Agar dapat Bertahan Hidup

Tujuh Trik Kaum Yahudi selama Holocaust

HOLOCAUST dikenal pu­la sebagai Shoah dari bahasa Ibrani adalah genosida terha­dap sekira enam juta penganut Yahudi Eropa selama Perang Dunia II, suatu program pem­bunuhan sistematis yang didu­kung negara Jerman Nazi, dipimpin Adolf Hitler dan berlangsung di seluruh wila­yah yang dikuasai Nazi.

Dari sembilan juta Yahudi yang tinggal di Eropa sebe­lum Holocaust, sekitar dua pertiganya tewas. Secara khusus, lebih satu juta anak Yahudi tewas dalam Holo­caust, serta sekira dua juta wanita Yahudi dan tiga juta pria Yahudi.

Pembantaian juga dilaku­kan terhadap target lain, termasuk orang Rom, komu­nis, tawanan perang, warga Polandia dan Uni Soviet, ho­moseksual, orang ber­penyan­dang disa­bilitas, pengikut Saksi Yehova, serta musuh politik dan k­eagamaan lain­nya. Diperkirakan keselu­ruhan korban Holocaust Nazi mencapai 11 hingga 17 juta jiwa.

Sebagian dari korban berhasil ber­tahan hidup. Ada yang diselamatkan Oskar Schindler, seorang pengusaha Jerman yang rela menempuh risiko demi menyelamatkan sesama manusia.

Lainnya diselamatkan oleh Abdol-Hossein Sardari, seorang Muslim asal Iran yang melakukan hal yang sa­ma atas nama kemanu­siaan. Sebanyak 2.000 orang Yahu­di Iran berhasil disela­matkan.

"Ada seorang Muslim Iran melakukan sesuatu yang tak lazim, mempertaruhkan hi­dupnya, kariernya, properti­nya, dan semuanya untuk menyelamatkan saudara se­bangsanya," ujar Fariboz Mok­­htari, penulis buku 'The Lion's Shadow', seperti diku­tip dari BBC.

"Sama sekali tak terbesit dalam benaknya: 'saya Mus­lim, dia Yahudi' atau sema­camnya."

Sementara, yang tak mene­mukan sosok penyelamat, harus mengandalkan diri me­reka sendiri dengan cara yang masuk akal hingga aneh.

Berikut trik-trik kaum Yahudi selamat dari pemban­taian holocaust Nazi:

1. Jus Bit dan Darah

Mereka yang ditahan di kamp kon­sentrasi berada da­lam kondisi mempri­hatin­kan. Kelaparan dan kelelahan aki­bat kerja paksa. Pakaian me­reka yang compang-cam­ping semakin menambah gam­baran menyedihkan.

Segala penderitaan terse­but membuat tubuh mereka tinggal tulang berbalut kulit, wajah pucat, dan lemah.

Di kamp Auschwitz, sela­ma peme­riksaan kesehatan, para tahanan meng­gunakan jus bit, terkadang darah me­reka sendiri sebagai pemerah pipi.

Itu dilakukan agar mereka tampak sehat. Sebab, jika terlihat lemah bisa-bisa para tawanan akan dieksekusi mati.

Pipi yang memerah jadi trik menipu para dokter Nazi, agar percaya bahwa mereka lebih sehat dari yang sesung­guhnya.

2. Menyemir Rambut

Pada awal Holocaust, Nazi menar­getkan mereka yang disabilitas dan para orangtua. Kebanyakan kaum Yahudi dan mereka yang menjadi sasaran membakar akta kela­hiran mereka, agar bisa lolos dari razia serdadu Nazi.

Rambut para pria dan pe­rempuan, berumur di atas 40 tahun, biasanya dipenuhi uban atau bahkan seluruhnya memutih.

Agar tampil lebih muda, mereka akan menyemir ram­but. Itu mengapa produk pe­warna rambut habis dengan cepat di toko-toko di ling­kung­­­an yang dihuni kaum Yahudi.

3. Identitas Palsu

Tentara Nazi mengguna­kan akta kelahiran, paspor, dan dokumen identitas lain untuk menentukan target.

Sebagian kaum Yahudi pada masa damai dipeker­jakan di instansi peme­rintah yang mengeluarkan dokumen resmi.

Maka, ketika harus kabur dan bersem­bunyi dari antek Hitler, mereka meng­gunakan keahlian mereka untuk meno­long diri sendiri dan orang lain. Caranya, dengan mem­buat kartu identitas palsu.

Ratusan kartu identitas palsu dipro­duksi, yang mem­bantu kaum Yahudi me­ngelak dari kamp konsentrasi dan ekse­kusi mati. Mereka yang punya kartu identitas palsu melarikan diri ke Swiss dan Denmark.

Adolpho Kaminsky, salah satunya, membuat dokumen palsu untuk kaum Yahudi selama bertahun-tahun sete­lah dia berhasil kabur dari kamp konsentrasi. Dia adalah pemalsu paling terkenal pada masanya.

4. Kindertransport

Bukan diri sendiri yang di­­khawatirkan sejumlah kaum Yahudi, melainkan nasib anak-anak mereka.

Upaya penyelamatan anak-anak dila­kukan melalui Kin­dertransport atau jalan keluar rahasia dari Jerman bagi me­reka yang berumur di bawah 18 tahun pada tahun 1938-1940.

Selama itu, anak-anak diselundupkan dari Jerman, Polandia, Austria, dan Cekos­lovakia ke negara-negara yang mau menampung me­reka. Inggris, salah satunya, menampung 10 ribu anak selama dua tahun tersebut.

Para bocah yang dipaksa berpisah dari orangtuanya itu menggunakan kartu identitas palsu, agar mereka tak di­hentikan aparat Hitler di te­ngah perjalanan.

Setelah mencapai negara tujuan, mereka akan ditem­patkan di sejumlah keluarga.

Banyak anak-anak diurus dengan baik, meskipun be­berapa diterima dengan kete­gangan oleh keluarga penam­pung.

Kindertransport dihen­tikan pada tahun 1940 setelah Polandia jatuh ke tangan Nazi dan aturan perjalanan yang lebih ketat diberlakukan.

5. Jalani Hidup

Ini terdengar tak masuk akal. Namun, jurus terbaik bertahan hidup adalah dengan menjalani kehidupan sebaik mung­kin.

Saat dibawa ke kamp-kamp konsen­trasi, para ta­hanan sudah tahu, kesem­patan mereka bertahan hidup sangat kecil. Maka, setiap detik waktu yang tersisa adalah hal yang berharga, itu yang diyakini sejumlah tahanan di Kamp Sobibor.

Dan, mereka bekerja sesuai perintah pada siang hari dan menjalani kehidupan mereka saat hari gelap.

Mereka kerap berso­sia­lisasi satu sama lain, makan dan minum bersama jatah yang mereka terima, dan bahkan punya kehidupan seksual.

Setelah bebas, para tahan­an yang selamat mengisah­kan, mencoba hidup 'normal' adalah cara mereka bertahan dari kekejaman Nazi.

6. Pemberontakan

Para tahanan di kamp konsentrasi Sobibor mencoba hidup senormal mung­kin da­lam kondisi yang jauh dari standar manusiawi.

Hingga pada akhirnya me­reka mende­ngar para petinggi kamp, para antek Nazi, mem­bahas tentang likuidasi lokasi penahanan itu.

Pada musim panas 1943, sejumlah tahanan menguping pembicaraan soal rencana untuk membinasakan kamp konsentrasi tersebut dalam beberapa bulan mendatang. Maka, semua tahanan juga harus dibasmi, dan kamp ha­rus dihancurkan sebelum pa­sukan pembebas dari Rusia tiba.

Para tahanan yang jum­lahnya sekitar 600 orang pun merencanakan pembe­rontak­an terhadap kamp. Pada suatu hari, mereka membunuh para penjaga, lalu menerobos pagar kawat berduri, dan berlari melalui area tambang ke arah hutan.

7. Bersembunyi

Sejak Holocaust dimulai, sejumlah kaum Yahudi diam-diam ditampung oleh keluar­ga non-Yahudi atau bersem­buyi di sejumlah lokasi.

Ada yang sembunyi di ruang bawah tanah atau lo­teng yang tak digunakan, re­lung tersembunyi di tembok maupun lantai, atau penyim­panan rahasia di balik rak buku atau jendela palsu.

Kasus yang paling terkenal adalah Anne Frank dan ke­luarganya. Mereka bersem­bunyi di apartemen kecil di atas ruang kerja sang kepala keluarga selama bertahun-tahun.

Sebuah keluarga menye­diakan maka­nan dan kebu­tuhan dasar lainnya untuk mereka, secara sembunyi-semunyi.

Sebelum perang berakhir, mereka ditemukan dan diba­wa ke kamp-kamp berbeda. Semuanya, kecuali Otto, sang kepala keluarga, me­ninggal dunia. (fcau/listvs/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi