PAKAR paleoantologi dengan hati-hati menggali tulang belulang lima manusia purba yang ditemukan di dalam sebuah gua besar. Gua tadi yang sekarang dikenal situs Jebel Irhoud di Maroko terkubur selama beribu tahun di bawah lapisan batu dan sendimen.
Tim ilmuwan asal Eropa dan Maroko berhasil menemukan fosil tulang belulang lima individu yang mereka yakini manusia modern paling kuno (Homo sapiens) yang pernah ditemukan.
Di sebuah area terpencil Maroko bernama Jebel Irhoud yang pernah menjadi gua, tim menemukan tengkorak, tulang dan gigi lima individu yang hidup sekitgar 315.000 tahun silam.
Ilmuwan juga menemukan peralatan batu sangat canggih dan arang, yang mengindikasikan kelompok orang ini menggunakan api.
Namun begitu, klaim ilmuwan tadi kontroversial, karena pakar antropologi masih memperdebatkan ciri-ciri fisik apa yang membedakan manusia modern dengan leluhur kita yang lebih primitif.
Tulang belulang purba tersebut terdiri dari beberapa bagian, yang menunjukkan fase evolusi spesies umat manusia pada masa purba yang belum diketahui. Asal-usul manusia kembali dipertanyakan, sekali ini dengan temuan fosil di Maroko ini.
Anggapan bahwa manusia modern berevolusi di Afrika Timur pada sekitar 200.000 tahun yang lalu kini tidak lagi berlaku, ungkap laporan penelitian terbaru.
Fosil terbaru yang ditemukan ini lebih tua 100.000 tahun dari yang ditemukan sebelumnya. Hal ini menunjukkan spesies manusia berkembang di seluruh wilayah benua.
Prof Jean-Jacques Hublin, dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman menyatakan penemuan ini akan menuliskan kembali buku teks mengenai kemunculan manusia.
Menurut Hublin, sejumlah contoh fosil yang ditemukan di situs penemuan tersebut, diantaranya rangka kepala, gigi, dan tulang.
Penemuan awal pada tempat yang sama pada tahun 1960-an merujuk kepada masa 40.000 tahun yang lampau, menunjukkan masa Neanderthal, yang mendekati bentuk evolusi Homo Sapiens.
Penemuan Prof Hublin ini menunjukkan hal yang berbeda. Di mana setelah ditelusuri diketahui bahwa bentuk rangka kepala fosil tersebut nyaris sama dengan manusia modern. Dengan pengamatan metode teknologi tinggi, fosil tersebut diketahui berumur antara 300.000 dan 350.000 tahun.
Perbedaan signifikan terlihat pada garis di dahi dan rongga otak yang lebih kecil. Penggalian yang dilakukan oleh Prof Hublin telah mengungkap lebih jauh bahwa manusia purba tersebut telah menggunakan alat bebatuan dan mempelajari bagaimana membuat dan mengendalikan api. Sehingga, tidak hanya mirip dengan Homo Sapiens, tetapi mereka bertingkah laku seperti layaknya spesies tersebut.
Hingga kini, fosil awal yang dianggap sebagai asal-usul manusia modern berasal dari Ethiopia (dari situs yang dikenal dengan nama Omo Kibish) di bagian timur Afrika dan merujuk ke masa hampir 195.000 tahun lalu.
“Kini kita harus mengubah pandangan tentang bagaimana manusia modern pertama muncul,” ujar Prof Hublin.
Sebelum spesies manusia berevolusi, ada sejumlah spesies manusia primitif, masing-masing terlihat berbeda dan memiliki kekuatan dan kelemahan. Kemudian, spesies manusia yang berbeda-beda tersebut, terlihat seperti hewan, berevolusi dan mengubah wujud mereka secara bertahap.
Sedangkan, Homo Sapiens berevolusi secara bertahap dari manusia primitif di Timur Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu; pada titik tersebutlah, secara umum, seperti yang terlihat sekarang.
Kemudian, menyebar ke seluruh Afrika dan pada akhirnya ke seluruh penjuru dunia. Penemuan Prof Hublin ini menampik pandangan tersebut.
Karena kebanyakan para ahli berasumsi bahwa spesies kita tidak nampak hingga 200.000 tahun yang lalu, sehingga wajar untuk mengatakan bahwa situs lainnya yang ditinggali merupakan bukan spesies jenis manusia, yang jauh berbeda dan lebih tua. Tetapi, Jebel Irhoud kini mengungkap kemungkinan bahwa sesungguhnya Homo sapiens-lah yang meninggalkan alat-alat dan bukti penggunaan api di tempat tersebut. (dwc/wpc/nytc/cnn/es)