Lima Fakta tentang Aksi Kamikaze Jepang

SERANGAN bunuh diri kamikaze merupakan salah satu taktik paling menakutkan di kawasan Pasifik semasa Perang Dunia II. Kamikaze berupa sebutan untuk taktik bertempur yang dilakukan tentara Jepang de­ngan cara menabrakan pesa­wat tempur mereka, untuk menyerang lawan sekaligus melakukan aksi bunuh diri.

Selama ini, dalam aksi Ka­mi­kaze yang dilakukan para tentara Je­pang pada Perang Dunia II di Pa­sifik, dipercaya bahwa para ten­tara Jepang tersebut telah dicuci otaknya, sehingga mereka rela me­la­­kukan aksi bunuh diri dalam per­tempuran.

Namun kenyataannya para ten­tara Jepang tersebut, ter­nyata dike­nal sebagai manusia biasa pada umum­nya, hanya saja mereka ter­lalu menunj­ukkan loyalitasnya pada ke­kaisaran Jepang, demi mem­­bela negaranya sehingga me­re­ka me­ngorbankan nyawa­nya de­mi keme­nangan dalam pertempuran.

Ada fakta-fakta menarik di balik aksi Kamikaze yang dilakukan para tentara Je­pang, bahkan hingga sete­ngah abad lebih setelah Perang Du­nia II berakhir, aksi Ka­mikaze se­lalu diingat banyak orang dan ter­catat dalam setiap buku sejarah se­ba­gai aksi paling brutal dalam pe­pe­rangan. Berikut fakta-fakta ten­tang kamikaze:

1. Serangan kamikaze pertama tidak direncan­akan

Dalam serangan Angkatan Uda­ra tentara Jepang terhadap Pearl Har­bor (saat ini dikenal de­ngan se­butan Hawaii) pada 7 Desember 1941, salah satu pilotnya bernama Let­nan Fu­sata Iiada yang mem­piloti pesawat Mitsubishi A6M5 Nol terkena tem­bakan pasu­kan Amerika.

Pesawat yang dipilotinya me­nga­lami kerusakan berat, sadar akan hal tersebut, Let­nan Fusata ke­mudian mengi­syaratkan kepada pasukan lain­­nya untuk tetap melan­jutkan pertempuran tanpa harus menghiraukan dirinya yang akan terjatuh bersama pesawat yang di­kendalikan­nya.

Di luar dugaan, Fusata justru me­ngarahkan pesa­wat­nya yang sudah rusak parah ke sebuah pang­kalan udara Amerika, Hanger 101 dengan maksud untuk melakukan se­­rangan terakhirnya sekaligus me­lakukan aksi bunuh diri untuk meng­hancurkan pang­kalan udara ter­sebut. Seketika pesawatnya me­lun­cur bebas dan meledakan pang­kalan udara Hanger 101 milik AS. Fusata Iiada dianggap sebagai ten­tara Jepang yang melaku­kan aksi Kamikaze untuk pertama kalinya.

Sebelum akhirnya jenazah Let­nan Fusata Iiada dikem­balikan ke Jepang, dia sempat dimakamkan pe­merintah AS di daerah pemaka­man Hele­loa, dan sebuah monu­men dirinya dibangun untuk me­nandai lokasi kecelakaannya.

2. Kaisar Jepang secara pribadi mengunjungi para pilot kamikaze

Hisao Horiyama tercatat sebagai salah satu dari be­berapa pilot Kamikaze yang selamat karena perang sudah lebih dahulu selesai sebelum dia diberangkatkan.

Pada saat itu, Hisao Hori­yama me­­ru­pakan seorang tentara Ang­katan Udara Je­pang yang bertugas sebagai penerbang dengan usia yang masih muda, 21 tahun.

Horiyama mengatakan, "Kami tidak berpikir terlalu banyak ten­tang sekarat. Kami dilatih untuk me­nekan emosi ketika melakukan pertem­pur­an di medan perang.

Bahkan jika kami mati, kami tahu itu untuk tujuan mulia. Sekarat adalah peme­nuhan akhir dari tugas kami, dan kami diperintahkan un­tuk tidak kembali pulang ke Je­pang. Kami tahu bahwa jika kami kembali hidup-hidup ke Jepang, atasan kami di militer pasti akan marah."

Ketika Horiyama baru saja lulus dari sekolah pelatihan militer, dia mengaku bahwa saat ini, kaisar Jepang, Hiro­hito mengunjungi unit pasu­kannya dengan menunggang kuda putih.

Horiyama saat itu berpikir bah­wa kedatangan kaisar merupa­kan sebuah pertanda bahwa kaisar ingin mem­beri­kan sebuah perintah kepa­da­nya, dan sebagai pasukan kekai­sara Jepang, dia tidak memiliki pi­lihan lain kecuali mati untuk mengabdi kepada kaisar.

Pada akhirnya, perang usai sebelum Horiyama sempat dikirim ke medan perang sebagai pilot Kamikaze.

3. Pilot Kamikaze seba­gian besar berusia muda

Sebagian besar pilot yang men­dapat tugas sebagai pa­sukan berani mati atau Ka­mikaze, masih berusia muda antara 17-24 tahun.

Mereka dengan sukarela ber­gabung ke da­lam tim pilot Kamikaze ini meski usianya masih muda. Ra­sa cinta anak-anak mu­da di Jepang ke­pada negaranya, mem­buat me­reka rela menjadi bagian dari misi bunuh diri, tanpa memper­du­likan nasib me­reka ke de­pannya. Me­reka hanya me­­nge­tahui ba­gai­mana ber­tem­pur secara baik dan meraih keme­nangan.

Pihak Imperial Jepang juga men­­janjikan bahwa setiap pilot Ka­mi­kaze yang gugur saat perang akan diberi tempat yang baik di ak­­hi­rat. Semua orang diberkati dan di­jamin untuk masuk surga.

Pada situasi Perang Dunia II yang sangat genting dan mence­kam, semua orang ti­dak akan me­nyia-nyiakan kesempatan men­da­patkan surga daripada mereka ha­rus hidup menderita.

4. Pilot Kamikaze men­dapat latihan tempur berat

Setelah anak-anak muda di Je­pang memutuskan untuk masuk ke dalam pelatihan pilot pesawat tem­pur secara sukarela, mereka akan men­da­pat latihan tempur yang berat.

Hal ini untuk mencetak pilot Ka­mikaze dengan ke­mampuan tempur dan mental yang mumpuni. Me­reka harus bisa hidup dengan beberapa prinsip yang antara lain harus rela memberikan loyalitas tinggi dan harus siap mati tan­pa terkecuali.

Pasukan yang dilatih harus mau me­lakukan apa saja termasuk me­menuhi larangan untuk tidak bertemu dengan keluar­ga mereka.

Jika seorang pilot Kami­kaze eng­gan melakukan tu­gasnya de­ngan baik. Dalam artian tidak mam­pu bunuh diri dengan mena­brakkan di­rinya dengan tepat sasaran pesa­wat dan kapal musuh, ma­ka ke­luar­ga mereka akan dibantai kekai­saran Jepang.

Kekaisaran Jepang men­jadikan keluarga para pilot Kamikaze sebagai sandera, agar para pilot Kamikaze tidak memiliki pilihan ke­cuali rela mati dengan ja­minan masuk surga.

5. Para pilot Kamikaze memakai ikat kepala khusus

Sebelum para pilot Kami­kaze diberangkatkan untuk melakukan serangan men­dadak ke Pearl Harbor, para pilot mengenakan bendera atau pengikat kepala.

Ikat kepala yang dikenakan para pilot tersebut memiliki gambar berupa matahari ter­bit.

Pengikat kepala khusus yang digunakan para pilot kamikaze ini disebut ‘Hachi­maki’. Gambar ma­tahari ter­bit pada Hachimaki meru­­pa­kan simbol yang men­unjukan ketekutan, usaha, dan kebe­ranian dari pemakainya. (wwc/listvs/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi