Oleh: Isnaini Kharisma
KOTA Medan masih menyimpan sisa-sia peninggalan bersejarah, khususnya sejumlah bangunan yang dari persfektif arsitektur memiliki keunikan tersendiri. Tidak hanya bangunan fasilitas umum, perkantoran, dan rumah, namun juga bangunan sarana ibadah.
Akulturasi yang terbangun dari keberagaman suku yang mendiami Kota Medan, pun kebhinnekaan agama dan kepercayaan yang dianut, meninggalkan kekayaan histori dalam bentuk fisik bangunan. Yang bisa dipelajari dan teliti, sebab selain khas, juga memiliki keunikan tersendiri.
Sebut saja salah satu tempat ibadah umat Hindu di Kampung Madras sebuah kawasan yang banyak dihuni etnis India Tamil. Lokasinya yang strategis, persis di pertigaan Jalan Teuku Umar Medan dan Jalan Zainul Arifin Medan, masih kokoh berdiri Kuil Shri Mariamman.
Kuil yang bangunannya memiliki pancaran budaya yang kental dari sisi keindahan arsitekturnya, tak hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Hindu. Namun jika nilai sejarahnya ditelusuri mendalam, akan mengiaskan konsep multikultural masyarakat Medan masa lampau.
“Bangunan rumah ibadah ini merupakan kuil Hindu tertua di Kota Medan. Dibangun pada 1884,” ungkap Ketua Kuil Shri Mariamman Medan, Chandra Bose. Awalnya kuil itu hanya ditujukan untuk memuja Dewi Mariamman (dewi penyakit dan hujan) serta dewi utama bagi umat Hindu India Selatan masyarakat pedesaan di daerah Tamil Nadu, Karnataka, Andhra Pradesh dan lainnya.
Setelah seabad lebih dan seiring perubahan zaman, kini bangunan tersebut juga menjadi kebanggaan masyarakat Kota Medan dalam berbagai hal. Termasuk dari persfektir arsitektur, budaya, dan sejarahnya. Tidak hanya wujud fisiknya, keunikan dan keindahan kuil itu juga terpancar dalam pandangan abstrak.
Tidak seperti kebanyakan kuil umat Hindu lainnya, ketika memasuki ruang dalamnya, sejumlah keindahan tersaji dari warna-warni relief yang menempel pada dinding dan langit-langitnya. Kekhasan lain di dalam kuil yang menjadi salah satu ikon Kota Medan itu, juga ada pada sejumlah patung-patung dewa yang tertata di tempatnya.
Empat Tangan
Ada patung Dewa Siwa di depan pintu masuk. Kemudian di bagian atas pintu dan di sisi kanan-kiri pintu, terdapat patung Tuwarsakti yaitu penjaga Dewi Shri Mariamman yang berparas cantik. Keunikan patung dewi itu ada pada keempat tangannya yang bersenjatakan trisula, gada, dan pasa. Di bagian depan dinding sebelah kanan juga terdapat patung yang mengilustrasikan suasana perkawinan Sri Laxmi.
Pada bagian tengah, ada patung pendeta (pria dewasa) yang menikahkan, yang digambarkan memakai serban dan berkumis tebal. Sedangkan suasana pernikahan Shri Parvathi, berada di bagian depan dinding sebelah kiri. Layaknya manusia, salah satu posisi tangan kiri patung itu tengah menampung air.
Bagian dalam ruangan kuil itu dilengkapi tiga bilik pemujaan. Ketiga bilik yang menjadi lokasi utama pemujaan, dilengkapi satu patung, masing-masing patung Shri Maha Visnu, Siva, dan Brahmana.
Kuil yang memiliki ornamen dan pewarnaan unik dan menarik itu, diperkaya dengan sejumlah patung lainnya. Keberadaan patung dengan berbagai bentuk di dalam kuil itu semakin memperkuat dan menyempurnakan keindahannya.
“Bergaya arsitektur Dravidia yang khas India, bangunan kuil ini memiliki banyak relief dan patung-patung. Hal tersebut juga menggambarkan kehidupan umat Hindu pada zaman dahulu,” kata Chandra.
Dikatakan, kuil yang sering berganti warna terutama pada tembok bagian luarnya itu, sudah dua kali direnovasi. Yakni pada 1950-an dan di bagian strukturnya pada 1988. Pewarnaan yang berganti pada sisi luar tidak lebih hanya untuk memperindah tampilan dan memberikan daya tarik.
Selain untuk kegiatan beribadah, Kuil Shri Mariamman itu juga sering digunakan untuk Perayaan Deepawali dan Thaipusam. Dari sudut keilmuan, keunikan arsitektur kuil yang ikonik tersebut perlu dikembangkan dan bisa dijadikan sumber inspirasi bagi kemajuan dunia arsitektur.