MENJADI orang sukses harus bekerja keras, konsisten dan harus pula bermental baja. Dan tidak sedikit di antara orang sukses di bidang usaha yang digelutinya harus merintis dan merangkak dari bawah. Ini juga yang telah dilalui Drs Herri Zulkarnain Hutajulu MSi, Direktur Millenium plaza, Medan.
Untuk mencapai kedudukan tersebut, bukan dengan jalan mulus. Berbagai tantangan maupun jalan berliku telah ditempuh oleh ayah empat anak ini, yakni, Welfin Hutajulu, Rivaldo Hutajulu, Maruli Hutajulu, Shintia Hutajulu.
“Kerja jadi pegawai rendahan ternyata tidak memupus mimpi jadi orang besar, asalkan penuh perjuangan dan doa, karir dari bawah bisa jadi atasan,” ujar Herri yang lahir di Medan pada 19 Juni 1968 ini membuka perbincangan.
Ketika itu, Herry memutuskan hidup mandiri, memilih kuliah sembari bekerja padahal kedua orangtuanya bukanlah dari kalangan tak mampu. “Menjadi satpam jelas bukan cita-cita saya, dalam hati saya menangis tapi saya sudah komitmen tidak dibiayai orangtua. Gaji saya pada saat itu Rp105 ribu," kata Herri.
Selama tiga tahun menggeluti pekerjaan sebagai satuan pengaman di Hotel Tiara ketika itu, Herry mencoba belajar bahasa Inggris, Prancis dan Jepang. Dengan modal penguasaan bahasa asing, Herri dipercayakan bertugas sebagai bell boy (tukang angkat barang). "Setiap angkat barang dapat uang tips. Di sini lah saya bisa menabung. Setelah dari bell boy lalu saya diangkat menjadi resepsionis (penerima tamu).
Setahun kemudian dia malah dipercaya menjadi supervisor. Lalu diangkat menjadi Duty of Manager yang membawahi 350 karyawan yang ketika itu usianya masih 25 tahun.
“Dengan modal berbagai pengalaman yang sudah saya lalui, lalu saya mengajar di akademi perhotelan. Karir saya terus berkembang dan di usia 24 tahun sudah menyandang jabatan manager di Hotel Tiara," sambung Herri yang kini juga tercatat sebagai anggota DPRD Medan dari Partai Demokrat.
Dua tahun menduduki jabatan Manajer Hotel Tiara, Herri mencoba peruntungan dengan pindah bekerja di Medan Mall. Di salah satu mall terbesar di Medan ketika itu, dia dipercayakan menjabat Manajer Medan Mall yang merupakan pusat belanja pertama di Kota Medan. Bekerja di pusat perbelanjaan secara tak langsung membuat Herri kembali mendapat pengalaman berharga bagaimana menjadi seorang pengusaha.
“Saat bekerja di Medan Mall ini, pengalaman saya pernah menjadi satpam itu ternyata sangat berguna sekali. Sejak saya di sana, pusat pasar yang tadinya banyak tindak kejahatan menjadi berkurang. Karena saya tahu bagaimana triknya menghadapi copet-copet tersebut. Selain itu, lokasinya yang tadinya tidak tertata, saya tata menjadi rapi dan bersih,” ujar Herri yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPRD Medan ini bernada bangga.
Pengalaman demi pengalaman yang dijalaninya di Medan Mall ini juga menjadi benih bagi suami Ruslani Flora Doloksaribu akhirnya mendirikan perusahaan outsourcing sendiri yang diberi bernama PT BIN (Bersih Indah Nusantara).
Bersamaan saat menjabat manajer di Medan Mall, Herri yang dinilai piawai dalam memenej Hotel Tiara itu juga sempat bekerja di perusahaan lainnya. Di antaranya, perusahaan group Astra yang juga menjabat manajer. Kemudian di group PT Sampurna dan beberapa perusahaan besar lainnya tetap dalam posisi manajer di usianya yang masih tergolong muda.
Seiring bergulirnya waktu, pada tahun 2000 alumni SMAN 7 Medan ini ‘dilamar’ pihak Millenium Plaza yang dulunya plaza tersebut bernama Tata Plaza. “Dulu, plaza ini sempat mengalami ‘mati suri’ karena dihempas gelombang krisis moneter di tahun 1998. Lalu, saya berinisiatif mengganti nama Tata Plaza dengan nama Millenium Plaza. Dengan alasan, pada saat krisis itu kita sudah memasuki era millenium. Makanya saya beri nama Millenium Plaza yang kini dikenal sebagai pusat handphone terbesar di Sumbagut (Sumatera Bagian Utara),” papar Alumni D III Pariwisata USU ini.
Di tangannya yang dingin, plaza itu pun kini tetap ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah untuk keperluan membeli telepon seluler dan keperluan lainnya.
Tak berhenti menjadi pengusaha sukses, ia pun mencoba menjajal tantangan baru dengan menyeburkan diri sebagai politisi dan memilih Partai Demokrat. "Kekaguman saya terhadap Susilo Bambang Yudhoyono membuat saya mendaftar di Partai Demokrat dan berhasil menjadi legislatif sejak 2009 sampai saat ini," ucap Herri.
Pada 2019 Herri memiliki semangat besar untuk mencalonkan kembali sebagai legislatif. Namun tidak lagi di Kota Medan, melainkan berkompetisi di DPR RI.
"Saya meminta dukungan masyarakat. Saya akan melaju ke pusat," pungkas Herri yang juga berhasil menyelesaikan pendidikan S1 Administrasi Negara di UMA pada tahun 1989 dan S2 Fakultas Ekonomi USU tahun 1995. (Mahjijah Chair)