Mengenal Tradisi Cheng Beng Masyarakat Tiongkok

FESTIVAL Qingming (Cheng Beng) disebut juga sebagai hari bersih-bersih makam atau hari ziarah kubur. Festival ini umum­nya jatuh pada tanggal 4 atau 5 April. Qingming merupakan pera­yaan ke-2 ma­sya­rakat Tionghoa setelah Festival Imlek.

Setiap tahun, Festival Qingming (Cheng Beng) jatuh pada tanggal 4 atau 5 April. Di Tiong­kok, festival ini diperingati selama 3 hari berturut-turut, dan merupakan hari libur Nasional, dimulai dari tanggal 3-5 April 2017.

Sebagian orang menunjukkan penghormatan kepada nenek mo­yang mereka dengan meletakkan karangan bunga di depan kuburan.

Festival Qingming (Cheng Beng) merupakan perayaan tradi­sio­nal di Tiongkok. Inilah salah satu hari persembahyangan yang paling utama bagi sebagian besar ma­syarakat Tionghoa; dimana mereka membersihkan makam dan menge­nang para leluhur mereka.

Pada hari itu kegiatan member­sih­kan makam merupakan kegiatan ter­penting untuk menunjukkan bentuk rasa hormat kepada para leluhur! Di Tiongkok pada tanggal 20 Mei 2006 festival ini resmi masuk ke dalam daftar salah satu dari pera­yaan warisan budaya Nasional.

Beragam macam kegiatan se­lama Festival Qingming (Cheng Beng). Beberapa yang paling po­puler adalah membersihkan ma­kam, melakukan perjalanan di mu­sim semi, menerbangkan la­yang-layang, serta meletakkan dahan daun pada pagar, menjadi bagian ter­penting perayaan ini sejak per­tama diawali. Perayaan ini meru­pa­kan perpaduan yang baik antara peng­hormatan sekaligus kegembi­raaan melalui adat-istiadat.

Membersihkan makam, merupa­kan tradisi penting dalam Festival Qinming (Cheng Beng).

Pada hari Cengbeng, orang biasanya memberikan penghor­ma­tan kepada nenek moyang mereka dengan membakar dupa dan “uang kertas” di makam leluhur mereka.

Masyarakat mengenang dan me­nunjukkan rasa hormat kepada le­luhur dengan mengunjungi makam, mempersembahkan sajian berupa makanan, teh, anggur, membakar dupa, kertas perak dan emas (seba­gai lambang uang), dan sebagainya.

Mereka menyapu makam agar bersih, menyiangi rumput liar, me­nambahkan tanah baru yang masih segar, menancapkan dahan daun pada makam, membakar dupa dan uang2an kertas.

Mereka memanjatkan doa di de­pan batu nisan (bongpay), memo­hon agar keluarga yang di­tinggalkan se­nantiasa diberikan berkah. Na­mun, sekarang adat istiadat ini lam­bat laun telah jauh lebih dise­der­hanakan, terutama di kota-kota be­sar yang umumnya ter­kena penga­ruh Barat, dimana hanya ka­rangan bunga yang dipersem­bah­kan ke­pada anggota keluarga yang telah meninggal.

Meletakkan dahan daun pada pagar. Selama Festival Qingming (Cheng Beng), masyarakat meng­gunakan potongan dahan daun dan meletakkannya pada pagar dan pintu depan rumah. Diyakini bah­wa tradisi ini dapat menangkal ar­wah jahat yang gentayangan se­lama Cheng Beng.

Kekuatan

Bahwa dahan dianggap memiliki kekuatan magis terutama berasal dari pengaruh ajaran Buddha. Dalam gambar-gambar klasik seringkali terlihat Dewi Welas Asih Guanyin sedang duduk bersila sambil memegang sebuah vas berisi air dan dahan daun di dalamnya.

Dewi Guanyin menggunakan air dan daun untuk mengusir hantu. Menurut catatan sejarah, terdapat pepatah kuno yang menganjurkan: “Letakkan dahan daun pada pagar, hantu akan keluar menjauh dari dalam rumah”.

Melakukan perjalanan di musim semi. Qingming disebut pula de­ngan Festival Taqing. Taqing (tapak hijau) berarti bertamasya di musim semi, dimana masyarakat keluar dari rumah untuk menikmati ke­in­dahan mekarnya musim semi.

Biasanya perayaan ini jatuh tidak lama sebelum segala sesuatu ber­semi berubah warna menjadi hijau di belahan utara, dan masuk pada mu­sim berseminya bunga di bela­han selatan.

Pada saat masyarakat mengha­bis­kan lebih banyak waktu di luar rumah, seiring dengan mulai meng­hangatnya cuaca, inilah pertanda awal datangnya musim semi. Menerbang­kan layang-layang. Qingming Festival adalah saat yang tepat untuk merasakan suasana mu­sim semi.

Menerbangkan layang-layang juga menjadi tradisi penting yang sangat dinikmati oleh seluruh ma­sya­rakat, baik tua dan muda, selama perayaan ini berlangsung. Layang-layang dengan berbagai bentuk yang unik diterbangkan selama Festival Qingming (Cheng Beng), tidak hanya pada pagi dan siang hari, tetapi bahkan pada malam hari.

Lampion kecil berwarna-warni diikatkan pada layang-layang atau pada benang penahan layang-la­yang. Pada waktu layang-layang diterbangkan pada malam hari, cahaya lampion terlihat indah se­perti kelap-kelip bintang di langit.

Di masa lampau orang meng­gun­ting benang layang-layang dan membiarkannya terbang bebas di angkasa.

Tradisi ini diyakini dapat mem­bawa keberuntungan dan mele­nyap­kan penyakit. Menerbangkan layang-layang sangat populer di seluruh penjuru Tiongkok, dan umumnya akan menjumpai banyak orang memainkannya di lapangan besar dan taman-taman kota di seluruh pelosok negeri tersebut.

Hidang

Hidangan selama Festival Qing­ming (Cheng Beng) berlangsung bia­sanya tak ketinggalan Bola Pang­sit Hijau Manis adalah salah satu maka­nan Qingming pa­ling tra­disional.

Satu hari sebelum Cheng Beng merupakan Hari Pangan Di­ngin, yang merupakan hari tradi­sional di Tiongkok. Seiring dengan berjalan­nya waktu, kedua hari ini berangsur-angsur digabung menjadi satu pe­rayaan. Kini masyarakat di bebe­rapa tempat masih memi­liki tradisi menyantap makanan dingin pada saat Festival Qingming.

Tempat yang berbeda memi­liki hidangan yang berbeda pula selama Festival Qingming (Cheng Beng) ini. Hidangan tradisional perayaan ini meliputi BOLA pangsit hijau manis, bubur persik, kue kering re­nyah, siput Cheng Beng dan telur. Umumnya hidangan ini dimasak 1-2 hari sebelum Festival Qingming (Cheng Beng) tiba.

Kue Qingming (Cheng Beng). Kue Qingming disebut sazi (??; sazi; penganan dingin) adalah sejenis makanan yang digoreng re­nyah, di­buat dari tepung terigu atau tepung beras ketan, telur, wijen, bawang bombay, garam dan bahan lainnya.

Di antara beberapa etnis mi­noritas di Tiongkok, seperti suku Uy­gur di Xinjiang, suku Dongxiang di Gansu, suku Naxi di Yunnan, dan suku Hui di Ningxia, sazi ter­kenal sangat bervariasi dan rasanya yang beragam.

Hidangan Cheng Beng lain ter­masuk Bubur Persik yaitu sejenis bu­bur yang dimasak dengan buah per­sik segar dan nasi. Siput Cheng Beng adalah hida­ngan yang dimasak meng­gunakan siput, bawang bom­bay, jahe, kecap kedelai, arak masak dan gula.

Festival Qingming (Cheng Beng) yang merupakan hari pen­ting untuk menunjukkan penghormatan kepa­da leluhur.

Festival Qingming (Cheng Beng) dimulai sejak Dinasti Zhou dan telah memiliki riwayat sejarah selama lebih dari 2,500 tahun lamanya.

Perayaan ini berawal dari upa­cara mewah dan berbiaya mahal yang digelar oleh para Kaisar dan pejabat kaya untuk menghormati para leluhur. Mereka memberikan sesajen dan memohon kepada leluhur untuk memberkahi Negara nya dengan kemakmuran, keda­maian dan panen yang melimpah.

Pada tahun 732M, Kaisar Xuan­zong dari Dinasti Tang mendek­lara­sikan bahwa penghormatan se­cara resmi hanya diberikan di ma­kam leluhur pada hari pertama Qingming.

Maka sejak saat itu, membersih­kan makam pada hari pertama Qing­ming lambat laun semakin populer, berlaku tidak hanya bagi kerajaan saja, tetapi juga bagi keluarga rakyat pada umum­nya, dan terus berlanjut hingga lebih dari satu milenium lamanya.

Festival Qingming (Cheng Beng) merupakan hari libur nasional di Tiong­kok. Sebagian besar masya­rakat Tiongkok memanfaatkan li­buran selama 3 hari de­ngan be­pergian. Oleh sebab itu selama Festival Qingming (Cheng Beng), se­ba­gian besar atraksi akan sangat ra­mai dipadati, tiket transportasi umum yang murah seperti bis dan kereta api akan cepat habis terjual, dan tarif akomodasi akan sedikit lebih mahal. (dw/ti/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi