Tio Ciu Pan, Hiburan yang Merakyat

Oleh: Nur Akmal. VIHARA Sai Nam Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli dipadati warga. Mereka tengah menonton Tio Ciu Pan atau opera Tiongkok yang tengah menampilkan pertunjukan untuk merayakan ulang tahun ke 100 vihara tersebut. 

Dentuman suara alat musik tradisional menggema melalui pengeras suara. Satu persatu pemeran tampil ke atas panggung memerankan karakternya masing-masing lengkap dengan riasan dan pakaian khas. Sebagian lainnya berada di belakang panggung sedang bersiap dengan make up, bedak, dan pemerah bibir serta riasan lainnya. Kostum-kostum yang akan dipakai bergelantungan di belakang panggung tersebut. 

Puluhan warga etnis Tionghoa di Kota Bangun pun menonton, mulai dari anak-anak hingga orangtua menyaksikan acara tersebut. Hari itu merupakan hari ke empat kelompok Tio Ciu Pan itu manggung. Bertepatan dengan perayaan HUT Vihara Sai Nam Kota Bangun, Sabtu sorenya, mereka menampilkan pertunjukan yang mengundang delapan dewa di langit untuk turun dan ikut merayakan ulang tahun Vihara tersebut. 

"Pertunjukan tadi intinya memberi hormat dan mengundang para dewa untuk turun dan ikut bersama semua merayakan ulang tahun ke 100 Vihara Sai Nam. Nanti malam kita akan menampilkan cerita tentang kisah rumah tangga," ujar Jessica Hejg (50), seniman Tai Ciu Pan asal Penang, Malaysia tersebut. 

Kelompok tersebut terdiri dari beragam seniman manca negara, ada dari Penang, Bangkok dan Singapura. Jessica sendiri sudah tergabung dalam atraksi tersebut sejak berumur 13 tahun. Umumnya pertunjukan dilakukan antara 5 hingga 7 hari dan menampilkan cerita yang berbeda-beda setiap kali pertunjukannya. 

"Cerita yang dibawakan umumnya cerita perjalanan dewa, perhormatan kepada dewa, mengundang dewa, atau kisah rumah tangga, cerita rakyat tradisional dan lainnya. Dalam setiap cerita ada pesan yang disampaikan kepada penonton," tambahnya. 

Seni tradisional Tionghoa ini, menurut Jessica dulunya sangat digemari. Banyak orang ingin bergabung dalam kelompok Tio Ciu Pan tersebut. Jessica dan rekan-rekannya juga bergabung di usia masih sangat muda. Namun sekarang, muda-mudi enggan untuk bergabung. Di Thailand sendiri, menurutnya, para muda-mudi lebih ingin bergabung dalam pembuatan film ketimbang opera Tio Ciu Pan. 

"Anak muda sekarang lebih tertarik main film dengan bayaran yang lebih tinggi. Kalau main di satu film bayarannya mahal, tapi kalau Tio Ciu Pan kan sedikit, padahal sama-sama di bidang seni peran. 

Apalagi saat ini lebih kepada pelestarian budaya saja," ungkapnya. 

Para pemeran juga dengan sangat sigap berganti satu kostum ke kostum lainnya untuk menampilkan cerita. Kegesitan juga sangat diperlukan sebab sesekali pemeran juga beratraksi semacam adegan pertarungan atau tarian. 

Setelah pertunjukan hari itu selesai, para pemeran juga turut dalam acara pembagian sembako dari para donatur ke warga kurang mampu di Kota Bangun sebagai bagian dari perayaan ulang tahun vihara. Ketua Panitia, Agus Besi menyerahkan  puluhan paket sembako kepada warga setempat. Vihara tersebut sudah berdiri di Kota Bangun sejak sebelum 1917, ketika daerah tersebut masih belum ramai penduduk. Kondisi vihara juga masih dibangun dengan tepas dan hingga sekarang masih berdiri.

()

Baca Juga

Rekomendasi