“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Banyak manusia mengidap penyakit stress. Kenapa? Karena tidak mampu menikmati apa yang diberikan Allah kepadanya. Jika orang menikmati apa yang diberikan Allah, pasti hatinya akan tenang, tidak gelisah. Ia yakin apa yang diberikan Allah kepadanya, sesungguhnya itu yang terbaik. Keyakinan itulah yang disebut dengan syukur.
Rasul Saw pernah bersabda bahwa orang yang paling bersyukur ialah manusia yang paling qanaah (menerima pemberian Allah) dalam kehidupannya. Sedang manusia yang paling kufur adalah manusia yang rakus dan tamak. Karena orang yang rakus itu tidak pernah menikmati yang sudah ia terima, ia terus berangan-angan terhadap apa yang belum ia miliki.
Jika Allah memberikan padanya, satu gunung emas, maka orang yang tidak pernah bersyukur akan menganggap bahwa pemberian itu kurang, ia menginginkan gunung emas yang lain. Sebaliknya orang yang selalu bersyukur, ketika Allah memberikan kepadanya satu bongkah emas, layaknya seperti Allah memberikan isi dunia ini kepada-Nya.
Maka patut untuk direnungkan apa yang dikatakan Ali bin Abi Thalin, bahwa orang yang qanaah adalah orang yang kaya. Sedangkan yang rakus atau tamak sebenarnya orang fakir.
Kata syukur di dalam Alquran disebutkan sebanyak 75 kali. Dan yang menarik kata bala’ (musibah) juga didapati sebanyak 75 kali. Sebagian mufassir (ahli tafsir) mengatakan sepertinya antara syukur dan bala’ mengindikasikan bahwa Allah Swt ingin mengatakan bahwa adanya musibah itu karena kurangnya bersyukur kepada Allah Swt.
Karena itulah bila kita merujuk kepada surat Ibrahim: 7, menjelaskan bahwa jika kita bersyukur dengan apa yang Allah berikan, pasti Allah akan menambah (nikmat) kepada kita. Tambahan nikmat yang dimaksud di sini bisa berbentuk zahir seperti harta yang bertambah, ataupun batin seperti: ketentraman hati, kebahagiaan keluarga, dan sebagainya.
Maka jangan heran kalau ada orang yang secara materi, hidup dalam kekurangan, tetapi ia selalu bahagia. Tidak ada rasa gundah gulana. Sebaliknya banyak orang kaya secara materi, tetapi hidupnya susah. Tidak ada rasa ketentraman di hatinya. Maka boleh jadi inilah yang diberikan Allah kepada mereka yang kufur akan nikmat-nikmat Allah.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman: “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS.An-Nisa: 147)
Jadi berdasarkan ayat ini, Allah tidak akan menyiksa (menimpakan musibah) jika kita bersyukur dan beriman.
Setiap orang mencoba menghitung-hitung nikmat Allah, namun ia pasti tidak akan sanggup seperti ketidaksanggupannya menghitung jumlah bintang di langit
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)
Kenapa tulisan tentang syukur saya angkat hari ini. Karena pada saat yang hampir bersamaan tepatnya di bulan Maret ini saya lahir tepat tanggal 17 Maret. Ini artinya saya mensyukuri nikmat Allah berkaitan dengan umur yang sampai saat ini masih Allah berikan kepada saya. Banyak sahabat-sahabat saya yang tidak terasa sudah ada yang meninggalkan dunia ini.
Kesyukuran itu bukan karena keberadaan umur tersebut, tetapi saya mencoba ber-muhasabah apa yang sudah saya buat dalam hitungan umur saya ini. Apakah saya termasuk orang-orang yang beruntung atau tidak. Sehingga akan muncul koreksi terhadap keberadaan saya di dunia ini, apakah ada manfaatnya atau tidak. Karena Rasul bersabda: Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat untuk orang lain.Namun yang jelas, semuanya saya kembalikan kepada Allah. Saya mensyukuri nikmat yang Ia berikan kepada saya sekecil apapun itu.
Selain itu, tema syukur ini diangkat untuk mengingatkan kepada pimpinan hingga level yang paling bawah di Harian Analisa ini untuk terus bersyukur kepada Tuhan. Karena kemarin, tepatnya 23 Maret 2017 Harian Analisa berumur 45 tahun.
Setiap orang pasti punya pendapat tentang keberadaan Harian Analisa. Bahkan ada yang menjadikan Harian Analisa sebagai referensi dalam pemberitaan, belum lengkap rasanya kalau belum membaca Harian Analisa. Tentunya ini sesuatu yang luarbiasa. Keberadaan Analisa hingga hari ini tentu mengalami proses yang cukup panjang. Apa yang dilihat hari ini belum tentu sama ketika kemunculannya. Mencari pangsa pasar yang setia tentunya tidak seperti membalikkan telapak tangan, karena itu semuanya harus disyukuri.
Tanda syukur itulah yang boleh jadi menyebabkan Analisa tetap eksis sampai sekarang ini. Bukan tidak banyak koran-koran yang awalnya cukup dikenal tetapi lama kelamaan menjadi hilang.
Harus diingat, manusia memiliki musuh yaitu syaitan yang tidak rela jika kita mendapatkan nikmat-nikmat dan anugerah Allah. Musuh kita itu pernah bersumpah pada Allah untuk menggoda bani Adam agar tidak bersyukur. Karena itu hati-hati, jangan sampai kita tergoda sehingga tidak mensyukuri nikmat Allah tersebut.