Tanjung Morawa, (Analisa). Sebanyak 30 perempuan mengikuti pelatihan merajut yang digelar Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Unimed. Mereka juga diberi bekal wawasan manajemen usaha.
"Melaui pelatihan ini, kami berharap ibu-ibu bisa terampil merajut yang nantinya dapat dikembangkan menjadi usaha produltif. Selain itu, kelak dapat menambah pendapatan keluarga," ungkap Arnah Ritonga, SSi, MSi mewakili LPM Unimed saat membuka "Workshop Keterampilan Merajut dan Manajemen Usaha di Balai Desa Telagasari, Tanjung Morawa, Senin (1/5).
Dikatakan, keterampilan merajut berpotensi jadi usaha alternatif bagi kaum ibu. Apalagi geografis desa itu yang dilintasi jalur menuju Bandara Kualanamu sangat strategis untuk pengembangan pasar ke depan.
Bisa jadi, imbuhnya, jika keterampilan merajut berkembang di desa itu, produk rajutannya akan menjadi ikon desa. Bukan tidak mungkin pula, Telagasari jadi sentra produk rajut Sumut.
Di tempat sama, Ketua Pelaksana Susiana, SSi, MSi menuturkan, tingkat kebutuhan ekonomi yang kian tinggi kekinian mendorong kaum ibu untuk membantu pendapatan keluarga. Tanpa perlu keluar rumah pun, ibu-ibu bisa menghasilkan produk rajutan menyesuaikan waktu luang mereka.
"Bahan bakunya relatif murah. Jadi tanpa meninggalkan tugas pokok sebagai ibu rumah tangga, mereka bisa mengembangkan peluang usaha rajutan, tentu ke depan kami juga akan membantu pemasarannya dengan memanfaatkan teknologi informasi, secara online," katanya.
Getuk Tular
Dimuali dengan 30 orang yang terampil merajut, ke depan bisa diajarkan kepada ibu-ibu lainnya secara Getuk tular. Jika secara kuantitas sudah memadai, maka kualitas produk rajutnya juga ditingkatkan, yang akhirnya Telagasari jadi sentra produk rajut.
"Sangat mungkin berkembang. Keterampilan ini bisa nantinya juga bisa jadi slah satu Bumdes (badan usaha milik desa)," ujar Susiana didampingi Eri Widyastuti SPd, MSi dan Ika Purnama Sari SPd, MSi.
Terkait LPM yang sudah bergulir sejak 2015 itu, menurut Susiana sebagai program pengabdian Dikti dan BOPTN yang memberi kesempatan kepada dosen Unimed untuk mengusulkan pengabdian dengan teknik kompetisi setara. LPM sebagai ujung tombaknya, dalam pengabdian itu nantinya juga wajib mengawasi, mengevaluasi, dan menyampaikan laporan.
Khusus pelatihan merajut tersebut, digelar 4 kali sebulan. Kemudian akan diawasi perkembangannya dan dibantu pemasarannya. "Makanya kami juga sekaligus memberikan pelatihan manajemen usaha."
Mewakili Kades Telagasari, Ponidi memberikan apresiasi positif adanya pelatihan tersebut. Ia juga berterima kasih atas kepedulian LPM Unimed yang turut memikirkan kemajuan ekonomi masyarakat setempat. (rio)