Mengucap Syukur saat Tuhan Masih Berkenan Memberi Umur Panjang

Oleh: Jekson Pardomuan

“Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya keka­yaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata.” – Amsal 3 : 15 – 17

Setiap manusia dimuka bumi ini tidak ada yang bisa mem­prediksi pada umur berapa dia akan mati dan kembali kepada Sang Pencipta. Kalau menurut ukuran pi­kiran manusia, kita akan memperoleh umur yang pan­jang dengan kondisi tubuh yang selalu sehat, pe­me­liharaan kesehatan yang baik, uang yang cukup, dan pi­kiran yang tenang. Ini menurut ukuran pikiran ma­nusia. Bagaimana dengan menurut firman TUHAN?

"Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bu­kan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakan­lah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20)

Ini adalah firman Tuhan yang mempertegas bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus, oleh sebab itu kita harus menjaganya dan tidak merusaknya dengan pola makan yang salah, pola pikir yang tidak benar dan pola hidup yang tidak teratur.

Ayat ini sudah bisa menjadi alasan yang cukup bagi kita untuk memedulikan tubuh kita! Akankah tubuh kita yang adalah bait Roh Kudus ini kita isi atau kita "hiasi" dengan minyak atau lemak dan "sampah-sampah" yang kotor? Tentunya tidak! Apalagi, diri kita bukanlah milik kita sendiri lagi; kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, sehingga kita mempunyai tanggung jawab untuk memuliakan Allah dengan tubuh kita yang sehat ini.

Jika Tuhan ingin menggunakan kita dalam tugas-Nya, maka kita harus menjadi sehat dan energik dalam me­laksanakan kehendak-Nya. Ini adalah tanda hormat kita kepada-Nya. "Karena itu, saudara-saudara, demi ke­murahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persem­bah­an yang hidup, yang kudus dan yang berkenan ke­pada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1)

Jadi jelas, tubuh kitalah yang diminta untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan, bukan semata-mata roh dan jiwa. Jika kita benar-benar mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, pikiran, jiwa, dan kekuatan kita, kita pasti akan mempersembahkan kepada-Nya sesuatu yang terbaik, termasuk tubuh kita sehingga kita akan menjaga agar tubuh kita tetap fit untuk pekerjaan-Nya. Ini adalah tanda hormat dan kasih kita kepada-Nya.

Dengan tetap taat kepada ajaran firman, dan mematuhi rambu-rambu kehidupan agar tidak mengon­sum­si makanan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh kita, maka tubuh kita akan tetap sehat dan bersemangat. An­juran agar tubuh kita memperoleh tidur yang cukup se­ringkali terabaikan, ini yang akhirnya membawa dam­pak buruk bagi kesehatan tubuh kita dalam jangka panjang.

Nasihat Tuhan

Kalau mengingat masa kecil, kita semua pasti pernah merasakan bagaimana bahagianya ketika orangtua kita merayakan hari ulang tahun kita dengan penuh suka cita. Orangtua begitu bersukacita dengan pertambahan usia kita satu tahun. Yang ada dibenak orangtua pada saat itu adalah, semoga dengan pertambahan usia kita satu tahun bertambah pula kadar iman percaya kita kepada Tuhan.

Orangtua dengan susah payah mendorong kita setiap hari Minggu untuk ikut kelas Sekolah Minggu di gereja. Di jaman sekarang, kesungguhan orangtua untuk men­dorong anaknya ikut Sekolah Minggu sudah semakin me­nurun. Orangtua cenderung abai dan merasa tu­gasnya untuk mendidik anak, ya begitu-begitu saja tan­pa mau menduplikasi apa yang dilakukan orang­tua­nya dahulu.

Memang tidak mudah untuk menerapkan apa yang kita dapatkan dulu kepada anak-anak sekarang. Mereka akan protes dan mengatakan, itu kan dulu. Sekarang sudah berbeda. Firman Tuhan tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang, katakana itu pada anak-anak kita.

Jika mengikuti perkembangan jaman seperti se­karang ini, orangtua sudah banyak yang semakin sibuk dan melupakan tugasnya untuk mendidik anak dekat de­ngan Tuhan. Makan malam bersama atau sekadar sa­rapan pagi bersama dan berdoa bersama sudah sulit di­temukan dalam kehidupan keluarga sekarang. Ini se­mua adalah akibat gaya hidup dan kurangnya ke­pe­dulian orangtua dalam mendorong anak-anaknya untuk selalu mendekatkan diri pada Tuhan.

Orangtua ‘harus’ mendidik anak hormat kepada orangtuanya tanpa alasan apa pun. Firman Tuhan menuliskan “"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena harus demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu-ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini :   supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.   Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6 : 1-4)

Dalam sebuah kesempatan, saya bertemu dengan dua orangtua dan saling bersalaman. Mereka saling ber­tanya umur, yang satu berkata, Puji Tuhan tahun ini saya sudah berumur 75 tahun. Yang satunya lagi berkata baru berumur 68 tahun. Yang berumur 68 tahun memuji orangtua yang berumur 75 tahun. Katanya sudah mendapat bonus lebih dalam menjalani hidup dimuka bumi ini.

Firman Tuhan dalam Mazmur 90 : 10 dituliskan “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.”

Ketika TUHAN memberikan kesempatan kepada kita untuk memperoleh pertambahan usia satu tahun, itu berarti Tuhan sangat sayang dengan kita. Oleh ka­re­na itu, mengucap syukurlah setiap kali Tuhan memberi pertambahan usia kepada kita. Walaupun se­jujurnya, ketika usia kita bertambah maka itu pertanda bah­wa usia nafas kita semakin berkurang. Umur terus bertambah, tapi nafas kehidupan kita semakin pendek usianya.

Selama TUHAN masih berkenan memberikan kita umur yang panjang, mengucap syukurlah senantiasa. Lakukan firman TUHAN dengan sungguh-sungguh dan jangan menjadi hamba uang. Berbuat baik kepada semua orang tidak mudah, akan tetapi ketika kita melakukannya dengan sepenuh hati, maka hidup kita akan terasa lebih nikmat dan tenang. Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi