Seni Media, Ruang Berkarya Era Digital

Medan, (Analisa). Karya seni kini memiliki medium yang bisa diselaraskandengan perkem­ba­ngan era digital. Karya semacam ini tergolong kategori seni media, yak­ni seni berbasis teknologi sebagai me­dia perantara pesan. Dengan ini para se­niman tetap memeroleh ruang ber­karya di era digital.

Medium seni media tak berhenti pada karya material (fisik), melainkan nonfisik. Bentuk karya seni media bisa berbasis waktu, teknologi, media elek­tronik dan basis proyek seni dan desain so­sial. Contoh penyajiannya di antara­nya, video dan komik digital.

Peluang ini semakin menjanjikan bagi seniman dengan dibentuknya kem­­bali Subdit Seni Media dalam Ke­men­terian Pendidikan dan Kebuda­yaan RI Direk­torat Jenderal Kebuda­yaan Direktorat Kesenian. Salah satu upa­ya diwujudkan dengan diadakan­nya kegiatan "Sosia­lisasi Seni Media" di Taman Budaya Sumut, Selasa (18/4). Kegiatan ini bekerja sama dengan para seniman dari Ruang Rupa dan Fo­rum Lenteng.

“Kegiatan sosialisasi ini diadakan untuk memetakan perkembangan seni me­dia di Indonesia, dari sisi pelakunya, ko­munitas dan aktivitasnya. Salah sa­tunya Kota Medan. Agar ke depan­nya, Sumut punya direktori awal untuk seni media,” ucap  Kasubdit Seni Me­dia Edi Irawan pada Analisa.

Dengan sosialisasi ini pula, diharap­kan berbagai pelaku seni maupun komunitas bisa memeroleh wawasan dari berbagai narasumber seniman yang telah lama berkecimpung di seni me­dia. Mereka adalah Mahardika Yu­dha (video), Beng Rahadian  (komikus) dan Reza Afisina (seniman pertunju­kan).

Sosialisasi ini merupakan langkah awal berbagi ilmu dan membangun je­jaring sesama seniman sekaligus me­nyo­sialisasikan pekan seni budaya na­sio­nal pada Juli di Pekanbaru. “Hari ini belum ada agenda pertunjukan ka­rya seniman Medan. Nanti ke de­pan­nya, kita jajaki,” imbuhnya.

Peluang berkarya seni media dirasa menjanjikan menurut ketiga pem­bi­cara ini. “Alat dan wawasan tentang seni media semakin mudah diperoleh se­karang,” ucap Beng Rahadian. Dari segi komik digital sendiri, tiap orang kini bisa mencantumkan karyanya di blog masing-masing. Tentang cara pro­duksi karya juga kini sudah bisa di­simak lewat video tutorial di kanal Youtube.

“Tapi, kajian mendalam tentang ka­rya kita sendiri perlu dimuat dan ditulis,” sambung Mahardika. Hal ini merujuk pada minimnya sumber pengetahuan literaur mendasar tentang karya seni media di Indonesia. Padahal titik awal kemunculan seni ini sudah sejak 20-30 tahun.

Senada dengan hal tersebut, Reza me­nambahkan, menulis tentang karya tidak hanya dilakukan terhadap karya sendiri namun juga karya berbagai seniman lokal. Tak hanya menuliskan deskripsi kegiatan, namun juga evaluasi.

“Buatlah tulisan yang mengandung eva­luasi, kritik, atau kurasi terhadap suatu karya. Dari tulisan, kita bisa sama-sama mencari solusi dari kendala ber­karya. Karyanya semakin terlihat, kita pun semakin adaptif,” tukasnya. (anty)

()

Baca Juga

Rekomendasi