Mata Berlemak (Pterigium)

Oleh: Yulia Ng

SERING kita melihat mata orang di sekitar kita berlemak atau seperti da­ging tumbuh. Mata berlemak/pte­rigium sa­ngat sering terjadi terutama pa­­da masyarakat Indonesia dan se­ring juga diabaikan. Pa­dahal pteri­gium dapat me­nyebabkan perubahan yang sangat berarti dalam fungsi peng­­­lihatan, selain itu juga meng­gang­gu kosmetik/pe­nam­pilan.

Mata berlemak merupakan per­tum­buhan fibrovaskular kon­jungtiva (selaput tipis yang melapisi bola ma­ta ber­warna putih) yang bersifat de­ge­neratif dan invasif. Per­tumbuhan ini biasanya terle­tak pada celah kelo­pak mata yang meluas ke kornea (ba­gian permukaan bola mata depan yang berwarna be­ning).

Beda dengan pinguecula yang juga terlihat seperti pte­rigium. Pi­ngue­cula merupa­kan pertumbuhan jaringan yang terbatas hanya pada konjungtiva bola mata terdiri dari deposit protein, lemak atau kalsium yang berwarna kekuningan.

Sedang pterigium me­ru­pa­kan pe­nebalan pada kon­jung­tiva bola mata berupa li­patan seperti daging berwar­na pink kemerahan berben­tuk segi­tiga yang tumbuh men­jalar dari kon­jungtiva dengan puncak segitiganya di kornea. Pertumbuhan yang te­rus me­luas hingga kornea dapat menu­tupi pupil (bagian bola mata depan ber­war­na hitam) sehing­ga meng­gang­gu penglihatan.

Pterigium sering terjadi di daerah yang memiliki iklim ha­ngat yang terkena sinar ul­traviolet. Pterigium dilapor­kan terjadi pada pria dua kali lebih banyak dibandingan wanita. Ja­rang sekali pende­ri­ta pterigium ber­usia < 20 tahun, paling sering terjadi pada usia 20-40 tahun.

Penyebab pterigium tidak di­ke­tahui dengan jelas, na­mun diduga iri­tasi yang ber­langsung lama akibat debu, angin, dan sinar matahari. Pa­ling sering terjadi pada pen­duduk yang tinggal di dae­rah beriklim tropis dan sub­tropis, pekerjaan yang me­merlukan kegiatan di luar rumah sehingga sering terpa­par debu, angin, dan sinar ma­tahari.

Gejala pterigium bersifat asimto­ma­tik/tanpa gejala pa­da tahap awal, bia­sanya ter­gang­gu oleh karena kos­me­tik/penampilan. Gejala mun­cul bila terjadi peradangan berupa mata me­rah. Ganggu­an penglihatan biasa­nya mun­cul bila sudah mencapai da­e­rah pupil oleh karena fibrosis (pem­bentukan jaringan parut), pada tahap lanjut da­pat berupa astigmatisma/silin­dris. Kadang kala diplopia (peng­lihatan ganda) dapat muncul oleh ka­rena keter­ba­tasan pergerakan mata.

Pengobatan pterigium ter­gantung dari keadaan pteri­gi­umnya, di mana pada ke­ada­an dini tidak perlu dilaku­kan pengobatan, namun bila terjadi proses peradangan da­pat diberikan obat anti radang topikal untuk mene­kan pro­ses peradangan.

Pada kea­daan lanjut, mi­sal­nya ter­jadi gangguan peng­lihatan mau­pun untuk alasan kosmetik, maka diper­­lukaan tindakan pembedahan berupa ekstirpasi/peng­ang­kat­an pterigium. Perlu dike­tahui bahwa tidak ada obat-obatan yang dapat menghi­lang­kan lemak/pterigium pada mata.

Apakah setelah dilakukan pem­be­dahan pterigium dapat tumbuh kem­bali?

Terdapat 4 stadium pada pterigium:

Stadium 1. Pterigium terbatas pada limbus kornea (batas antara kornea dan konjungtiva)

Stadium 2. Pterigium sudah melewati limbus kornea, tetapi tidak > 2 mm

Stadium 3. Pterigium sudah melewati tepi limbus > 2 mm, tetapi tidak melewati pinggir pupil

Stadium 4. Pterigium sudah melewati pupil sehingga sudah ada gangguan penglihatan

Ya, pembedahan tidak da­pat men­jamin bahwa pteri­gi­um tidak akan tumbuh kem­bali sehingga diperlukan pen­­cegahan untuk menghindari ke­kam­buhan dengan meng­hin­dari pa­paran yang meru­pa­kan risiko terjadi­nya pte­rigium.

Pencegahan dapat dilaku­kan de­ngan menggunakan ka­camata/topi pelin­dung un­tuk mengurangi papa­ran ter­hadap sinar matahari, debu dan angin untuk mengurangi risiko ber­kem­bangnya pteri­gium. Tindakan pen­cegahan ini penting untuk pasien yang tidak hanya telah melakukan pem­bedahan pada pterigium tetapi ju­ga masyarakat yang tinggal di da­erah tropis atau subtropis seperti di Indonesia.

(Penulis adalah dokter mu­da FK UNPRI)

()

Baca Juga

Rekomendasi