Kisaran, (Analisa). Tuan Syekh H Ismail Abdul Wahab adalah seorang ulama yang berasal dari Tanjungbalai Asahan dan terus berjuang membangkit semangat patriotisme rakyat Indonesia melawan para penjajah Belanda sampai titik darah terakhir.
Dengan semangat juangnya melawan Kolonial Belanda dan para kaki tangan penjajah, sehingga dia harus meninggal dunia di hadapan regu tembak di dalam penjara yang saat ini bernama Lembaga Pemasyarakatan Pulau Simardan Kota Tanjubgbalai.
Seharusnya dengan gelora perjuangannya itu tidak pernah sirna bahkan menjadi suri teladan bagi generasai muda mendatang, sudah pantas beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Demikian hasil seminar yang dilaksanakan Ikatan Keluarga Tanjungbalai Asahan (Ikta) bekerjasama dengan Universitas Asahan (UNA), Institut Agama Islam Daar Al Ulum (IAIDU) Kisaran, dan Kementerian Agama (Kemenag) Asahan serta didukung Pemkab Asahan tentang Pengajuan Gelar Pahlawan Nasional Tuan Syech H Ismail Abdul Wahab, Kamis (27/4), di Aula Melati Kantor Bupati.
Seminar yang dibuka oleh Bupati Asahan diwakili Kadis Pendidikan H Asmunan tersebut merupakan lanjutan dari seminar yang dilaksanakan di Kota Tanjungbalai beberapa waktu lalu sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan gelar nasional tersebut yang akan dinobatkan kepada Tuan Syekh H Ismail Abd Wahab.
Bahkan, upaya-upaya akan terus dilakukan sehingga nanti pada saat pengusulan kepada pemerintah tidak ditemukan lagi kendala untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional.
"Proses ini akan terus berlanjut dengan menampilkan sosok Syekh H Ismail Abd Wahab secara konkrit, melalui buku-buku dan kajian akademis lainnya," ungkap Ketua Ikta Prof Dr H Darma Bakti MS di sela-sela acara tersebut.
Seminar yang dipimpin seorang moderator yaitu Rektor UNA Prof Dr Ibnu Hajar MSi itu menampilkan tiga nara sumber yang sangat kuat menampilkan sosok Tuan Syekh H Ismail Abd Wahab yang pernah mengeluarkan fatwa haram bekerjasama dengan Belanda dan kaki tangannya. Karena fatwa itu pula dirinya harus tewas di hadapan regu tembak, karena tidak sedikitpun bergeming untuk mencabut fatwanya tersebut.
Adapun tiga narasumber yaitu Prof Dr H Ramli Abdul Wahid MA dengan judul Syekh Ismail Bin Abdul Wahab (1897-1947), kemudian Dr H Husnel Anwar Matondang, seorang akademisi muda yang pernah menjadikan buku Burhan Al Ma'rifah sebagai bahasan tesisnya dan terakhir Dr Phil Ichwan Azhari MS, salah seorang peneliti sejarah dengan judul Dokumen Sejarah Kepahlawanan Tuan Syech H Ismail Abdul Wahab
Semua narasumber tersebut, sepakat mengatakan Tuan Syech H Ismail Abdul Wahab, sudah pantas dan layak dijadikan sebagai pahlawan nasional, ditambah lagi, kata Ichwan Azhari, yang menemukan dokumen intelijen Belanda di Arsif Nefis atau di Arsip Nasional Den Haag Belanda, mengatakan, Tuan Syech sebagai tokoh berbahaya yang harus diintai gerak geriknya.
"Saya telah menemukan dokumen ini dan juga dokumen atau berita acara dijatuhinya hukuman mati," ungkap Icwan.
Meskipun dokumen berkaitan dengan sosok Tuan Syech sangat minim, tetapi ada beberapa yang ditemukan bagaimana peran di masyarakat sebagai seorang ulama dan juga seorang patriotisme.
Ketua Panitia Ir Anshori Harahap yang juga Pembantu Rektor III UNA mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mempercayakan pihaknya sebagai penyelenggara seminar tersebut.
Dengan seminar ini, diharapkan memunculkan kepedulian masyarakat untuk memperjuangkan tokoh daerah sebagai pahlawan nasional.
"Semoga seminar ini memunculkan kepedulian kita untuk memperjuangkan tokoh-tokoh daerah sebagai pahlawan nasional," ungkapnya. (aln)