Oleh: Epi Nurlinda. Perjalanan naik mobil travel melewati rute Rimo– Lipat Kajang – Subulussalam lumayan terasa nyaman dan tenang karena ruas jalan lebar dan kondisi aspal mulus. Tapi begitu melewati gerbang pos perbatasan Gajah Putih masuk wilayah Propinsi Sumatera Utara, tersajilah kondisi jalanan yang mengerikan.
Lubang di sana-sini, batu kerikil berbagai ukuran berserak, aspal jalan banyak mengelupas, sebagian malahan amblas, sebagian lagi di bagian tepi jalan longsor ke jurang. Perlu diketahui bahwa jalur jalan tersebut sangat vital sehingga kerusakan tersebut sangat dirasakan oleh warga yang biasa mobilitas dari Medan – Aceh Singkil atau Aceh Singkil – Medan.
Transportasi umum rute Medan – Aceh Singkil dan sebaliknya yang tersedia pun hanya mobil travel dengan muatan penumpang maksimal delapan orang. Mengingat sepanjang rute Merek – Sidikalang–Subulussalam – Kajang – Rimo kondisi jalan banyak tikungan berkelok-kelok patah dan jurang, maka transportasi berbadan besar seperti Bus, minibus dan sebangsanya tidak mau ambil risiko karena sangat berbahaya melintasinya karena berpotensi jatuh tersuruk, roda tergelincir di parit tikungan dan jurang, sulit mengendalikan setir karena banyak sekali belokan patah.
Bus hanya tersedia dimulai dari rute Sidikalang – Kabanjahe – Berastagi – Sibolangit – Medan atau sebaliknya. Kalau untuk rute Sidikalang – Lipat Kajang – Rimo – Singkil hanya tersedia moda transportasi mobil travel.
Agar praktis, hemat di ongkos dan tak perlu sambung menyambung banyak kendaraan, warga yang bepergian dari Aceh Singkil ke Medan dan sebaliknya biasanya memilih naik mobil travel. Perlu dicatat, tidak sembarangan bisa mengemudikan mobil di rute tersebut, terlebih bagi orang yang tidak terbiasa menyetir di jalan dengan tikungan patah seperti rute tersebut. Maka bagi warga yang berasal dari luar daerah Aceh Singkil dan Sidikalang, biasanya memilih naik travel atau menyewa supir mobil travel jika berniat bawa mobil sendiri.
Jalan neraka
Pengalaman ini penulis tulis terdorong oleh perasaan jengkel dan geram melihat kondisi jalan sepanjang perbatasan dari Gajah Putih – Sidikalang rusak parah. Kebetulan pula lah rute yang rusak parah itu masuk wilayah Propinsi Sumatera Utara.
Bisa pembaca bayangkan bagaimana rasanya naik mobil travel dengan penumpang 7 – 8 orang terguncang-guncang di dalam mobil travel. Sudah panas, pengap, penumpang berdesakan, non AC, suara musik keras-keras, ditambah lagi guncangan mobil yang membuat seisi perut seperti diaduk. Jangan heran banyak yang mual, pusing dan muntah-muntah di sepanjang perjalanan di rute tersebut. Bagi orang yang jarang berpergian dan tidak tahan mabuk, rasanya seperti melintasi jalan neraka.
Tidak terbayangkan bila Pak Gubernur Sumatera Utara yang berkantor di Medan itu, seandainya saja bila beliau kebetulan melintasi rute jalan tersebut, mungkin akan merasakan hal yang sama diguncang mobil yang melindas lobang, tumpukan aspal mengelupas, atau batu-batu di jalan serta digoyang mobil yang terus melaju berbelok-belok melewati tikungan tajam.
Tolong segera perbaiki
Bagi masyarakat Aceh Singkil, untuk ke Medan mesti melewati rute tersebut Gajah Putih – Sidikalang. Tidak ada alternatif rute lain. Jika pun ada harus memutar arah jauh sekali dan memakan waktu dua kali lipat lamanya, itupun nasib jalannya hampir sama rusak di sana sini.
Rute alternatif yang memakan waktu lama itu bisa lewat rute arah Subulussalam/Lipat Kajang – Parlilitan – Parbuluan – Sidikalang. Atau lewat rute super jauh mengitari Danau Toba yaitu Subulussalam/Lipat Kajang – Penanggalan – Manduamas – Barus – Dolok Sanggul – Balige – Porsea – Parapat – Pematang Purba – Talunkenas – Medan.
Pesan kepada Bapak Gubernur Sumut dan juga Gubernur Aceh, mohon saling bersinergi bekerjasama memperbaiki rute jalan di perbatasan antara Gajah Putih – Sidikalang tersebut. Sebab, jalur tersebut merupakan salah satu urat nadi perekonomian strategis antara Aceh Singkil dan Sumatera Utara. Hasil industri kelapa sawit berupa CPO dan hasil bumi Aceh Selatan banyak yang diekspor via pelabuhan Belawan dengan melewati rute jalan tersebut.
Perabot, barang elektronik, pecah belah, pakaian, sayurmayur, buah-buahan dan barang-barang produksi pabrik yang dipasarkan di Singkil banyak dipasok dari Medan, Berastagi dan sekitarnya. Karena mengambil pasokan dari Banda Aceh terlalu jauh ketimbang mengambil pasokan dari Medan.
Intinya, kerusakan rute jalan Gajah Putih – Sidikalang tersebut berimbas pada banyak hal: sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan mobilitas penduduk, menghambat perdagangan, pendidikan, industri dan perputaran ekonomi. Bayangkan bila rute jalan tersebut dibiarkan, makin hari makin parah. Bila hujan deras, kondisi makin parah, terkadang longsor dan putus jalan.
Mobilitas masyarakat Aceh Singkil, termasuk juga pelajar, mahasiswa dan staf, manager, assistant manager perkebunan di kawasan Aceh Selatan yang biasa mondar – mandir pulang pergi Singkil – Medan terpaksa mengurangi frekwensi pulang ke Medan. Bukan mustahil masyarakat secara keseluruhan mengurangi mobilitas Aceh Singkil – Medan dan mencari pasokan barang selain dari Medan.
Jika itu terjadi, maka Medan sangat rugi. Nampak sepele memang, tapi ratusan bahkan ribuan orang merasakan dampak kerugiannya.
Sekali lagi kepada Bapak Gubernur Sumut yang terhormat, tolong rute jalan Gajah Putih – Sidikalang segera diperbaiki, ruas jalan diperluas dan bila perlu juga ruas jalan di daerah Sumut lainnya yang juga mengalami kerusakan juga diperluas dan diperbaiki. ***
Penulis tamatan FKIP Matematika UMSU, Berprofesi sebagai guru dan ibu rumah tangga