Peluang Rekanalisasi Kontap Hanya 40 Persen

Medan, (Analisa). Seseorang yang sudah menjalani kontrasepsi mantap (kontap), seperti va­sektomi dan tubektomi bisa m­e­lakukan penyambungan saluran (re­ka­nalisasi) kembali. Namun, peluang pa­sangan suami istri untuk dapat ha­mil lagi sangat kecil, yakni sebesar 40 persen.

Biaya rekanalisasi yang harus di­bayar peserta kedua alat kontrasepsi itu pun terbilang mahal, kurang lebih Rp30 juta dalam sekali operasi. Per­nyataan itu disampaikan perwakilan Per­kumpulan Kontrasepsi Mantap In­donesia (PKMI), dr Christoffel Lum­ban Tobing SpOG(K) saat acara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Medan, Kamis (23/3).

"Jika pasangan yang sudah men­jalankan vasektomi dan tubek­tomi ingin kembali memiliki anak, bisa kita sambung saluran yang telah di­potong saat pemasangan alat kon­trasepsi sebelumnya. Namun, pe­luang­nya hanya 40 persen. Kondisi ini juga jarang sekali terjadi," ucap Staf Medik Obgyn Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi itu.

Ia mengatakan, dalam program vasektomi dan tubektomi yang telah berjalan selama 20 tahun, hanya se­dikit pasangan suami istri yang me­min­ta rekanalisasi. Di Sumatera Uta­ra (Sumut), ada kurang lebih delapan wa­nita yang telah menjalankan tu­bek­tomi dan mengajukan reka­n­ali­sasi pada dokter. Namun, dari jumlah ter­sebut hanya dua orang yang di­nyata­kan bisa hamil dan mempunyai anak lagi.

"Biasanya untuk vasektomi dan tubektomi kita sudah mendapatkan persetujuan dari pasangan suami istri tersebut. Kami hanya menawarkan kontap ini pada orang yang tidak ingin punya anak lagi," jelasnya.

Menurutnya, kontap sangat pen­ting diterapkan bagi ibu yang sudah ber­isiko untuk hamil. Misalnya su­dah berusia di atas 30 tahun dan sa­ngat rentan perdarahan. Tubektomi tidak menghentikan total pro­duk­tivitas dari organ reproduksi wanita, te­tapi suatu saat jika darurat bisa direkanalisasi.

Ia menyebutkan, beberapa laki-laki tidak mau vasektomi karena pe­nga­ruh kelaki-lakiannya. Sebagian dari mereka beranggapan, jika sudah men­jalankan kontap ini tidak akan per­kasa lagi. Pada umumnya para istri pun keberatan suaminya diva­sek­­tomi. Hal itu disebabkan karena di­anggap kurangnya gairah dalam suami istri ke depan.

"Istri lebih memilih menjalankan tubektomi sendiri dan menghindari vasektomi pada suaminya. Padahal, vasektomi dan tubektomi tidak mengurangi gairah suami istri," tuturnya.

Vasektomi dan tubektomi juga perlu dipikirkan untuk kesehatan re­produksi. Hamil di usia rentan sangat ber­bahaya.

Kepala Bidang Keluarga Beren­cana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Sumut, A Sofian Rangkuti me­nambahkan, sejauh ini pemaha­man tentang kesehatan reproduksi sa­ngat rendah, terutama para remaja. Umum­nya disebabkan kurangnya pe­nyediaan informasi mengenai hal ini.

"Kesehatan reproduksi merupa­kan suatu keadaan fisik, mental dan so­sial yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan. Tetapi juga segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi ser­ta prosesnya," ujarnya.

Pakar Kesehatan, dr Beni Satria SKed MKes menyampaikan, bebe­rapa hal dapat mempengaruhi buruk ti­daknya derajat kesehatan produksi se­seorang. Di antaranya, kemiskinan, kedudukan perempuan dalam keluar­ga misalnya keadaan sosial, ekono­mi, budaya dan nilai-nilai serta akses ke fasilitas kesehatan yang mem­be­ri­kan kesehatan produksi belum me­ma­dai.

"Tentunya kualitas pelayanan ke­se­hatan produksi masih kurang mem­perhatikan klien atau kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai," pungkasnya. (dani)

()

Baca Juga

Rekomendasi