POHON RINDANG
Jaramil Saragih
Pohon senantiasa riang
terima hinggapan burung di atas dahan
bermain, berkicau, hilangkan sunyi
meski akhirnya burung tak memilih
membangun sarangnya di atas
tubuhmu pepohonan rindang
(2017)
BAHAGIA
Jaramil Saragih
Terlalu lucu menatap foto masih kecil
kata andai tersentak tiba-tiba datang
terlambat memang,namun tidak terlambat untuk bahagia, sebahagia masa kecil
(2017)
PUISI PERTAMA
Jaramil Saragih
Bukan seperti cinta pertama
puisi pertama tak pernah kuingat
kapan dan apa isinya, kuingat hanya
puisi terlahir dari renungan panjang
di timang-timang semakin besar
cita-citanya bisa ada meja redaksi
(2017)
PECINTA EMBUN
Jaramil Saragih
Aku pencinta embun
terlahir di dedaunan pagi
embun terjarang di kota besarku
lembut dinginya terindu selalu
jika bertemu sesekali, tak lupa
katakan jarak akan terlipat sendiri
(2017)
Banda Naira / 1
Mirna Alfiani
Hari itu benar penuh teka-teki
hatiku seperti sebuah pulau sepi
kemudian berganti menjadi sebait puisi
puluhan lampion menjadi saksi
cinta bersemi di pelupuk sunyi.
Mahasiswi FKIP UMSU
Banda Naira / 2
Mirna Alfiani
Selalu ada kekuatan magic yang dilahirkan Banda Naira
seperti angin meniupkan rindu,
langit menangkapnya
kemudian dia kabarkan melalui hujan
jatuh satu-satu di lekuk tubuhmu sampai pelangi menyambut.
Mahasiswi FKIP UMSU
Banda Naira / 3
Mirna Alfiani
Ada yang lebih nikmat dari kopiku di cangkir terakhir yaitu menatap senja di Banda Naira bersamamu kemudian kita abadikan di lensa kamera milikku
untuk dinikmati kala tua nanti.
Mahasiswi FKIP UMSU
L U P A
Mirna Alfiani
Pada akhirnya kita lupa memunguti pisau
yang kita tabur tempo dulu
hingga kita selalu diseret bayang-bayang lalu yang selalu menjadi benalu diantara rindu.
Mahasiswi FKIP UMSU
MARET MENYERET LUKA /1
Alda Muhsi
Malam semakin tua di antara debar kita yang mendengar dengkur jam dinding mata pisau tajam membiaskan darah berbau amis melekat pada punggung bulan sejatinya aku masih punya album untuk kita buka dan tertawai namun maret lebih dulu menyeret tubuhmu pada hamparan luka yang selalu kita elak liangnya
SSSK, Maret 2017
MARET MENYERET LUKA /2
Alda Muhsi
Nun tiada pernah aku memandang
bahwa tubuhmu akan goyang
pada sebuah hantaman tanda tanya
yang melingkupi jiwamu bukankah kita sedang memeram mimpi
tapi mengapa kau berbagi pilu
meski tertatih kau eja waktu
tanganmu tiba-tiba saja bergetar
ketika coba melambai
SSSK, Maret 2017
MARET MENYERET LUKA /3
Alda Muhsi
Jangan pernah berharap inilah ilustrasi
kau benar-benar memegang bara
yang membakar telapak tanganmu
sudahlah, jangan sentuh aku
sembunyikan lukamu, jauh
biar aku menjadi angin, direngkuh waktu
SSSK, Maret 2017
MARET MENYERET LUKA /4
Alda Muhsi
Aku lebih memilih bungkam sebab itulah satu-satunya cara membendung air mata ketika maret menyeret luka di tubuhmu
SSSK, Maret 2017
MARET DAN HARAPAN
Naomi
Sepanjang sujud dalam doa ketika sepertiga malam datang menyelimuti gelap kutekuk urat-urat untuk bersimpuh penuh harapan agar Tuhan mendekap mesra wanitaku wanita yang kusebut profesor dunia supaya sehat supaya tetap kuat
menyaksikanku dipersimpangan jalan
memakai jas hitam kebahagiaan
memakai toga impiannya
lalu menghapus pelan-pelan luka
sambil mencium tangan lembutnya
Medan, 2017
HARAPAN YANG KEMBALI
Naomi
Kali ini kau kembali membuka semua mata kau berbeda ada haluan yang kau ubah seperti janji yang kau ucapkan kini tak sembarang kau wujudkan Maret kembali datang memberi kesempatan mengetuk hati
agar kita bersatu kembali
Medan,2017
HARAPAN YANG MEMBUKIT
Naomi
Biarkan aku menyeruput kopi
dengan menggilai tawamu dipagi yang panjang agar aku bisa menyamakan detak jantung yang berdebar saat malam menghias tidur
ketika pagi dan siang menjarakkan
biarkan aku terus menyisir
benang-benang indah
mahkota hitam milikmu
agar kau tahu arti rindu
saat ku tinggal sendirian
yang datangnya tanpa diminta, kasih
BIANGLALA
Naomi
Tentang bianglala yang jarang bernyanyi
tentang bianglala yang jarang kutemui
tentang bianglala yang datangnya ditunggu pada anak-anak, perempuan dan semua orang
ia akan datang saat petang menggelegar ke bumi menjatuhkan tangisnya bianglala bisa kau lihat
ia menari, bernyanyi dengan banyak warna apa kau percaya bianglala penghapus lara?
atau kau akan menceritakan keluh kesah dengan membawa bianglala dalam tidurmu?
MATA GETAR 1
Abd Sofi
Kau adalah istriku
isyarat tak lepas,mencumbui kesepian panjang kita memang tidak bersama
namun getar mata dan erat tangan mengalir menerpa kebekuan
kucipta lagu kehampaan udara
hingga dada basah dan bahasa kerap menyiksa raga
MATA GETAR 2
Abd Sofi
Istriku ,aku ingin engkau pulang
meletakkan kembali kerinduaan yang tersesat di lembah rumahmu
biarkan mimpi tenang ,memandang jalan dan purnama pagi ini
kita telah jauh melaju,hapuslah segala tentang aku
MATA GETAR 3
Abd Sofi
Kembang api mengguncang dada
namum namamu terlalu indah dan luka kugenggang malam lebam menusuk
istriku pulanglah,bawalah segala kenangan ini agar kebekuan ini mencair dan petasan meledak di antara gelap malam
MATA GETAR 4
Abd Sofi
Istriku,telah 70purnama
cepatlah pulang
ini pedang bunuh segala pandang
bunuh rindu,melangkak
PANCAROBA
Gigih S
Tak akan kau nikmati lagi
tetesan hujan pagi hari
sekarang tinggal butiran debu
kelililng di atas ubun-ubunmu
digiring angin bersama terik
berubahlah sudah musim
seperti kita yang sudah beda ingin
KESENJANGAN
Gigih S
Mereka digilas teknologi
kehilangan penumpangnya pagi ini
tepian jalan sungguh sepi
tinggal taman kecil, dengan bunga warna-warni sambil baca koran dan mengulang khayal dadanya nyaris dibakar dendam kesenjangan, saat penumpangnya diambil orang dengan jaket hijau dan smartphone di tangan
DENGKURAN TUKANG ANGKOT
Gigih S
Sekarang dia hanya banyak tertidur
kota itu tak menjanjikan lagi uang
orang-orang sudah jadi pintar
sekali "klik" menunggu jemputan
kemana lagi nasib diadukan?
anaknya masih harus makan
istrinya belum bayar hutang semoga dengkuranya sampai ke Istana dia tertidur menunggu penumpang
KEMBALINYA ALANA I
Gigih S
Kembalinya Alana ke kota
di kunjunginya Istana Maimun
warna catnya masih sama
saat seperti dia dulu bermain di terasnya
di ujung jalan protokol, gedung sudah mencakar menantang langit, mengangkangi lapangan Merdeka
dekat jembatan sungai Deli dan Babura Alana kehilangan ingatannya
dimana sungai, pohon hijau tempatnya main boneka
D E S I R
Muhammad Nor Daulay
Duhai rinai asa kau belai halus raga
hapus semua kenangan pahit meradang jiwa bersihkan semua tinta bergores luka hapus semua noda-noda derita
Penulis Mahasiswa FKIP UMSU
KAU DINANTI
Muhammad Nor Daulay
Jari menari di bait sajak ini diantara larik kau selip rindu rindu akan puisi yang merdu dilembar madah usang ini
kau dinanti
Penulis Mahasiswa FKIP UMSU
KAU RINDU
Muhammad Nor Daulay
Ketika mata hati mengedip malu kala kamu merayu temu berkecumik tawa dalam dadaku mengapa denganmu?
kau rindu
Penulis Mahasiswa FKIP UMSU
DIA RINDU
Muhammad Nor Daulay
Ketika mentari menutup hari
dengan jingganya
di langit senjaku disapa
semilir angin meniup kata
"temui aku malam biru"
Penulis Mahasiswa FKIP UMSU