Cerpen

Asal-usul Warna Sayap Kupu-kupu

Oleh: Toni Burhan

DAHULU kala kupu-kupu adalah serangga yang berwarna putih dan agak tembus pan­dang. Tubuh mereka jika terkena cahaya akan berkilauan dan sangat halus. Lebih halus dari selembar kain sutera. Mereka tergolong mah­luk yang tinggal di alam para peri berada. Me­reka ditugaskan ke bumi untuk memasukan cairan madu ke dalam bunga-bunga sebelum para bunga mekar. Raja para peri memberi mereka tugas penting tersebut dan mereka telah menjalankannya dengan sangat baik. Sang raja peri pernah berpesan kepada mereka untuk tidak boleh setetes pun menelan cairan manis ini, karena jika dilanggar maka celakalah yang akan didapat. Setiap pagi-pagi sekali sebelum sang surya terbangun, para kupu-kupu telah membawa mangkuknya masing-masing. Dengan sebuah pipa khusus mereka menghisap dari mangkuk dan menyemprotkannya ke dalam kuntum -kuntum bunga yang akan segera mekar. Ketika cairan tersebut menyentuh lidah mereka, sebuah kelezatan yang tak mampu terucapkan oleh kata-kata, kerap kali harus mereka tahan. Mereka hanya mampu menelan ludah membayangkan suatu ketika dapat mencicipi dengan puas cairan manis berwarna emas yang bening itu. Namun mereka tak berdaya, mereka dilarang untuk memakannya. Setiap pagi-pagi sekali para kupu-kupu sangat banyak berterbangan menyebar ke setiap sudut hutan maupun pedesaan. Kaum laba-laba selalu  memperhatikannya . Mereka mema­sang jaring-jaring halus nan kuat di mana-mana. Kaum laba-laba berharap dapat memangsa kupu-kupu bening. Namun usaha mereka sia-sia. Karena kupu-kupu pada saat itu  adalah mahluk peri yang bersih dan suci. Mereka mampu terbang menembus jaring laba-laba karena mereka memiliki tubuh yang halus. Kaum laba-laba selalu ber­pikir, seandainya kupu-kupu yang berter­bangan sebanyak itu semuanya tersangkut dalam jaringnya, tentu ia tak perlu pusing memikirkan makanan selama sebulan. Sang laba-laba jahat berusaha memikirkan cara agar kupu-kupu ini mampu terjebak dan menjadi santapannya kelak. Kaum laba-laba setiap harinya selalu menelan ludah jika melihat puluhan ekor kupu-kupu tembus pandang terbang menembus jaring mereka. Laba-laba jahat segera pergi menemui pe­nyihir hutan yang jahat. Ia mencari tahu apa yang harus dilakukan agar si kupu-kupu dapat menjadi santapannya. Ternyata tidaklah sesulit yang dibayangkan.

Suatu ketika laba-laba jahat mendekati para kupu-kupu yang tengah sibuk bekerja.

“Hai para kupu-kupu kecil, sedang apakah kalian?”

“Kami sedang memasukan cairan madu ke dalam bunga, agar para bunga bisa berkem­bang biak dan bertambah banyak.”

“Oh... Madu? Apakah itu?”

“Madu itu adalah cairan yang terbuat dari lelehan kristal emas negeri peri yang mengalir tiada habisnya. Rasanya wangi, kental dan lezat sekali.”

“Lalu pernahkah kalian mema­kannya?”

“Tidak pernah, tuan laba-laba.”

“Tahukah kalian, apakah yang akan terjadi bila kalian memakan cairan madu tersebut.”

“Kami tak berani mela­kukannya.” Jawab para ku­pu-kupu secara serentak.

“Tahukah kalian setiap kuntum bunga yang telah diberi madu warnanya akan menjadi cerah dan indah.”

“Iya, itu betul sekali.”

“Coba kalian perhatikan tubuh kalian masing-masing. Tidak berwarna, putih dan membosankan. Apakah kalian tidak ingin memiliki tubuh indah bagaikan bunga-unga yang bermekaran itu?”

“Tentu kami sangat ingin, kami sudah lama bosan dengan tubuh tak berwarna begini. Kami juga tak dapat menyentuh bagaimana lembutnya kelopak bunga?”

“Kalian dapat memilikinya dan mela­kukan­nya bila kalian mendengarkan perkataanku.”

“Sungguhkah?”  Semua kupu-kupu mem­perlihatkan raut wajah penasarannya. Laba-laba jahat tentu senang dengan reaksi mereka.

“Kalian cicipilah dan telanlah cairan madu tersebut maka kalian akan menjadi indah seperti bunga, bukankah kalian ingin seperti bunga? Saya tahu sudah sejak lama kalian iri dengan para bunga, bukankah begitu?”

“Tapi, jika kami mencicipinya, maka yang mulia raja peri akan marah dan menghukum kami.”

“Tidak perlu khawatir. Yang mulia raja justru akan lebih menyukai keindahan tubuh baru kalian nanti. Dan ia tentunya akan memuji-muji keindahan tubuh baru yang berwarna-warni kalian.”

“Sepertinya benar apa yang dikatakan tuan laba-laba barusan, yang mulia raja sangat menyukai bunga-bunga yang berwarna-warni.”

Sang laba-laba jahat tersenyum licik. Para kupu-kupu tidak lagi memasukan madu ke dalam bunga. Tetapi mereka malah mela­hapnya sendiri. Mereka dengan sedotan khu­sus mulai menghisapnya. Pertama sekali me­reka rasakan cairan manis dan kental tersebut melewati tenggorkan mereka. Mereka menjadi ketagihan. Rasanya begitu nikmat dan lezat. Mereka ingin dan inginkan lagi. Sungguh kenik­matan cita rasa yang luar biasa. Mereka melahap habis mangkuk-mangkuk cairan madu tersebut tanpa tersisa setetes pun. Benarlah apa yang di katakan si tuan laba-laba. Perlahan-lahan sayap dan tubuh mereka menjadi lebih tebal dan berat. Bercak-bercak warna muncul di kedua belah sayap dan tubuh mereka. Mereka dalam waktu tak lama telah berubah menjadi kupu-kupu cantik yang berwarna-warni. Mereka merasa sangat ba­hagia dengan perubahan yang menak­jub­kan itu. Sang laba-laba bahagia sekali dengan per­buatan para kupu-kupu yang melanggar pe­rintah.

Hari sudah agak siang matahari telah ba­ngun dari singgasananya. Karena tidak diberi cairan madu maka sebagian bunga hari itu tidaklah mekar. Para kupu-kupu berniat untuk pulang ke alam peri. Mereka seperti biasa terbang bebas melewati jaring laba-laba. Namun mereka tak lagi bisa seperti sebe­lumnya. Mereka tak dapat lagi terbang menem­bus jaring. Karena tubuh mereka telah berubah menjadi padat dan kasar. Banyak diantara mereka yang tersangkut di jaring laba-laba dan kemudian menjadi santapan laba-laba jahat. Mereka juga menjadi incaran dan santapan para burung maupun para binatang pemangsa lainnya  karena memiliki warna yang norak. Kini mereka bersedih dan mereka berusaha untuk kembali ke alam peri. Namun mereka tak dapat lagi menemukan pintu goa menuju alam peri. Pintu tersebut tak dapat lagi terlihat oleh mereka. Mereka tiba-tiba mendengar suara dari raja penguasa alam peri.

“Kalian telah lalai dalam menjalankan tugas. Kalian hari ini telah membuat para bunga tak dapat mekar. Kalian membuat para lebah tak dapat makan dan membuat alam menjadi tak seimbang. Maka terkutuklah kalian. Kalian tak akan mempuyai umur yang panjang dan kalian selamanya tak akan dapat kembali lagi ke alam peri. Tugas penting kalian akan dia­lihkan kepada mahluk lain dari alam peri.”

Para kupu-kupu menagis. Mereka menye­sali perbuatannya. Akibat mereka tak mema­tuhi perintah mereka sekarang telah hidup dalam kesulitan. Karena dengan memiliki  wujud yang cantik, mereka selalu menjadi in­ca­ran anak-anak manusia dan karena me­reka memiliki warna yang norak mereka gam­pang ditemukan pemangsa. kupu-kupu telah menjadi ketagihan terhadap madu. Mereka akhirnya menjadi serangga penghisap madu abadi, sedotan mangkuk tersebut kini telah berubah fungsi menjadi penghisap madu dan bersatu di dalam mulut mereka untuk selama-lamanya. Demi menebus kesalahan mereka terhadap para bunga mereka memutuskan untuk juga ikut membantu bunga dalam melakukan penyerbukan.***Dahulu kala kupu-kupu adalah serangga yang berwarna putih dan agak tembus pan­dang. Tubuh mereka jika terkena cahaya akan berkilauan dan sangat halus. Lebih halus dari selembar kain sutera. Mereka tergolong mah­luk yang tinggal di alam para peri berada. Me­reka ditugaskan ke bumi untuk memasukan cairan madu ke dalam bunga-bunga sebelum para bunga mekar. Raja para peri memberi mereka tugas penting tersebut dan mereka telah menjalankannya dengan sangat baik. Sang raja peri pernah berpesan kepada mereka untuk tidak boleh setetes pun menelan cairan manis ini, karena jika dilanggar maka celakalah yang akan didapat. Setiap pagi-pagi sekali sebelum sang surya terbangun, para kupu-kupu telah membawa mangkuknya masing-masing. Dengan sebuah pipa khusus mereka menghisap dari mangkuk dan menyemprotkannya ke dalam kuntum -kuntum bunga yang akan segera mekar. Ketika cairan tersebut menyentuh lidah mereka, sebuah kelezatan yang tak mampu terucapkan oleh kata-kata, kerap kali harus mereka tahan. Mereka hanya mampu menelan ludah membayangkan suatu ketika dapat mencicipi dengan puas cairan manis berwarna emas yang bening itu. Namun mereka tak berdaya, mereka dilarang untuk memakannya. Setiap pagi-pagi sekali para kupu-kupu sangat banyak berterbangan menyebar ke setiap sudut hutan maupun pedesaan. Kaum laba-laba selalu  memperhatikannya . Mereka mema­sang jaring-jaring halus nan kuat di mana-mana. Kaum laba-laba berharap dapat memangsa kupu-kupu bening. Namun usaha mereka sia-sia. Karena kupu-kupu pada saat itu  adalah mahluk peri yang bersih dan suci. Mereka mampu terbang menembus jaring laba-laba karena mereka memiliki tubuh yang halus. Kaum laba-laba selalu ber­pikir, seandainya kupu-kupu yang berter­bangan sebanyak itu semuanya tersangkut dalam jaringnya, tentu ia tak perlu pusing memikirkan makanan selama sebulan. Sang laba-laba jahat berusaha memikirkan cara agar kupu-kupu ini mampu terjebak dan menjadi santapannya kelak. Kaum laba-laba setiap harinya selalu menelan ludah jika melihat puluhan ekor kupu-kupu tembus pandang terbang menembus jaring mereka. Laba-laba jahat segera pergi menemui pe­nyihir hutan yang jahat. Ia mencari tahu apa yang harus dilakukan agar si kupu-kupu dapat menjadi santapannya. Ternyata tidaklah sesulit yang dibayangkan.

Suatu ketika laba-laba jahat mendekati para kupu-kupu yang tengah sibuk bekerja.

“Hai para kupu-kupu kecil, sedang apakah kalian?”

“Kami sedang memasukan cairan madu ke dalam bunga, agar para bunga bisa berkem­bang biak dan bertambah banyak.”

“Oh... Madu? Apakah itu?”

“Madu itu adalah cairan yang terbuat dari lelehan kristal emas negeri peri yang mengalir tiada habisnya. Rasanya wangi, kental dan lezat sekali.”

“Lalu pernahkah kalian mema­kannya?”

“Tidak pernah, tuan laba-laba.”

“Tahukah kalian, apakah yang akan terjadi bila kalian memakan cairan madu tersebut.”

“Kami tak berani mela­kukannya.” Jawab para ku­pu-kupu secara serentak.

“Tahukah kalian setiap kuntum bunga yang telah diberi madu warnanya akan menjadi cerah dan indah.”

“Iya, itu betul sekali.”

“Coba kalian perhatikan tubuh kalian masing-masing. Tidak berwarna, putih dan membosankan. Apakah kalian tidak ingin memiliki tubuh indah bagaikan bunga-unga yang bermekaran itu?”

“Tentu kami sangat ingin, kami sudah lama bosan dengan tubuh tak berwarna begini. Kami juga tak dapat menyentuh bagaimana lembutnya kelopak bunga?”

“Kalian dapat memilikinya dan mela­kukan­nya bila kalian mendengarkan perkataanku.”

“Sungguhkah?”  Semua kupu-kupu mem­perlihatkan raut wajah penasarannya. Laba-laba jahat tentu senang dengan reaksi mereka.

“Kalian cicipilah dan telanlah cairan madu tersebut maka kalian akan menjadi indah seperti bunga, bukankah kalian ingin seperti bunga? Saya tahu sudah sejak lama kalian iri dengan para bunga, bukankah begitu?”

“Tapi, jika kami mencicipinya, maka yang mulia raja peri akan marah dan menghukum kami.”

“Tidak perlu khawatir. Yang mulia raja justru akan lebih menyukai keindahan tubuh baru kalian nanti. Dan ia tentunya akan memuji-muji keindahan tubuh baru yang berwarna-warni kalian.”

“Sepertinya benar apa yang dikatakan tuan laba-laba barusan, yang mulia raja sangat menyukai bunga-bunga yang berwarna-warni.”

Sang laba-laba jahat tersenyum licik. Para kupu-kupu tidak lagi memasukan madu ke dalam bunga. Tetapi mereka malah mela­hapnya sendiri. Mereka dengan sedotan khu­sus mulai menghisapnya. Pertama sekali me­reka rasakan cairan manis dan kental tersebut melewati tenggorkan mereka. Mereka menjadi ketagihan. Rasanya begitu nikmat dan lezat. Mereka ingin dan inginkan lagi. Sungguh kenik­matan cita rasa yang luar biasa. Mereka melahap habis mangkuk-mangkuk cairan madu tersebut tanpa tersisa setetes pun. Benarlah apa yang di katakan si tuan laba-laba. Perlahan-lahan sayap dan tubuh mereka menjadi lebih tebal dan berat. Bercak-bercak warna muncul di kedua belah sayap dan tubuh mereka. Mereka dalam waktu tak lama telah berubah menjadi kupu-kupu cantik yang berwarna-warni. Mereka merasa sangat ba­hagia dengan perubahan yang menak­jub­kan itu. Sang laba-laba bahagia sekali dengan per­buatan para kupu-kupu yang melanggar pe­rintah.

Hari sudah agak siang matahari telah ba­ngun dari singgasananya. Karena tidak diberi cairan madu maka sebagian bunga hari itu tidaklah mekar. Para kupu-kupu berniat untuk pulang ke alam peri. Mereka seperti biasa terbang bebas melewati jaring laba-laba. Namun mereka tak lagi bisa seperti sebe­lumnya. Mereka tak dapat lagi terbang menem­bus jaring. Karena tubuh mereka telah berubah menjadi padat dan kasar. Banyak diantara mereka yang tersangkut di jaring laba-laba dan kemudian menjadi santapan laba-laba jahat. Mereka juga menjadi incaran dan santapan para burung maupun para binatang pemangsa lainnya  karena memiliki warna yang norak. Kini mereka bersedih dan mereka berusaha untuk kembali ke alam peri. Namun mereka tak dapat lagi menemukan pintu goa menuju alam peri. Pintu tersebut tak dapat lagi terlihat oleh mereka. Mereka tiba-tiba mendengar suara dari raja penguasa alam peri.

“Kalian telah lalai dalam menjalankan tugas. Kalian hari ini telah membuat para bunga tak dapat mekar. Kalian membuat para lebah tak dapat makan dan membuat alam menjadi tak seimbang. Maka terkutuklah kalian. Kalian tak akan mempuyai umur yang panjang dan kalian selamanya tak akan dapat kembali lagi ke alam peri. Tugas penting kalian akan dia­lihkan kepada mahluk lain dari alam peri.”

Para kupu-kupu menagis. Mereka menye­sali perbuatannya. Akibat mereka tak mema­tuhi perintah mereka sekarang telah hidup dalam kesulitan. Karena dengan memiliki  wujud yang cantik, mereka selalu menjadi in­ca­ran anak-anak manusia dan karena me­reka memiliki warna yang norak mereka gam­pang ditemukan pemangsa. kupu-kupu telah menjadi ketagihan terhadap madu. Mereka akhirnya menjadi serangga penghisap madu abadi, sedotan mangkuk tersebut kini telah berubah fungsi menjadi penghisap madu dan bersatu di dalam mulut mereka untuk selama-lamanya. Demi menebus kesalahan mereka terhadap para bunga mereka memutuskan untuk juga ikut membantu bunga dalam melakukan penyerbukan.***

()

Baca Juga

Rekomendasi