SELAMA ribuan tahun, beberapa spesies makhluk hidup punah karena beberapa alasan, mulai dari yang bersifat alamiah, seperti bencana besar atau karena ulah manusia.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya bioteknologi, membuka kemungkinan bagi para ilmuwan untuk "menghidupkan" kembali hewan-hewan yang telah punah tersebut.
The Long Now Foundation seperti dilansir Science Alert, melalui program Revive & Restore, telah memilih 25 hewan untuk dibangkitkan kembali, salah satunya mammoth (gajah purba).
Ternyata ada kabar tidak baik untuk menghidupkan kembali tumbuhan dan binatang liar yang punah, terutama pecinta kelestarian alam. Tapi memulihkan satwa dan flora yang sebelumnya sudah punah, juga ternyata tak bagus buat alam.
Ilmuwan sudah menemukan cara yang potensial untuk menghidupkan kembali hewan dan tumbuhan yang punah. Teknik yang disebut dengan de-extinction, yaitu memakai teknik genetika untuk menciptakan ulang hewan atau tumbuhan yang sudah dinyatakan punah.
Tapi menurut penelitian terbaru, menghidupkan binatang yang sudah punah lebih besar mudaratnya ketimbang manfaatnya.
Mengambil contoh di Selandia Baru, kalau negara ini menghidupkan kembali 11 spesies yang punah, pemerintah harus mengorbankan konservasi terhadap 33 spesies yang masih hidup untuk membiayai penghidupan yang baru dihidupkan.
Maju selangkah mundur dua langkah
“Tentu saja akan ada yang menjadi korban,” ujar Joseph Benner, profesor biologi di Carleton University di Ontario, penulis penelitian yang dimuat di jurnal Nature Ecology & Evolution itu. Kalau tak ada perubahan anggaran, maka yang terjadi adalah skenario maju selangkah mundur dua langkah.
Lagipula, banyak aspek yang mesti dipertimbangkan sebelum menghidupkan lagi hewan atau tumbuhan yang sudah punah. Apalagi kalau binatang atau hewan itu bernilai budaya dan simbol-simbol yang penting.
Sebetulnya, belum ada yang berhasil menghidupkan binatang yang sudah punah, meski tekniknya sudah diketahui. Contoh yang mendekati berhasil adalah upaya menghidupkan Pyrenean ibex, semacam kambing dengan tanduk yang panjang serta berjanggut.
Seperti dimuat di jurnal Theriogenology pada 2009, ilmuwan berhasil mengkloning embrio Ibex yang sudah punah itu dan menghidupkannya pada rahim kambing.
Bayi Ibex sempat hidup selama beberapa menit karena kegagalan fungsi paru-paru.
Teknik de-extinction menjadi pertimbangan besar pada ahli konservasi dan genetika. Pada 2015, ilmuwan Harvard mengumumkan mereka telah menggunakan teknik editing gen yaitu CRISPR untuk menaruh gen mammoth di genome gajah. Secara teori, hasilnya adalah hewan hibrida gajah dan mammoth. (wkp/gzc/ngc/es)