Bambu

Allah menciptakan makhluk-Nya beserta semua isi alam semesta tidak ada yang sia-sia. Semuanya menjadi bahan pelajaran berharga bagi manusia. Salah satu ciptaan-Nya adalah bambu. Semua kita tentu saja kenal dengan bambu. Selain banyak manfaatnya, kita dapat belajar dari sifat-sifat negatif bambu agar bisa terhindar dari sifat-sifat tersebut.

Banyak nama yang diberikan untuk tumbuhan ini. Di antaranya adalah buluh, betung dan aur. Dalam Ensiklopedi Indo­nesia jilid 1 disebutkan bahwa bambu meru­pakan tumbuhan khas daerah tropis yang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dari permukaan laut. Bambu biasanya tumbuh di tebing atau di pinggiran sungai. Banyak manfaat yang bisa diambil dari bambu, seperti untuk membuat tangga, saluran air, kera­jinan tangan, seruling dan tepas untuk dinding rumah. Bahkan perjuangan mere­but dan mempertahankan kemerde­kaan Indonesia dahulu juga salah satunya dila­kukan dengan menggunakan bambu run­cing. Anak bambu yang disebut dengan rebung dapat dimakan.

Ada beberapa sifat khas dari tumbuhan ini. Pertama, bambu adalah tumbuhan yang hidup memonopoli. Tidak ada atau jarang ada tumbuhan lain yang dapat hidup di sekitar bambu. Bambu memben­tuk kelompok tersendiri dan tidak mem­beri kesempatan pada tumbuhan lain untuk berkembang.

Manusia juga ada yang meniru sifat bambu. Dalam kehidupan masyarakat ada manusia yang mau menguasai sendiri sumber-sumber kehidupan bersama. Dia tidak jarang menghalalkan segala cara untuk ambisinya. Kalau ada orang lain yang berusaha berkembang dia segera “mematikannya” supaya tidak memba­hayakan baginya. Pokoknya hanya dialah yang berhak menentukan dan menetapkan segalanya. Bahkan tidak jarang sekelom­pok “bambu” yang sedikit bisa menguasai sebagian besar sumber daya alam.

Kedua, ketika masih kecil sebagai tunas (rebung) bambu lunak sekali, bah­kan dapat dikonsumsi sebagai makanan yang enak. Rebungnya lezat sekali digu­lai. Pada saat masih rendah bambu juga mudah dibentuk dan dileng­kungkan. Tapi, kalau sudah besar dan tinggi, bambu men­jadi susah dibentuk. Bisa-bisa bambu akan melawan dan melanting, dan kalau tidak hati-hati dapat mencelakakan manusia.

Demikian pula sifat sebagian manusia. Ketika masih lemah, tidak berkuasa dan sedikit, mereka seakan-akan menjadi orang yang paling patuh. Mereka takut eksistensinya akan terganggu kalau mela­kukan hal-hal yang bertentangan dengan kesepakatan bersama. Namun, kalau sudah merasa kuat, baik dari sisi status sosial, ekonomi maupun politik, mereka mulai unjuk gigi. Mereka tidak segan-segan melakukan apa saja untuk kepenti­ngan mereka. Kalau perlu hukum pun mereka beli dan permainkan demi mem­pertahankan eksistensi mereka. Tidak peduli orang akan marah kepada mereka. Dengan uang yang banyak mereka dapat melakukan segala-galanya demi syahwat dan ambisi mereka.

Ketiga, bambu memiliki senjata yang sangat ampuh berupa miang, yakni bulu halus  yang membuat gatal dan iritasi ku­lit orang yang terkena senjata ini. Dengan miang ini tidak sembarangan orang dapat mendekati bambu.

Bukankah dalam kehidupan masya­rakat kita temukan pula orang yang memakai ilmu bambu ini. Untuk meng­gapai ambisinya atau mempertahankan kekuasaannya, ia menggunakan “miang” yang dapat mengenai siapa saja yang tidak suka kepadanya. Suara-suara kritis akan dibungkamnya. Ia tidak segan-segan “menggebuk” orang yang mengoreksi perbuatannya. Pokoknya jangan sampai kepentingannya terganggu. “Miang” yang mereka gunakan dapat berupa peraturan, regulasi dan kebijakan yang dapat memberatkan dan merugikan orang lain dan pada sisi lain menguntungkan sebagian yang lain. 

Keempat, kita sering mendengar istilah belah bambu. Ini merupakan ungkapan bagi orang yang suka melakukan aksi memecah-belah dalam kehidupan masya­ra­kat. Kalau kita membelah bambu, biasa­nya kita mengangkat satu sisinya dan menginjak sisinya yang lain, sehingga bambu dapat terbelah. Demikian pulalah orang yang melakukan aksi memecah belah dalam masyarakat. Ia membagi ma­syarakat ke dalam dua kelompok; kelom­pok yang suka kepadanya dan kelompok orang yang tidak suka kepa­danya.

Kelompok pertama akan diperlakukan istimewa, meskipun melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan kesepakatan bersama. Kelompok ini menjadi pendukung utama bagi mereka. Kelompok ini bersedia melakukan apa saja demi membela mereka. Oleh karena­nya, kelompok ini akan mereka angkat, peli­hara dan pertahankan. Mereka me­mer­lukan kelompok ini karena menjadi pen­dukung dan pembela utama kepen­tingan mereka. Tidak jarang pula ke­lompok ini memperoleh suntikan “darah segar” berupa dana yang tidak sedikit untuk membela tuannya.

Sebaliknya, kelompok kedua akan ditekan, diancam dan dicap dengan label-label negatif, meskipun mereka menuntut hak-hak mereka yang sewajarnya. Kelompok kedua ini dianggap berbahaya sehingga harus diinjak, ditekan dan ditindas. Kalau kelompok kedua tidak berdaya, maka mereka dengan leluasa dapat melakukan apa saja untuk kepenti­ngan mereka.

Inilah beberapa sifat bambu yang layak kita renungkan. Siapa saja berpotensi untuk meniru sifat-sifat bambu ini. Karenanya, mari kita berlindung kepada Allah dari sifat-sfat tercela ini. Fa`tabiru ya ulil albab.

()

Baca Juga

Rekomendasi