Ketajamannya Tiada Tandingnya

Pedang Damaskus Terbuat dari Baja Wootz

PEDANG merupakan seje­­nis sen­jata tajam yang memi­liki bilah pan­jang. Pedang dapat memiliki dua sisi tajam atau hanya satu sisi tajam saja. Di beberapa kebu­dayaan, jika diban­dingkan senjata lainnya, pedang biasa­nya memiliki prestise lebih atau paling tinggi.

Bilah pedang biasanya di­buat dari logam keras seperti besi atau baja. Sen­jata serupa pedang dan tombak yang menggunakan bilah obsidian di­gunakan oleh suku-suku asli Amerika Tengah dan Ameri­ka Selatan yang pada saat ko­lonisasi Eropa belum me­ngenal logam.

Bila mendengar kata pe­dang, kita pasti akan langsung menyebut pedang besar Ex­calibur milik Arthur atau katana dari Jepang sebagai pedang yang paling unggul, paling kuat, hing­ga paling tajam.

Namun, menurut suatu pe­ne­litian yang dipelopori Peter Paufler bersama koleganya dari sebuah universitas asal Jer­man, mengungkapkan bah­wa ka­tana atau pedang besar tersebut bu­kanlah yang paling hebat.

Berdasarkan ilmu metalur­gi yang ditelaah secara men­dalam, mereka me­nyim­pul­kan bahwa pedang paling he­bat dengan ketajaman mence­ngang­kan adalah pedang Da­maskus.

Pamor pedang Damaskus naik ketika digunakan Sala­huddin Al-Ayyubi, seorang pemimpin Muslimin, bersama pasukannya ketika mengha­dapi gempuran tentara Kristen pim­pinan Richard the Lion­heart dalam Perang Salib ke-III. Bahkan, helm dan baju Zirah para pasukan Salahud­din pun menggunakan baja yang sama seperti digu­nakan pada pedang itu.

Konon, sehelai sapu tangan ber­bahan sutra yang melayang di udara bisa terbelah dengan mudah oleh pe­dang ini.

Bah­kan, benda yang keras dan pa­dat seperti sebongkah batu pun dapat ter­belah dua tanpa menumpulkan se­telah peng­gu­naannya.

Tak hanya ketajamannya yang tia­da tertandingi, pedang ini juga pu­nya keajaiban da­lam segi fleksi­bilitasnya, lentur, sangat ringan dan sa­ngat kuat di waktu yang sama. Ketika melawan pasukan Kristen, para prajurit Muslim bahkan mampu memotong pedang dan mengoyak zirah lawan dengan mudahnya.

Pedang ini begitu dika­gumi oleh kerajaan-kerajaan Barat. Orang-orang Eropa bahkan rela membayar uang dalam jumlah sangat banyak untuk mem­peroleh pedang asli tempaan pen­duduk Da­mas­kus.

Di masa lalu, pedang ini punya ciri khas melengkung yang semakin run­cing ketika sampai ke ujung. Selain itu, pedang asli Damaskus dapat di­lihat dari pola aliran air yang ada di sekujur bajanya.

Pola tersebut terbentuk bukan hasil dari suatu teknik terte­ntu, namun me­mang timbul secara alami.

Baja wootz

Bahan utama pembuatan pedang ini adalah baja wootz. Namun, karena berkat per­tem­­puran antara prajurit Mus­lim dan prajurit Kristen, orang-orang mulai menyebut baja tersebut sebagai baja Damaskus, yang diambil dari nama ibu kota Suriah.

Padahal, baja ini merupa­kan paso­kan dari India.

Menurut para ilmuwan asal Jer­man, baja wootz saat itu memiliki kan­­dungan Car­bon Nano Tubes (CNT).  De­­ngan adanya partikel CNT ini, pedang baja Damaskus menjadi lebih kuat hingga puluhan kali lipat dibanding baja biasa.

Mitosnya, pedang atau sen­jata lain yang meng­gunakan bahan ini tak akan pernah tumpul dan tak perlu lagi re­pot-repot diasah.

Namun, rahasia utama pe­dang ini terletak pada teknik pembuatannya. Tingkat pre­sisi dalam menempa pedang ini disinyalir telah berhasil menghasilkan CNT dalam struktur mikro baja tersebut. Hal yang hingga kini tak mampu dilakukan dengan menggunakan studi paling modern sekalipun.

Namun, sayangnya teknik otentik dalam menempa pedang ini berangsur hilang sejak abad ke-18. Hal itu diaki­batkan surutnya pasokan baja wootz dari India. Dan sedikitnya sumber ru­jukan mengenai cara atau proses pem­buatan pedang super tajam ini.

Para pembuat pedang di era modern saat ini bahkan berlomba-lomba untuk men­coba menduplikasi pedang Damaskus. Namun, pedang yang me­reka hasilkan tak pernah sama de­ngan pedang Damaskus asli peninggalan Salahudin Al-Ayyubi atau para prajuritnya.

Material mentah yang di­gunakan tak lagi sama dengan kondisi baja Da­maskus saat itu dan teknik ori­si­nalnya te­lah jauh berbeda dengan yang dilakukan para pengrajin besi saat itu. Dan hingga kini tak ada lagi pedang yang mampu menandingi ke­kuatan dan ketajaman pedang Da­maskus. (wkp/imc/trc/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi