Oleh: Fadil Abidin
I see trees of green, red roses too
I see them bloom for me dan for you
And I think to myself, what a wonderful world ....
(What A Wonderful World, Louis Armstrong )
LAGU tersebut adalah favorit saya, terutama jika dinyanyikan pada malam atau pagi ketika bangun tidur. Saya menyukai musiknya yang berirama jazz dan suara serak-serak basahnya saxophonis Louis Armstrong. Tapi alasan utama saya menyukainya adalah lagu tersebut sepertinya mempunyai muatan spiritual dan sufistik yang mendalam.
Anda mungkin bertanya, apa istimewa dari tumbuhnya sebatang pohon dan mekarnya sekuntum bunga? Kalau pertanyaan itu yang Anda ajukan, berarti Anda belum benar-benar memerhatikan yang ada di sekitar Anda. Yang Anda lakukan selama ini baru melihat, bukan memerhatikan. Melihat hanya akan menghasilkan perasaan yang biasa-biasa saja. Ini sama sekali berbeda dengan memerhatikan. Memerhatikan berarti mencurahkan segenap perhatian, menyatukan pikiran dan badan Anda di suatu tempat. Yang lebih penting lagi, memerhatikan akan menghasilkan kekaguman.
Kekaguman adalah kata kunci di sini. Inilah yang menyebabkan saya mengatakan bahwa lagu ini bermuatan spiritual dan sufistik. Inti spiritualitas adalah kekaguman. Sebuah fenomena yang biasa-biasa saja bagi orang awam, tapi bagi mereka yang memahami spiritualitas akan menjadi suatu fenomena yang indah dan menakjubkan.
Inilah juga yang membedakan antara anak-anak dengan orang dewasa. Bagi anak-anak, segala sesuatu senantiasa mengagumkan dan menakjubkan, karena mereka masih bersih secara spiritual. Jiwa mereka belum terkontaminasi hal-hal yang bersifat materi. Mereka masih sangat dekat dengan diri sejati. Sayangnya, perjalanan hidup kita menjadi manusia dewasa seringkali membuat kita lebih dekat kepada materi daripada diri sejati kita. Inilah yang membuat kita kehilangan kemampuan spiritual untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.
Di tengah kesibukan sehari-hari, cobalah sejenak perhatikan langit di malam yang berbintang. Kita akan menyadari bahwa bumi hanyalah titik kecil dari alam semesta yang sungguh luar biasa luasnya. Kita pun akan berseru, ”Betapa indahnya alam semesta ini!”
Bahkan memerhatikan apa yang ada dalam diri kita sendiri pun pasti akan membuat kita berdecak kagum. Kita pasti terpesona oleh kesempurnaan dan kompleksitas tubuh yang kita miliki. Tubuh kita ibarat mesin yang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jika mobil tergores atau penyok, maka cacat itu akan ada selamanya jika tak didempul. Tapi jika tubuh kita terluka, maka kulit kita akan memperbaruinya tanpa kita sadari.
Perhatikanlah bagaimana jantung kita berdetak tanpa pernah sekalipun berhenti. Kita pun bernafas tanpa sadar. Tubuh kita tersusun atas beratus-ratus ruas tulang yang bermacam jenis, ada tulang lunak, tulang keras, tulang pipih, tulang pendek, tulang panjang, dan sebagainya. Serta dilengkapi dengan persendian yang sangat elastis sehingga bisa bergerak bebas dan luwes tak seperti robot. Tubuh kita juga dilengkapi beratus-ratus hormon, jutaan bahkan miliaran saraf neurotransmitter dan mekanisme biologis lainnya yang bekerja dengan sistem yang diprogram dengan amat sempurna. Otak kita bahkan lebih canggih daripada program komputer tercanggih sekalipun.
Kekaguman tersebut tentunya tak berhenti pada mengagumi keindahan fenomena itu saja. Yang lebih penting lagi adalah mengagumi pencipta keindahan yang sudah pasti jauh lebih indah daripada segala yang diciptakan-Nya, Dialah Tuhan yang Mahasempurna. Deepak Chopra pernah mengatakan, ”Jika seseorang percaya bahwa ada sesuatu yang lebih besar daripada dimensi manusia, maka dia sudah dapat disebut sebagai orang yang beriman.”
Hidup Indah
Keindahan hidup tidaklah tergantung dari apa yang kita miliki, tetapi tergantung dari cara kita melihat, dari jendela mana yang digunakan untuk melihat dunia. Kalau kita melihat dari jendela keindahan, hidup akan terlihat indah. Sebaliknya, kalau jendela kita kotor dan coreng-moreng, hidup pun akan terlihat kotor dan coreng-moreng.
Kunci kebahagiaan hidup ada di dalam, bukannya di luar. Penulis terkenal Stephen Covey berkata, ”If you think the problem is out there, that very thought is a problem.” Kalau Anda merasa masalahnya ada di luar sana, pikiran itu sendiri adalah masalahnya.
Berbahagialah saat ini juga, jangan menunggu esok ketika Anda telah mendapat atau telah menjadi sesuatu. Kebahagiaan itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu yang tak membutuhkan sayarat apa pun juga, karena ia bersumber pada sesuatu yang ada di dalam diri sendiri.
Bagaimana agar kita selalu merasa bahagia? Bersihkan jendela kehidupan Anda, ubahlah cara Anda memandang kehidupan ini. Keindahan hidup sebenarnya tidak ditentukan oleh sesuatu itu sendiri, tetapi pada cara memandang, pada jendela mana yang kita gunakan untuk melihat dunia. Seperti kata pemikir Tiongkok, I Tjing, peristiwanya sendiri tidaklah penting. Yang penting adalah bagaimana kita memandang dan memaknai peristiwa tersebut.
Pertama, kita harus mengubah cara pandang terhadap masalah. Kalau biasanya kita mengeluh setiap berhadapan dengan masalah, kini kita justru harus bersyukur. Masalah yang selalu melingkupi hidup kita justru menunjukkan bahwa kita benar-benar hidup. Bahwa kita benar-benar masih dipercaya Tuhan sebagai hamba yang masih punya iman dan kemampuan untuk memecahkannya.
Jangan memandang masalah sebagai suatu bencana dan hambatan. Masalah justru adalah suatu peluang untuk maju dan berkembang. Masalah yang pelik akan membuat otak kita berpikir keras mencari solusi yang kreatif. Masalah akan membuat kita mengerahkan segenap daya dan kemampuan untuk menyelesaikannya. Kalau kita menjalani prosesnya dengan benar, kita akan mendapatkan kenikmatan hidup begitu dapat menyelesaikan masalahnya.
Hadapilah setiap masalah dengan tenang, pandanglah itu sebagai kesempatan berharga untuk tumbuh. Orang yang tak pernah berpikir keras tak akan menjadi orang yang tangguh dan kreatif. David Brinkley, jurnalis terkenal, mengatakan, ”Orang sukses adalah orang yang dapat membangun fondasi dari batu-batu yang dilemparkan oleh orang lain kepadanya.”
Kedua, kita harus sadar sepenuhnya bahwa kebanyakan masalah yang hadapi sebenarnya hanyalah masalah kecil saja.Masalah ini sering membuat kita pusing, sedih, dan stres. Padahal setahun dari sekarang pun kita tak akan pernah mengingatnya lagi. Hanya segelintir masalah yang merupakan masalah besar yang perlu benar-benar diperhatikan.
Ketiga, untuk mengetahui persoalan besar dan kecil dalam hidup, kita perlu meluangkan waktu untuk berpikir dan menemukan hal yang paling penting. Ini penting sekali, karena sebelum Anda dapat menemukannya, segala sesuatu akan tampak penting. Sebuah masalah kecil pun dapat membuat kita stres berkepanjangan. Karena itu tugas terpenting dalam hidup adalah menemukan hal yang paling penting. Dengan demikian semuanya akan tampak sangat sederhana. Hidup adalah sederhana ketika kita mengetahui hal yang penting.
Keempat, kita perlu mengubah pandangan mengenai target dan hasil. Urusan hasil adalah urusan Tuhan. Yang bisa kita lakukan sebagai manusia hanyalah berusaha sekuat tenaga. Usaha ada di dalam kontrol kita, sementara hasil sepenuhnya dalam kekuasaan Tuhan. Karena itu yang perlu kita pikirkan adalah usaha. Memikirkan mengenai hasil hanyalah akan membuat kita stres dan tertekan karena semua berada di luar kontrol kita.
Saya punya pengalaman menarik dalam menghadapi berbagai kegagalan dalam hidup. Saya sempat kecewa karena gagal melanjutkan ke perguruan tinggi akibat ketiadaan biaya (walaupun lulus UMPTN), gagal lulus ujian STAN (sekolah ikatan dinas yang diselenggarakan Departemen Keuangan), kerap gagal dalam melamar pekerjaan, lima kali terkena PHK (bahkan sewaktu menikah masih menganggur). Penulis juga sempat stres akibat gagal dalam proses final fit and proper test sebagai calon anggota KPU Kota Medan.
Dalam keadaan stres, saya sering jalan-jalan ke luar kota, kegiatan menulis pun saya tinggalkan. Suatu hari saya menemui seorang petani yang sedang mencangkul di ladang, setelah itu ia membuat lubang kecil lalu memasukkan beberapa butir biji jagung. Di antara lubang diberi pupuk urea, lubang itu pun ditutup lalu disiram. Panas terik yang membakar kulit, tak membuat mereka menyerah. Saya pun bertanya, ”Pak, apa sudah pasti jagungnya akan tumbuh subur dan menghasilkan?”
Ia menjawab, ”Bapak hanya berusaha sebaik mungkin, soal hasil itu urusan Tuhan. Manusia tak bisa menumbuhkan batang jagung walaupun cuma semili.”
Seketika itu juga saya tersadar. Kegagalan yang kerap menimpa hidup ini ternyata memberi sesuatu hal yang lebih baik. Saya jadi punya keahlian baru yaitu menulis artikel, opini, cerpen, puisi, dan sebagainya ketika dulu di-PHK dan lama menjadi penganggur. Ketika orang perlu bekerja keras siang-malam untuk biaya menikah, toh akhirnya saya bisa juga menikah walaupun beberapa bulan sebelumnya terkena PHK.
Kegagalan menjadi anggota KPU tempo hari tak menjadi sesuatu yang memalukan, justru menjadi sesuatu yang membanggakan. Membanggakan karena hanya saya satu-satunya lulusan SMA, sedangkan pesaing lainnya lulusan S1 dan S2. Saya pelanduk yang berani menantang singa.
Kehidupan memang menakjubkan. Dengan melihat segalanya melalui jendela keindahan, segala sesuatu tampak jauh lebih indah walaupun itu berupa kegagalan. Kita akan memiliki pandangan yang baru terhadap kesuksesan. Sukses berarti mengerjakan yang terbaik yang dapat kita kerjakan. Sukses terletak dalam kerja, bukan dalam perolehan; dalam usaha, bukan dalam kemenangan.
* * *