Jakarta, (Analisa). Sebuah helikopter milik Badan SAR Nasional (Basarnas) yang hendak menuju ke Dieng, jatuh di Gunung Butak, Temanggung, Minggu (2/7) sekitar pukul 16.00 WIB. Dari 9 penumpang, sampai Minggu malam diketahui 4 orang tewas dan lainnya belum diketahui nasibnya.
Jumlah korban yang sudah berhasil dievakuasi sebanyak tiga orang. Kemarin malam, proses evakuasi di lokasi kejadian dihentikan sementara karena cuaca buruk. Kondisi helikopter diketahui rusak parah.
“Lagi evakuasi, tiga meninggal dievakuasi. Kita belum tahu yang lainnya, bentar ya,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Djarod Padakova, Minggu (2/7).
Sementara, Kepala Bidang Pelatihan dan Riset Tagana Jawa Tengah, Petut Wibowo, menyatakan, berdasarkan manifes yang diperoleh, jumlah penumpang sebanyak 9 orang. Mereka terdiri atas 5 kru helikopter dan 4 penumpang relawan atau SAR Basarnas.
Kelima kru helikopter adalah Kapten Laut (P) Haryanto, Kapten Laut (P) Li Solihin, Serka Mpu Hari Marsono, Peltu LPU Budi Santoso, dan KLD Yoga Febrianto. Sementara, empat penumpang masing-masing Muhammad Afandi, Nyoto Purwanto, Budi Resti, dan Catur.
Evakuasi helikopter Basarnas yang jatuh di Gunung Butak, Temanggung, Jawa Tengah (Jateng) ditunda sampai hari ini, Senin (3/7).
Evakuasi ditunda karena hujan deras mengguyur lokasi jatuhnya heli. “Evakuasi akan dilakukan besok (3/7) pagi,” ujar Petut Wibowo.
“Sebagian wilayah di Temanggung yang di sekitar lokasi kejadian sedang hujan dengan intensitas cukup deras,” imbuhnya.
Selain faktor cuaca, kondisi geografis juga menjadi faktor penghambat. Lokasi jatuhnya helikopter berada di tebing Gunung Butak sehingga tim harus menggunakan peralatan khusus untuk menjangkau helikopter tersebut.
Menurut informasi, helikopter Basarnas yang jatuh di Gunung Butak ini berangkat setelah memantau arus mudik. Helikopter ini sebelumnya dikabarkan bertolak dari Gringsing.
“Kabarnya sih iya, cuma kepastiannya kita belum tahu. Kabarnya memang demikian, dari Gringsing terus mau melakukan evakuasi korban yang di Dieng itu di Kawah Sileri,” terang Petut Wibowo.
Dari informasi yang diperoleh Tagana, helikopter tersebut berasal dari Cilacap. “(Info) yang pertama yang kami dapatkan take off dari Cilacap, kemudian di Gringsing pantauan arus, kemudian dari Gringsing ke Dieng. Tapi, untuk pastinya saya belum berani beri kepastian untuk kronologi keberangkatan heli itu,” tuturnya.
Menurut Petut Wibowo, penyebab jatuhnya pesawat karena menabrak tebing. “Iya, menabrak tebing. Mungkin karena kondisi di Temanggung yang setiap sore berkabut, kemudian di situ area pegunungan,” tutupnya.
Koordinator Humas Basarnas Jateng Zul Hawary membenarkan informasi itu. Dia menyatakan heli tersebut memang disiagakan di Gringsing, Batang.
“Kita siagakan di Gringsing, kemudian setelah itu lanjut ke Dieng,” ujarnya.
Zulhawari juga menyatakan, helikopter Basarnas itu berada dalam kondisi layak terbang. Helikopter itu digunakan untuk meninjau lokasi letusan yang terjadi di Kawah Sileri, Dieng. “(Kondisinya) layak sekali,” terangnya.
Terbelah dua
Berdasarkan kesaksian warga Desa Canggal, Candiroto, Temanggung, yang sempat ke lokasi jatuhnya helikopter Basarnas di wilayah Canggal, helikopter terbelah menjadi dua bagian.
Warga Canggal, Rozin, di Temanggung, Minggu malam menuturkan, sebelum kejadian pihaknya sempat menyaksikan helkopter warna oranye terbang di atas desa, beberapa saat kemudian terdengar suara gemuruh dan benturan keras.
“Sejumlah warga termasuk saya berusaha mencari ke lokasi suara benturan keras tersebut, ternyata helikopter jatuh,” katanya.
Dia menuturkan, helikopter tersebut terbelah menjadi dua bagian dan pihaknya melihat ada dua orang tergeletak di lokasi tersebut yang diduga meninggal dunia.
“Warga tidak berani mendekat karena ada bunyi seperti alarm dari helikopter tersebut,” katanya.
Dikatakannya, sampai di lokasi kejadian sekitar 17.30 WIB beberapa waktu kemudan turun ke desa. Jakar antara desa dengan lokasi kejadian ditempuh sekitar satu jam dengan berjalan kaki.
Evakuasi ABK
Sementara, Tim SAR Denpasar mengevakuasi tujuh anak buah kapal (ABK) Kapal Motor (KM) Pascha yang sebelumnya terombang-ambing di Perairan Selat Bali, Sabtu (1/7) karena mesin kapal motor itu mati.
Kepala Kantor SAR Denpasar, Didi Hamzar di Denpasar, Minggu (2/7), mengatakan, tim SAR mengerahkan helikopter dan Kapal Negara Arjuna 229 dalam upaya evakuasi ABK, termasuk nahkoda kapal motor jenis pinishi itu.
Dijelaskannya, tim SAR menerbangkan helikopter Bolco 105 HR-1521 untuk menyisir perairan Selat Bali melalui udara sedangkan penyisiran wilayah laut, SAR mengerahkan Kapal Negara Arjuna 229 yang bertolak dari Pelabuhan Benoa menuju titik koordinat KM Pascha diperkirakan berada.
Komunikasi intensif dilakukan antara tim yang memantau penyisiran melalui udara dengan Kapal Negara Arjuna untuk mendekati kapal naas tersebut.
Kapal Negara Arjuna akhirnya berhasil mengevakuasi seluruh ABK KM Pscha. Kapal negara SAR Arjuna 229 kemudian menuju Pelabuhan Benoa. Ketujuh ABK yang berhasil dievakuasi berada dalam kondisi baik.
Serah terima ABK yang dievakuasi dengan agen kapal serta pemilik kapal dilakukan langsung oleh Didi Hamzar di Kantor SAR Denpasar. (dtc/Ant)