Sri Lanka Sangat Kekurangan Tenaga Buruh

Kolombo, (Analisa). Buruh Sri Lanka yang murah sudah membangun gedung-gedung pencakar langit dan kondominium di kawasan Teluk selama beberapa dekade namun kini para kontraktor lokal merasa putus asa dalam pengadaan buruh karena negara pulau itu sedang mengalami booming pembangunan.

Kekurangan buruh telah memaksa para kontraktor menawarkan insentif yang menggiurkan mulai dalam uang hingga kenderaan untuk mencegah para pekerja mencari alternatif di luar negeri, dan dalam beberapa kasus, secara ilegal menugaskan tenaga kerja asing untuk sejumlah proyek.

Sri Lanka dihadapkan kepada tugas rekonstruksi masif di akhir perang saudara dalam 2009, dengan sebagian besar kawasan utara menjadi puing akibat petempuran selama puluhan tahun. Investasi tahunan dalam pembangunan rumah baru, jalan dan pelabuhan – yang sudah mencapai sekitar 600 miliar rupee ($4 miliar) dalam beberapa tahun belakangan – diperkirakan hampir tiga kali lipat menjadi $11,6 miliar dalam 2017.

Akan tetapi, Sri Lanka membutuhkan 400.000 pekerja baru – kenaikan duapertiga kali dari jumlah yang ada – untuk mengatasi lonjakan pembangunan, kata Nissanka Wijeratne, kepala Kamar Industri Konstruksi. “Kami tidak bisa mendapatkan jumlah itu dalam waktu cepat, dan terpaksa mengimpornya. Kami kini benar-benar menghadapi krisis buruh yang serius,” katanya.

Kontraktor swasta berusaha keras menghentikan aliran buruh ke Teluk untuk pekerjaan konstruksi, dengan menawarkan bonus seperti sepeda motor dan mobil bagi buruh yang mau pulang untuk bekerja di proyek-proyek di dalam negeri.

Sementara itu pemerinth melakukan pendekatan berbeda dengan melakukan pengekangan di bidang imigrasi dengan menaikkan persyaratan tentang upah minimum bagi pekerja ke luar negeri. Melalui proposal mereka, rakyat Sri Lanka akan dicegah ke luar negeri untuk bekerja kecuali mereka bsia menunjukkan bukti bahwa pendapatan mereka lebih $400 per bulan. “Kami ingin mengurungkan niat mereka yang ingin bekerja di luar negeri dengan gaji kecil. Sebagian dari para pekerja itu bisa mendapatkan penghasilan lebih besar jika bekerja di Sri Lanka,” kata Menteri Keuangan Ravi Karunanayake.

Namun hal itu merupakan strategi berisiko. Secara kasar, satu dari sepuluh warga Sri Lanka bekerja di luar negeri dan pengiriman uang mereka menjadi perolehan devisa nomor satu untuk pulau berpenduduk 21 juta itu. Jumlah uang yang mengalir ke dalam negeri terus bertambah, dengan buruh Sri Lanka mengirimkan hingga $7,24 miliar tahun lalu, dibandingkan dengan $6,98 miliar dalam 2015. (AFP/sy.a)

()

Baca Juga

Rekomendasi