Jejak Peradaban Islam di Andalusia

DALAM Jamuan Ramadan kali ini, saya ingin mengajak pembaca berwisata sejarah ke Spanyol. Andalusia atau Spanyol adalah negeri yang pernah dikuasai umat Muslim selama hampir delapan abad. Islam pertama kali masuk ke Spanyol tahun 711 M di bawah pimpinan panglima Thariq bin Ziyad. Setelah menyeberangi Selat Gibraltar, pasukan Thariq berhasil membuka wilayah yang terkenal kaya tersebut. Sejak kedatangan Islam ke Spanyol, banyak prestasi yang telah diukir umat Islam bagi pengembangan peradaban dan ilmu pengetahuan. Sampai lenyapnya kekuasaan Islam dari Spanyol pada 1492, wilayah yang terletak di sekitar Seme­nanjung Iberia dan membelah benua Eropa dengan Afrika ini menjadi mercu suar yang menerangi kegelapan bangsa-bangsa Eropa abad pertengahan.

Banyak pemuda Eropa yang belajar ke kota-kota Spanyol, seperti Cordova, Seville, Granada dan Toledo. Setelah kembali ke negeri masing-masing, mereka tampil sebagai penggerak ke­bang­kitan (renaisans) di Eropa. 

Capaian peradaban umat Islam di Andalusia sangat berpengaruh di Barat. Tidak heran kalau Nouruzzaman Shiddiqi menyatakan bahwa Spanyol adalah jembatan penyebarangan peradaban Islam ke Barat. Ketika Barat masih berada dalam kegelapan pada Abad Pertengahan, Dunia Islam telah mencapai puncak peradaban yang gemilang. Menurut Anwar G. Chejne, di  Cordova saja terdapat 1.600 masjid, 900 pemandian umum, 60.300 bangunan besar untuk tokoh-tokoh terkemuka seperti wazir (menteri), sekretaris negara dan panglima perang, 213.077 real estate dan 80.455 pertokoan. Sementara itu terdapat pula 10.000 lampu penerang jalan yang membuat jalan-jalan raya di kota tersebut terang benderang pada malam hari.

Ini sangat kontras dengan peman­dangan wilayah Eropa lain yang masih gelap gulita, belum mengenal sabun mandi dan jalan-jalan yang masih ber­lum­pur. Raghib as-Sirjani, seorang ilmuwan produktif asal Mesir, meng­gambarkan kondisi peradaban Barat, khususnya Spanyol, dengan menyatakan bahwa sistem pemerintahan ketika itu dipenuhi oleh semangat despotisme (kezaliman) dan ketidakadilan. Penguasa menguasai istana-istana megah dan sumber-sumber ekonomi, sementara rakyat miskin tidak memperoleh tempat tinggal yang layak. Rakyat menjadi bahan dagangan bagi orang-orang kaya.

Moral mengalami degradasi. Ke­bersihan individu tidak ada sama sekali. Mereka membiarkan rambut mereka tumbuh panjang hingga menjulur ke wajah-wajah mereka. Mereka tidak mengenal mandi, kecuali hanya sekali atau dua kali dalam setahun. Bagi mereka, kotoran yang menumpuk di tubuh mereka akan menyehatkan tubuh karena menjadi berkah dan membawa kebaikan. Mereka juga tidak memiliki bahasa tulis.

Bahkan ketika anak-anak muslim Spanyol mulai masuk sekolah dan para ilmuwan muslim disibukkan dengan penelitian-penelitian serta penemuan ilmiah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sebagian  bangsawan dan pendeta Eropa masih belum tahu menulis nama mereka sendiri. David Lewis Levering, Profesor Sejarah di Universitas New York, dalam The Greatness of al-Andalusia, mengakui bahwa orang Arab Spanyol abad ke-9 M lebih maju empat ratus tahun daripada orang-orang Barat. 

Sayangnya, tidak banyak umat Islam Indonesia yang mendapatkan informasi memadai tentang sejarah kebangkitan dan kejayaan Islam di Spanyol hingga kerun­tuhannya. Kalau ditanya tentang Spanyol, mungkin yang pertama terbayang di kepala kita adalah tentang kedigdayaan sepak bolanya atau tentang pertarungan manusia dengan banteng. 

Sebagai agama damai, Islam masuk ke Spanyol dengan misi pembebasan rakyat Spanyol dari kesewenang-wenangan penguasa Spanyol ketika itu. Sebelum Islam masuk, Spanyol dikuasai oleh raja-raja Gothic yang sering memaksakan agama Kristen kepada penganut Yahudi yang juga banyak mendiami Spanyol. Orang-orang Yahudi sering mengalami diskriminasi. Meskipun secara ekonomi orang-orang Yahudi memainkan peranan, mereka ditindas dalam bidang politik. Mereka dikenakan pajak yang tinggi. Karena itu, orang-orang Yahudi sebe­narnya mengharapkan kedatangan umat Islam, karena mereka yakin umat Islam akan berlaku toleran dan bersikap baik terhadap mereka.

Setelah menguasai Spanyol, umat Islam tetap memperlihatkan sikap toleransi mereka terhadap penduduk setempat. Mereka menghargai agama rakyat Spa­nyol dan tidak memaksakan agama Islam kepada penduduk negeri yang mereka kuasai tersebut. Meskipun dalam kontak kehidupan sosial, orang-orang Spanyol banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Arab, mereka tetap berpegang teguh pada agama mereka semula. Dalam literatur-literatur tentang Spanyol ada istilah mozarabes atau musta`rab, yang berarti orang yang terarabkan. Istilah ini ditu­jukan untuk orang-orang Spanyol yang dalam kese­hariannya berbudaya Arab, tetapi tetap berpegang teguh pada agama asli mereka, tanpa masuk Islam.

Spanyol adalah gambaran puncak keharmonisan tiga agama besar: Islam, Kristen dan Yahudi. Orang-orang Yahudi sendiri juga berjasa besar dalam proses penerjemahan karya-karya ilmuwan Muslim ke dalam bahasa Latin. Kalau Ibn Rusyd, yang di Barat dikenal dengan Averroes, merupakan filosof Muslim yang paling berpengaruh di Spanyol dan di Barat pada umumnya, maka Mai­monedes (Musa ibn Maymun) adalah pemikir Yahudi yang cukup disegani di bumi Andalusia. Keduanya merupakan wakil tokoh klasik eklektisisme budaya dan toleransi agama Andalusia lama.

Sayangnya, toleransi yang telah diperlihatkan umat Islam tersebut tidak diikuti oleh penguasa-penguasa Spanyol ketika mereka merebut kembali (reqon­questa) tanah Spanyol dari tangan umat Islam. Secara politik, kekuasaan Islam di Spanyol berakhir pada 1492 dengan jatuhnya kota terakhir Granada ke tangan penguasa Kristen Spanyol kembali. Setelah penaklukan tersebut, umat Islam mengalami inkuisisi, memilih menukar agama mereka atau terusir dari bumi Spanyol dengan membawa perbekalan seadanya. Bagi yang mempertahankan agama mereka, melarikan diri dari Spanyol adalah jalan terbaik. Mereka pergi ke Marokko, Tunisia atau Aljazair. Namun demikian, tidak sedikit muslim Spanyol yang mati dibunuh dalam inkuisisi tersebut. Menurut catatan, diperkirakan sebanyak 600.000 hingga 3.000.000 orang Muslim yang terusir dari bumi Spanyol. Praktis pada awal abad ke-17 Islam lenyap dari bumi Spanyol.

()

Baca Juga

Rekomendasi