Hiu Tertua dan Penelitian Tentang Cahaya

SEEKOR ikan hiu besar dan memiliki mata hampir buta yang hidup di perairan dingin di Atlantik utara kini ditetapkan oleh para ilmuwan sebagai hewan ver­tebrata tertua di dunia yang masih hidup. Jenis Hiu Greenland (Somnious microcephalus) itu diperkirakan berusia 272 tahun. Para ilmuwan meyakini, umur hiu itu bisa mencapai 500 tahun.

Usia hiu tersebut melebihi usia seekor paus bowhead (Balena mysticetus) yang be­rusia 211 tahun dan ikan Koi betina ber­nama Hanako yang sebelumnya di­yakini sebagai vertebrata tertua, berusia 226 tahun.

Peter Bushnell, ahli fisiologi kelautan yang juga meneliti hiu itu, mengatakan, para ilmuwan kelautan sudah mengetahui bahwa hiu Greenland memiliki umur yang panjang. Hiu Greenland dalam penelitian ini punya panjang 6 meter.

Para peneliti percaya, hiu itu bisa tum­buh lebih panjang lagi. Studi pada tahun 1963 meng­ungkap bahwa hiu Greenland tumbuh hanya 1 cm per tahun.

“Hiu Greenland memiliki tubuh yang sangat besar tetapi tumbuh dengan lambat. Ini menandakan bahwa mereka memiliki usia hidup yang panjang,” kata Bushnell.

Pengukuran usia dalam riset ini dila­kukan dengan level radiokarbon-14 pada lensa mata hiu. Pengukuran meref­lek­sikan level radiokarbon-14 di lautan ketika lensa mata tersebut terbentuk.

Pengukuran pada rentang waktu 2010-2013 terhadap 28 spesies hiu Greenland betina mengungkap bahwa hiu terbesar de­ngan panjang 5,02 meter dari sejumlah 28 hiu tersebut memiliki usia antara 272 dan 512 tahun.

Apa rahasia umur panjang hiu itu? Bush­nel seperti dikutip Nature pada 11 Agustus 2016 lalu mengungkapkan bahwa itu terkait energi dan lingkungan.

“Usia panjang hiu Greenland itu kemungkinan disebabkan karena spesies tersebut mengeluarkan jumlah energi yang sangat sedikit berkat suhu tubuhnya yang dingin dan ukurannya yang besar,” ujar Bushnell.

Sementara itu, ilmuwan Taiwan ber­hasil menjawab teka teki ikan hiu yang memancarkan cahaya.

Penangkapan hiu dogfish (Squalus acan­thias) di lepas pantai Taiwan me­nun­tun kepada temuan baru pula. Hiu pigmi seukuran telapak tangan manusia ini telah membantu para ilmuwan memahami asal-usul spesies hiu berpendar.

Cahaya

Sejumlah spesies hiu yang tinggal di laut dalam diketahui bisa memancarkan cahaya (bioluminescence). Mereka me­miliki organ khusus di samping-bawah tubuhnya yang bisa berpendar.

Sebuah penelitian terbaru tentang hiu pigmi menunjukkan kemampuan hiu laut dalam me­ngendalikan pendaran cahaya berawal dari evolusi nenek moyang hiu laut dangkal. Hiu pigmi ada­lah jenis hiu yang hidup di habitat laut dangkal.

“Bioluminescence tetap menjadi hal paling misterius dalam biologi ikan hiu,” kata Julien Claes dari Catholic University of Louvain di Belgia, yang memimpin penelitian. Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Experimental Biology.

Menurut Claes, saat ini ada lebih dari 10 persen spesies hiu yang mampu me­mancarkan cahaya. Para ilmuwan me­nyebut cahaya ini sebagai “kontra-pen­ca­hayaan” dalam misi kamuflase.

Sebab, tanpa cahaya itu, mangsa yang be­rada di bawah justru dengan mudah me­li­hat tubuh hiu yang tampak seperti siluet karena terpaan cahaya matahari dari langit.

Penelitian sebelumnya menunjukkan hiu lentera menggunakan kemampuannya berpendar untuk berkomunikasi. Dinama­kan hiu lentera karena pendaran cahaya pada hiu ini mirip pada lampu tradisional masyarakat Cina.

Dengan memproduksi hormon prola­k­tin, hiu dapat menunjukkan semb­u­ran cahaya biru. Cahaya itu mereka gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dalam air gelap yang minim petunjuk visual.

Dalam penelitian pula, Hiu ternyata buta warna. Kesimpulan tersebut diambil ber­dasarkan hasil studi yang dipubli­ka­sikan para ilmuwan di jurnal Naturwis­senschaften.

Untuk mendapatkan kesimpulan itu, peneliti melakukan observasi pada mata hiu dengan menggunakan teknik micro-spektofotometri. Mereka mengamati sel-sel penyusun retina mata pada 17 spesies hiu yang ditangkap di wilayah Queensland dan Australia Barat.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa 10 dari 17 spesies hiu tidak memiliki sel ber­bentuk kerucut, sel yang berperan dal­am membedakan warna. Sementara, 7 spe­sies lain hanya punya 1 jenis sel kerucut, yakni jenis yang peka pada warna hijau (panjang gelombang 530 nanometer).

Para ilmuwan menemukan, kebanya­kan spesies hiu hanya memiliki sel ber­bentuk batang. Sel tersebut sangat sensitif ter­hadap cahaya, mampu membedakan kon­tras dan memungkinkan pengelihatan war­na. Namun, sel itu tidak mampu mem­bedakan warna.

“Hasil studi kami menunjukkan, diban­dingkan dengan warna, kontras dengan latar mungkin jauh lebih penting bagi hiu untuk mengidentifikasi objek,” kata Nat­han Scott Hart, pemimpin proyek pene­litian ini yang berasal dari University of Western Australia.

Dalam wawancaranya dengan AFP kemarin, ia meng­ungkapkan, “Pengeta­huan ini bisa membantu ilmuwan untuk me­rancang alat pancing, peralatan surfing dan pakaian renang yang kurang atraktif di mata hiu.” Hal itu bisa mencegah ke­mung­kinan manusia untuk dimangsa oleh si predator laut ini.

Kemampuan membedakan warna me­mang relatif tidak pen­ting bagi hewan laut. Di kedalaman lautan, warna akan me­mudar dan menghilang. Sebelumnya, pe­neliti lain juga menemukan bahwa lum­ba-lumba, anjing laut dan paus juga hanya memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau. (ttw/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi