Faktor Penyebab Orang Membunuh

Oleh: Fahrin Malau.

MASYARAKAT Kota Medan kem­bali dikejutkan dengan kasus pembunuhan yang menewaskan satu keluarga di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Minggu (9/4) lalu.

Kekerasan hingga pembunuhan adalah kejahatan yang terjadi sejak adanya kehidupan manusia di dunia. Kasus pembu­nuhan pertama bisa dilihat dari kisah anak-anak Nabi Adam AS, Habil dan Qa­bil. Hingga kini, kasus pembunuhan terus terjadi dan mungkin tidak akan pernah berhenti hingga kiamat. Demikian diungkapkan Psikolog Rahmadani Hidayatin.

“Pembunuhan akan terus terjadi dan bisa dialami siapa saja. Selama masih ada konflik-konflik sosio-emosional yang belum terselesaikan antara individu satu dengan lainnya, antara sekelompok orang kepada kelompok lainnya, pembunuhan tetap saja ada,” ungkapnya.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengungkapkan alasan seseorang menjadi pembunuh. Sebab pembunuhan juga bisa dilakukan siapa saja, anak-anak, remaja, dan orang dewasa.  Jika melihat pada kasus-kasus pembunuhan yang terungkap, ada  banyak motif yang mendasari terjadinya pembunuhan. Di antaranya, reaksi terhadap kekerasan yang dialami sehingga muncul keinginan untuk menyelamatkan diri dari tekanan dan kekerasan. Ini bisa dilihat dari kasus pembunuhan yang dilakukan seorang pembantu kepada majikannya.

Merasa sakit dan tidak dapat melarikan diri dari tempat kejadian, akibatnya hampir selalu mereka menyerang.  Motif lain adalah sakit hati dan balas dendam. Sakit hati karena pasangan berselingkuh, motif uang (misalnya pada pembunuh bayaran, membuhuh untuk mendapatkan imbalan), dan motif utang-piutang. Pembunuhan bisa dilakukan seorang diri, tetapi juga bisa dilakukan secara bersama.

“Kita bisa melihat maraknya berita pembunuhan yang terus-menerus terjadi, baik yang dilakukan seorang diri hingga sekelompok orang. Ini menunjukkan sampai kapan pun perilaku menghilangkan nyawa manusia, sulit untuk dihilangkan,” katanya.

Karena meniadakan terjadinya pembunuhan sulit dilakukan, setidaknya kejahatan pembunuhan bisa dikurangi, dicegah, atau dihindari. Caranya dengan mengenali faktor-faktor penyebab munculnya dorongan agresi pada manusia.

Berbagai faktor penyebab seringkali menjadi daya penggerak bagi seseorang merencanakan, memutuskan, dan  membunuh orang lain. Ini bisa dipicu karena adanya konflik sosio-emosional. Seorang yang merasa kecewa, sakit hati atau dendam secara ekstrem akan melampiaskan rasa kecewa, sakit hati, dendam atau amarah dengan cara membunuh.

Rendahnya toleransi dalam mengatasi kekecewaan dan kemarahan akibat konflik, seringkali mendorong munculnya agresivitas yang tidak dapat dikendalikan manusia. Kemudian menyerang lawannya walaupun mungkin pada awalnya tidak berniat untuk membunuh. Sikap yang tidak mudah memaafkan orang lain menyebabkan rendahnya toleransi manusia terhadap ketidaknyamanan yang dialami. Ini akan mendorong munculnya agresivitas. Semakin sulit  dan tidak dapat memaafkan maka semakin besar juga dorongan agresivitasnya kepada orang lain.

Faktor lainnya, pola asuh yang tidak baik dalam menyelesaikan konflik pada masa kanak-kanak, bisa dilihat dari kebiasaan orangtua merespons anak yang berkelahi dengan temannya dan pulang ke rumah dengan menangis. Banyak orangtua yang justru memarahi anaknya atau mengejek anak dengan ungkapan bodoh dan lemah, serta mendorongnya untuk kembali melawan.

Misalnya ayah yang ingin mengajarkan anaknya untuk menjadi kuat dengan mengatakan, “Bodoh, kalau kamu di pukul jangan nangis, pukul lagi, kalau perlu ambil kayu dan pukul kepalanya.” Nasihat ini direkam anak sehingga ketika ia menghadapi peristiwa yang sama, perintah yang sudah terekam di memori secara otomatis menggerakkan perilakunya untuk menyerang.  

Imitasi perilaku akibat pemberitaan media yang menayangkan reka ulang kejahatan dengan korban yang di tampilkan secara terang dan nyata, juga menjadi salah satu faktornya. Terakhir, kemampuan komunikasi yang lemah sehingga membuat konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik, menyebabkan perdebatan panjang dan saling menyerang secara verbal dan berujung pada penyerangan secara fisik.

()

Baca Juga

Rekomendasi