Buya KH Dr Amiruddin MS:

Tujuan Ibadah Adalah Wujudkan Sifat Takwa

Medan, (Analisa). Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengi­kuti segala perintah-Nya dan men­jauhi segala larangan-Nya serta ti­dak cukup diartikan dengan takut saja. Selain itu takwa juga diartikan mem­buat penjagaan diri dari se­suatu yang membahayakan dunia dan akhiratnya, atau memposisikan dalam penjagaan Allah. Orang yang de­m­ikian disebut orang yang ber­takwa.

Demikian disampaikan Buya KH Dr Amiruddin MS dalam ce­ra­mah pengajian rutin Tazkira Ang­ka­tan Muda Sumut, Minggu (21/5) di Masjid Al Mansun Medan.

Disebutkan Buya yang juga K­e­tua Umum Majelis Zikir Tazkira Su­mut, dan pimpinan Rumah Ku­liah Tasawuf Baitul Mustaqfirin Al Amir,  salah satu tujuan dari iba­dah, adalah untuk mewujudkan sifat takwa yaitu ketakwaan yang sempurna, prima dan paripurna.

Dikatakan Buya dalam ceramah­nya bertajuk “Takwa dan Taqarub”, Allah Swt dalam Alquran sering­kali memesan dan me­me­rintah agar ma­nusia bertakwa. Akan tetapi se­ringkali menyak­si­kan manusia ber­paling dari ketakwaan yang di pe­rin­tahkan itu. Mereka tidak merasa­kan manfaat dari takwa itu, baik un­tuk dirinya maupun orang lain. Ka­renanya, tidak ada jalan lain su­paya manusia bertakwa adalah dengan cara memahami makna dan hakikat takwa itu sendiri.

Takwa secara umum adalah   men­jaga diri, keluarga, masyrakat, bang­sa, negara dan harta kekayaan dari segala marabahaya yang me­nim­pa atau dari segala yang akan me­ngubah tujuan. Salah satu sikap yang harus ada pada diri  orang ber­takwa adalah rasa takut kepada Allah. Takut kepada Allah adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehinga hal-hal yang bisa men­da­tangkan murka, siksa dan azab Allah  harus dijauhi.

Seluruh ibadah mendidik kita un­tuk menjadi orang yang takut ke­pada Allah  yang membuat kita akan selalu menyesuaikan diri de­ngan segala ketentuan-keten­tuan­n­ya. Kalau kita ukur dari sisi ini, kenyataan akan menunjukkan bah­wa banyak sekali orang yang be­lum bertakwa, karena tidak ada rasa takutnya kepada Allah .

“Jika ketakwaan itu dibuktikan dengan amalan-amalan tambahan dan dijalankan dengan senang hati di luar kewajiban, itu adalah ta­qa­rub”, ujar Buya.

Dicontohkan Buya, bentuk ta­qarub itu dibuktikan dengan selain men­jalankan ibadah puasa sebagai pe­rintah Allah yang diwajibkan bagi orang-orang yang beriman, di­ba­rengi dengan sedekah mem­ba­gi-bagikan makanan untuk berbuka pua­sa.

Buya mengingatkan, selama berpuasa Ramadan yang tinggal beberapa hari lagi, diminta untuk menjaga mulut, kurangi makan, dan kurangi tidur. “Perbanyaklah ama­lan-amalan sunat selama bulan Ramadan,” ujar Buya.

Disebutkan Buya, puasa adalah menempah diri agar bisa merasa­kan orang yang lapar. Sehingga akan menjadikan manusia untuk bisa merasakan kehidupan yang susah.

“Mudah-mudahan Allah mem­be­rikan kesempatan bagi kita se­mua untuk bertemu Ramadan tahun ini,” ujar Buya.

 Pengajian kali ini bekerja sama de­ngan Alumni SMA Negeri 1 (Smansa) Medan Angkatan 1990, di­rang­kai dengan penyambutan bu­lan Ramadan dan peringatan Isra Mikraj.

Ketua Pengajian Ikatan Smansa ‘90 Medan mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu program kerja, yang ikut berperan dalam pem­binaan umat bersama Tazkira Su­mut.

Kegiatan diawali dengan salat su­nat jenazah ghaib dan tasbih di­pandu ustaz Muhammad Sidiq SAg, dan tausiah dan zikir dipandu Buya KH Amiruddin MS, dihadiri alum­ni pendidikan karakter Rumah Ku­liahTasawuf dari personel Ko­dam I/BB dan Polrestabes Medan. (sug)

()

Baca Juga

Rekomendasi