Dalam Sebuah Kamar di Kualanamu

Oleh: Kali A Harahap

SEPINTAS, bentuknya terlihat mirip kamar hotel walau berada di area terbuka terminal domestik ruang tunggu keberangkatan Bandar Udara Kualanamu, Deliserdang. Beru­kuran kurang lebih 4 x 3 meter, di dalamnya disediakan seki­tar 11 unit sofa empuk berbentuk tempat tidur dibalut kulit sehingga terlihat berkelas.

Bagian lain, yang awalnya adalah lantai granit, kini dibalut dengan  am­bal berkelas. Dinding juga dihiasi berbagai lampu hias serta berjejer ter­pajang kain ulos khas Sumatera Utara. Juga ditempatkan beberapa unit layar monitor jadwal keberangkatan pesa­wat. Ini memungkinkan calon penum­pang yang sedang beristirahat bisa mengetahui jadwal keberang­katan­nya.

Di depan barisan sofa, tersedia dua unit televisi. Bagi yang ingin me­nonton, dipersilakan. Bisa juga mendengarkan musik atau meman­faatkan layanan internet. Yang jelas, semua layanan di dalam ruangan tersebut gratis. Sehingga, mereka yang sedang beristirahat di dalamnya dibuat merasa aman dan nyaman.

Tidak mengherankan. Sejak dires­mi­­kan pada pertengahan 2016, ruang istirahat (rest area) Bandara Kuala­namu ini, tidak pernah sunyi. Penum­pang mendatanginya silih berganti. Apalagi, calon penumpang yang jad­wal penerbangannya masih lama. Me­re­ka memilih beristirahat di tempat tersebut untuk menghi­lang­kan keje­nuhan.

Tidak hanya pria, calon penumpang perempuan juga memanfaatkan fasilitas tersebut. Mereka memanfaat­kannya untuk melepas lelah  sembari menunggu jadwal keberang­katan penerbangan selanjutnya ataupun pe­numpang yang ba­ru tiba.

Tentunya kondisi ini di­apresiasi para penumpang. Sa­lah satunya, Amri (30) warga Medan. Dia berharap hal se­perti itu agar terus dikem­bang­kan pihak pengelola sehingga calon pe­numpang benar-benar merasa aman dan nyaman ketika be­rada di Bandara Kua­lanamu. “Ciri-ciri bandara mo­dern adalah hal seperti ini. Kita tidak merasa jenuh saat berada di bandara,” katanya.

Menurutnya, pemberian fasilitas seperti ini merupakan salah satu ben­tuk hubungan timbal-balik yang di­berikan pengelola bandara kepada penumpang. Sebab, se­lama ini pe­numpang juga di­pungutpajak bandara (airport tax) yang termasuk ke dalam tiket pesawat.

Tentu fasilitas-fasilitas se­perti ini sewajarnya diperoleh setiap penum­pang pesawat di bandara. Bila perlu, diperbanyak. “Dengan memperba­nyak ruang rehat seperti ini, salah satu bentuk bandara modern bertaraf in­ternasional, sama halnya seperti Ban­dara Changi, Singapura, dan bandara lainnya,” tuturnya.

Dia yakin, ke depan, upaya yang dilakukan pihak pe­ngelola akan tetap terus didukung masyarakat, khu­sus­nya pengguna transportasi penerbangan dan akan menjadi kebanggaan masyarakat Sumut.

Sementara, Airport Duty Manager PT AP II Bandara Kualanamu, Jasirin, Selasa (23/5) mene­rang­­kan jika fasi­litas ruang rehat tersebut tidak lain hanya untuk mem­berikan pelayanan prima terhadap seluruh  pengguna jasa, baik penum­pang yang datang maupun pergi melalui Bandara Kualanamu.

Fasilitas ini sengaja dibuat sebagai bentuk pelayanan dan tanggung jawab peng­elola bandara pada penum­pang “Silakan beristirahat. Mau tidur juga silakan asal­kan tidak terlambat penerba­ngannya,” ujarnya.

Jasirin menyadari, fasili­tas ruang rehat seperti itu masih terbatas dan masih banyak kekurangannya. Nanun demikian, pihaknya akan terus berusaha semaksimal mung­kin untuk memberikan pela­yanan terbaik bagi penum­pang di Bandara Ku­alanamu, salah satu bandara terbesar di Indonesia sekaligua “wajah” dari citra provinsi ini di mata nasional, bahkan internasional.

()

Baca Juga

Rekomendasi