Medan (Analisa). Banyak mitos sesat terhadap tempe. Tempe (goreng) misalnya selalu dijadikan kambing hitam penyebab asam urat. Padahal yang benar kandungan purin hanya terdapat pada saat masih berbentuk kedelai, dan itu pun sangat kecil. Setelah kacang kedelai mengalami fermentasi menjadi tempe kandungan purin yang ada dalam tempe hilang.
"Tapi hal ini tak banyak dipahami masyarakat, bahkan dokter pun banyak yang salah paham tentang tempe, maklum tak semua dokter adalah ahli gizi,"ujar Dr, dr Susianto, MKn, usai tampil sebagai pembicara utama di Festival Kuliner Sehat yang diadakan Indonesia Vegetarian Society (IVS), Sabtu (22/4).
Susianto sendiri doktor gizi dengan spesialisasi tempe. Pada pertengahan Mei 2017 ini, ia diundang ke Taiwan untuk memaparkan kandungan gizi tempe. Sebelumnya ia telah diundang bicara dengan topik yang sama di Australia, Amerika, Thailand, Singapura, Jerman dan masih banyak lagi. Semuanya tentang kandungan gizi tempe.
Ketua Yayasan International Tempe itu berhasil membuktikan bahwa tempe merupakan makanan nabati yang mengandung protein lebih besar daripada yang dikandung daging. Namun orang lebih banyak mengonsumsi daging daripada tempe. Padahal daging juga mengandung kolestrol. Dari sisi harga, daging juga jauh lebih mahal. Sayang pengetahuan seperti ini belum banyak dipahami masyarakat.
"Makanan nabati juga lebih sehat dibanding hewani,"kata penganut makanan berbasis sejak 1988 itu. Hampir 30 tahun tak makan daging dan minum susu, di usinyanya yang ke -50, Susianto terlihat masih bugar. Ia bahkan mengaku tak pernah terkena penyakit. Ia juga menegaskan bahwa durian juga tak mengandung kolestrol sama sekali.
Tidak hanya sayur-sayuran
Festival Kuliner Sehat Berbasis Nabati itu sendiri menyajikan tidak kurang 56 jenis kuliner berbasis bahan-bahan nabati.
"Kita ingin buktikan ke masyarakat bahwa kuliner nabati itu tak melulu berupa sayur-sayuran, tapi juga biji-bijian dan jenisnya makin ngetren," ujar Iwan Chandra (34), Ketua Panitia Festival Kuliner Sehat. Ia lalu menunjuk stan nasi kentucky yang dijaga empat muda-mudi.
"Anda bisa lihat bentuk 'daging ayam' gorengnya, itu murni terbuat dari jamur,"ujarnya sembari memerlihatkan tekstur '"daging' jamur yang menyerupai ayam goreng krispi itu. Saat disantap pun, suaranya terdengar kriuk-kriuk dan rasanya lumayan gurih. Iwan Chandra lalu mengajak untuk melihat kebab jamur. Lagi-lagi ini adalah kebab nabati yang memang dikemas mirip kebab hewani. Juga martabak vegan. Tak seperti layaknya martabak yang pembungkusnya terbuat dari tepung dan telur, martabak vegan ini pembungkusnya terbuat dari tahu. Ada juga roti nabati atau vegan yang sama sekali bebas dari telur. Srikaya yang digunakan berasal dari buah labu.
Festival Kuliner Sehat Berbahan Nabati memang bertujuan sebagai ajakan untuk mengubah pola konsumsi masyarakat dari makanan hewani ke nabati yang lebih sehat.
"Kami tak hanya mempromosikan berbagai jenis kuliner nabati, tapi juga menggelar talkshow pola hidup sehat dengan menghadirkan dokter sebagai narasumber," katanya. Selain Dr Susianto, MKN yang ahli gizi nabati, juga ada dr. Astrana Guatama yang membawakan topik "Kolestrol dan Penyakit Jantung Koroner", Amanda Katili Niodee, PhD., Manager of Climate Reality Project Indonesia yang membawakan materi "Selamatkan Bumi Yang Sekarat dengan Pola Makan Nabati", dan Gobin Vasdesh penulis buku best seller "Happiness Inside and 99 Wisdom" yang membawakan materi Vegan Wisdom Vegan and Happiness.
Menurut Iwan Chandra Festival Kuliner Sehat yang digelar sejak 21 -23 April juga diadakan untuk memperingati Hari Kartini sekaligus Hari Bumi.
"Sebab R A. Kartini juga ternyata seorang vegan yang tidak mengonsumsi daging," katanya. Tak kurang dari 20.000 kupon selama festival, ludes dibeli pengunjung. Keuntungan dari hasil penjualan kupon bazar itu menurut Iwan Chandra akan digunakan untuk membiayai kegiatan sosial IVS Sumut.
Dalam waktu dekat ini, IVS Medan dan Sumut akan membuat penyuluhan pentingnya pola makan berbasis nabati di Banda Aceh. Pelaksanaannya dikerjasamakan dengan Universitas Muhammadyah Aceh, Banda Aceh. (ja)