Penyandang Stoma Meningkat

Langsa, (Analisa). Berdasarkan data yang diperoleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jakarta jumlah penyandang stoma atau ostomet meningkat. Peningkatan itu dapat dilihat pada tahun 2007 dari 361orang mening­kat pada tahun 2014 menjadi 675 orang. 

Demikian dikatakan, President Indonesia Wound Care Clinician Asso­cia­tion, Ns.Edy Mulyadi,M.Kep.­RN.­WOC (ET)N kepada Analisa, Minggu (9/7).

Menurutnya, stoma adalah bagian dari usus yang dijahit di atas perut,  dibuat untuk mengalihkan pengeluaran feses (ko­toran) dan urine yang bersifat semen­tara atau permanen seumur hidup. 

Dikatakan, jumlah klien dengan stoma  di Indonesia terus mengalami pening­katan dari tahun ke tahun. Karenanya, men­jadi penyandang stoma tidaklah mudah, banyak permasalahan yang akan dihadapi dan akan mempengaruhi kehi­dupannya karena mengalami perubahan fisik, psikologis, sosial, dan spi­ri­tu­al. 

Seperti pengeluaran feses yang selama ini dikeluarkan melalui anus tapi karena ada gangguan pada sistem pencerna­annya, maka feses harus dikeluarkan me­lalui stoma yang dip­asang pada dinding perut. 

Bentuk feses pun akan mengalami perubahan, jumlah gas yang meningkat dan bau yang menyengat, sehingga osto­met akan merasakan cemas, malu, de­presi, takut, dan akan berisi­ko terjadi­nyan gangguan psikososial. 

Hal ini seperti dialami oleh Alifah, seorang ostomet yang masih berusia 21 bulan dari Desa Alur Dua, Kecamatan Lan­gsa Barat. Sejak empat bulan yang lalu telah menjadi seorang ostomet akibat penyakit usus yang dialaminya.  

Setelah dilakukan operasi pembuatan stoma  di salah satu rumah sakit di Me­dan. Pembuatan stoma bertujuan untuk me­ngeluarkan feces,  Alifah tidak men­dapat pelayanan stoma yang baik bahkan tidak dipasang kantong stoma (colostomy bag). Saat tiba di Balai Asuhan Keperawatan Edwcare Langsa. 

Akibat tidak menggunakan kantong stoma Alifah  meng­alami komplikasi peris­to­mal berupa dermatitis ulcera­tif. Kon­disi ini membuat Alifah merasa nyeri terus menerus dan tidak nyaman akibat iritasi yang dialaminya karena feces dan cairan usus yang membasahi area sekitar stomanya.

Secara gratis     

“Saat ini Alifah telah mendapatkan pelayanan stoma atau stoma care sesuai standar internasional secara gratis. Edwcare selain membantu memberikan perawatan stomanya juga mem­be­rikan kantong stoma gratis.,” ujarnya.

Edwcare juga memberikan edukasi kepada orang tua Alifah untuk dapat mengganti kantong stoma secara mandiri di ru­mah dan memilih makanan yang tepat untuk Alifah.

Edy Mulyadi menjelaskan, masalah yang sama akan diha­dapi sipenderita ostomet adalah perubahan fisik yang berdam­pak pada fungsi psikologis, hubungan sosial dan keluarga, wisata, gizi,  aktivitas fisik, dan seksual serta isu agama dan eko­nomi.  

Namun, bukan itu saja yang harus dirasakan oleh ostomet melainkan ada lagi masalah-masalah yang akan diha­dapi se­telah operasi dilakukan. Kompli­kasi stoma dan peri stoma seperti hernia, laserasi, mukokutaneus separasi, nekro­sis, prolaps, retraksi, dan stenosis.

Untuk menghindari terjadinya masa­lah-masalah yang telah disebutkan di atas,sangat dibutuhkan bahan perawatan stoma yang memadai seperti kantong stoma (colostomy bag dan urine bag). 

“Tidak hanya itu keberadaan perawat stoma atau Ente­rostomal Therapi Nurse menjadi bagian yang sangat penting dalam melakukan perawatan stoma, baik sebelum operasi maupun setelah operasi, sehingga ostomet akan terhindar dari kom­plikasi, dan kualitas hidupnya men­jadi mening­kat,” ujar Edy Mulyadi. ­(dir)

()

Baca Juga

Rekomendasi