinta

pun debar dalam dada

mampukah kau meyakini

Februari tak sekedar penyerahan coklat berbentuk hati

pernyataan yang kerap basi

demi memahami dan saling mengerti

Bumi Kompensasi, Unimed 2017

 

LEMBAR FEBRUARI /2/

Yulia Tasnim

Di lembar Februari

mari kita nikmati sepotong puisi

sembari mengenang perjalanan

tentang pertemuan

pun kenangan yang bertebaran

Bumi Kompensasi, Unimed 2017

 

DELAPAN FEBRUARI

Wilda Riski

Duapuluh satu tahun lalu,

tangan halusmu menemaniku

alunan dari bibir mungil itu

pengantar lelapku

memanjakan kecilku seperti ratu.

pancaran wajah yang sejuk

tergambar jelas dalam benakku

aku telah dewasa bersama usia

melintasi hari tanpa henti

melibas segala ketidakmungkinan dengan keras

andai dirimu disini kini

barangkali alunanmu tetap ku dengar

meski aku bukan bayimu

seperti duapuluh satu tahun lalu.

Penulis Mahasiswi FKIP UMSU/FOKUS UMSU

 

SEPENGGAL KENANGAN

Wilda Riski

Di bawah lampu jalan itu

aku menggerutu

menanyai rindu tak kunjung temu

sedang kamu tak bersamaku

aku selalu menunggu

dengan wajah kian lesu

raga berbau layu

aku masih saja di bawah lampu jalan itu

menunggumu

walau aku tertikam pilu.

Penulis Mahasiswi FKIP UMSU/FOKUS UMSU

 

HATI MEMILIH PERGI #1

Wilda Riski

Pada hati yang memilih pergi

barangkali kau letih

menelan janji yang teringkari

tertikam duka berkali-kali

 Penulis Mahasiswi FKIP UMSU/FOKUS UMSU

 

HATI MEMILIH PERGI #2

Wilda Riski

Seperti kupu-kupu beterbangan

kesana kemari, kau memilih pergi

membungkus hati.

menaruh harap pada Ilahi dipertemukan

kekasih yang penuh kasih.

Penulis Mahasiswi FKIP UMSU/FOKUS UMSU

 

ISYARAT RINDU

Ubai Dillah Al Anshori

Seandainya peluh

semakin melepuh

syahdu berlabuh

sebab rindu

sebagai teduh

FKIP UMSU/FOKUS UMSU

 

KABUT DI JENDELA

Ubai Dillah Al Anshori

Kau memilih pekat malam

sebagai aku

melukis di jendela

wajahmu

sedang kabut

membanjiri.

FKIP UMSU/FOKUS UMSU

 

RUMAH SENJA

Ubai Dillah Al Anshori

Cuaca berpiuh

berita tentang kelahiran

di sepetak rumah senja

kerindangan, ketakutan

tergambar di tubuh ibu

FKIP UMSU/FOKUS UMSU

 

SAJAK BUAT SEORANG

KEKASIH

Ubai Dillah Al Anshori

kekasih, kutuang sejuta sajak

untuk menemani degup

kekasih, langit menua

cintaku setia.

FOKUS UMSU/FOKUS UMSU

 

Jelang Pilkada

Novita Sari Purba

Ada senyum yang meminta jasa

senyum para dewa yang meminang harap

bercemas dan berpura ria

wajah pancarkan nisan pemanis

pun tangan mengulur sebongkah harta

jelang pilkada

semua wajah bertimang senyum

aku di antara mereka

 

KEPADA PARA CALON/1/

Novita Sari Purba

Benarlah Tuhan mengantarmu ke pintu surga

tak perlu berhitung musim kau duduk di takhta mulia

benarlah Tuhan memberimu makna

menjadi pelayan bagi rakyatmu yang kau naungi

dan, Tuan calon

janganlah berpura lupa

jika kelak kau duduk di kursimu

jangan lupakan serapahmu

tak lebih dari apa

hanya saja jelata selalu menginginkan sebuah kejujuran

 

KEPADA PARA CALON /2/

Novita Sari Purba

Mendung di kota kita semusim ini

menjadi satu tanda entah ia bermakna

ada seorang hamba yang melupa tuannya

melahap habis harta yang bukan miliknya

menerabas malam melangkahi rumah yang tak menjagi bagiannya

mendung itu belum sirna

namun harapan nyata di depan mata

nyalaklah, Pemimpinku

jangan menjadi buta dan tuli

lihat berapa dosa yang membelakangi janjinya

berapa kertas habis sebagai pembuangan tutur manis

spanduk-spanduk jalanan

koran-koran daerah

kolom pun kolong langit

mengukir namamu di ruang seluruhnya

menjadilah serupa janji

jangan menjadi serapah tak berarti

 

KEPADA WAKTU

Tanita Liasna

Sang Waktu;

tidakkah engkau begitu angkuh

terus berlalu meski kaki-kaki berlarian mengejarmu

kau begitu tak peduli

dengan ratap atau sesal di setumpuk kata duka

angkuhmu membuta

melangkah tanpa berucap

meski jerit

meski asa

meski pinta

dan kau beri pula kenangan

terus saja membakar

meski berlalu

meski telah tiada

Rumah Cerita, 131115

 

DI ANTARA RINAI HUJAN

Tanita Liasna

Di antara rinai hujan

kuingat bulir kenang dalam kepalaku

berloncatan

kisah-kisah sehabis senja

atau cerita pada sepadu rindu

aku mengingat senyummu

bola mata sendu

juga paras dan tawamu yang merenyah

ah, sudah kukabar-kabar asa

telah kuranumkan cinta

tapi segala sepi

terasa mati

Rumah Cerita, 131115

 

DI ANTARA RINAI HUJAN

Tanita Liasna

Di penghujung ini sempat kuingat

ranum rindu kau ulaskan teruntukku

sebagai tanda takkan kau tabur luka

meski kadang duka tak sengaja kau rekam

tahukah kau, wahai serojaku

rindumu adalah mantra pengikat jiwa

ialah debar dari seulas detakan dada

andai kau pergi, wahai serojaku

hampalah sudah seluruh rasa

musnah segala kata

Rumah Cerita, 191115

 

DI PENGHUJUNG TAHUN

Tanita Liasna

Tak terasa sampai waktu di ujung tahun

suka duka tertulis rapi

dalam kenang warna warni

ada yang terpintal, jelas tak lepas

ada yang hilang, terlewat begitu

ada yang membekas, sampai mati takkan terhapus

di penghujung tahun

begitu segala berjalan

semoga menjadi pengajar buat semua

agar belajar menjadi terbaik di masa mendatang

Rumah Cerita, 191115

 

PASIR PANTAI DEKAT

RUMAHMU

Aisyah Haura Dika Alsa

Kepadamu; Perempuan Sorkam

aku tulis sajak-sajak ini

saat rinduku padamu begitu nganga

saat sepasang tanganku begitu ingin

menyangkutkan lengannya di tubuhmu

kapan kita akan telanjang kaki

bermesra bersama pasir-pasir putih

saat mentari akan terbit atau terbenam kembali

biar nanti, aku ingin meledekmu

sambil menaburkan pasir pantai ke tubuhmu

membuatmu kesal dan memelukku

FKIP UMSU, 2015

 

SEBELUM MENTARI PULANG

Aisyah Haura Dika Alsa

Berita resah telah sampai di tujuan

mengetuk polesan waktu yang palsu

puing-puing dalam kenang menikam kejam

suara-suara ngeri menjelang di telinga

mengisi perih-pedih sanubari

maka, aku bergiat

berlapang dalam-dalam

menawarkan diri kepada taat

sebelum mentari pulang

sebelum maut lebih dekat

FKIP UMSU, 2015

 

SUDAHI DERU RINDU

Aisyah Haura Dika Alsa

Pualam jantung pengap

sebab kaki-kaki tersesat

langkah membanyak di salah tempat

pelangi-pelangi payah ditemui

aku ingin berpulang kepada yang benar

saat menatapnya saja telah menjadi pahala maka,

sebelum deru rindu kepadamu lebih jauh aku akan memutar arah menjadi sekumpulan tanah merah yang bunga-bunganya hanya akan mekar pada waktunya

FKIP UMSU, 2015

 

KITA BANGSA ISTIMEWA

Biolen Fernando Sinaga

Kita ini satu-satunya bangsa,

yang bertanah air,

maka itu kita harus menyayangi bumi,

melebihi yang dilakukan bangsa lain.

kita ini satu-satunya negara,

yang beribukota,

maka itu kita harus hadirkan,

wajah kota yang lembut dan keibuan.

jika kita tak bisa berbuat banyak,

pada bumada kota,

setidaknya kita tak merusaknya,

sebab itu melukai nurani kita.

kita ini bangsa yang istimewa,

itulah kenyataannya.

Medan, Feb 2016- Feb 2017

 

INDONESIA

Biolen Fernando Sinaga

Cukup banyak dosa,

kita lakukan pada Indonesia,

lima sila tidak kita pelihara,

sumpah jabatan kita tidak laksanakan,

cinta tanah air hanya ada dalam ucapan.

jika dosa demi dosa kita tambahi,

ibu pertiwi akan semakin sengsara,

hutan-hutannya akan gundul,

sungai-sungainya akan banjir bandang,

gunung-gunungnya akan meletus,

merugikan si baik dan si jahat.

cukup sudah ibu pertiwi menangis,

jangan ciptakan tragedi yang lebih tragis.

 Medan, Feb 2016- Feb 2017

 

BULAN MERAH JAMBU

Harmen Azmi

Bulan merah jambu singgah di ujung mata

hatimu merah

direkah lelaki bermata elang

ketika sayap elang merengkuh jiwa

bulan merah jambu rebah di hatimu

selamanya

 

VALENTINE

Harmen Azmi

Adalah cinta putih

berbalut merah muda

valentine adalah cinta yang sebenarnya cinta

usah kau debat

 

SELAMAT VALENTINE

Harmen Azmi

Aku gamang

bolehkah bilang Selamat Valentine padamu?

aku ingin

hanya takut kau bilang najis

 

SEPARUH LUKA

Harmen Azmi

Separuh luka pernah kau titip dalam saku

kubiar selamanya di sana

walau langkah jadi letih

sebab kupercaya di dalam luka ada butiran bahagia

harus kupahami waktu yang tepat memanennya

()

Baca Juga

Rekomendasi