Oleh: Muhammad Saman. Aceh kembali mencetak sejarah baru melalui penampilan Tari Saman dengan jumlah penari sebanyak 12.262 peserta di Stadion Seribu Bukit, Kabupaten Gayo Lues, Minggu (13/8).
Tarian ini sendiri sudah ditetapkan dan diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda sejak 24 November 2011 dengan kriteria warisan budaya yang memerlukan perlindungan mendesak.
Tari Saman merupakan warisan budaya masyarakat Gayo yang dapat dilacak sampai abad ke-13 yang kemudian dikembangkan oleh Syeikh Saman dan berisi tentang pesan-pesan moral.
Pagelaran Tari Saman massal dengan jumlah penari terbanyak di dunia, yakni 12.262 orang tersebut telah memecahkan rekor dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
Penghargaan tersebut langsung diserahkan Manajer MURI, Andre Purwandono, kepada Bupati Gayo Lues, Ibnu Hasyim, didampingi Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, di atas panggung utama “Pagelaran Saman 10.001 Penari” di Stadion Seribu Bukit.
Dalam sambutannya sebelum menyerahkan piagam penghargaan itu, Andre mengatakan, Pemkab Gayo Lues untuk kedua kalinya sukses memecahkan rekor dunia setelah pada tahun 2014 menghadirkan penari sebanyak 5.057 peserta.
“Untuk Tari Saman Jilid II ini, tercatat oleh kami berjumlah 12.262 penari,” kata Andre disambut tepuk tangan penonton dan para penari saman yang baru saja tampil di hadapan puluhan ribu penonton.
“Rekor ini merupakan rekor dunia, yang mana hanya Indonesia yang memiliki sebuah maha karya yang sangat indah, yang kita saksikan secara bersama, yang membuat bulu kuduk merinding, membuat kami ingin menari dengan kalian semua. Semoga dengan kegiatan ini, kita bersama-sama bisa melestarikan budaya Indonesia,” tuturnya.
Milik dunia
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, menyebutkan Tari Saman merupakan karya seni masyarakat Gayo yang kini dimiliki dunia. Hal tersebut sesuai dengan keputusan Unesco yang telah menetapkan tarian ini sebagai Warisan Budaya Dunia tak Benda.
Dia menyampaikan itu saat membuka secara resmi pagelaran ini.
“Masyarakat Gayo Lues yang menciptakan tari Saman. Tari Saman sudah ditetapkan oleh Unesco sebagai Warisan Budaya Dunia tak Benda, pada 2011,” tegasnya.
“Dengan resmi, Pagelaran Tari Saman Massal 10.001 penari yang jumlahnya sudah terkoreksi menjadi 12.262, saya nyatakan dibuka. Hidup Gayo!” pekik Gubernur memantik semangat para peserta tari dan seluruh masyarakat yang memadati stadion tersebut.
Gubernur menambahkan, setelah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia tak Benda, Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemkab Gayo Lues wajib mempromosikan tarian ini ke seluruh penjuru dunia.
Berbagai langkah telah ditempuh oleh pemerintah, yaitu dengan aktif menyosialisasikan tari Saman pada kegiatan-kegiatan berskala lokal, nasional maupun dunia. Bahkan, pada 2014, Pemkab Gayo Lues dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh telah menggelar Tari Saman massal 5.005 penari.
Antusiasme masyarakat saat itu juga sangat tinggi. Jumlah penari yang berhasil dicatat oleh tim dari MURI (Museum Rekor-Dunia Indonesia) pada saat itu adalah 5.057 penari. MURI mengganjar pagelaran tersebut dengan “Sejarah Superlatif Rekor Dunia (Guinnes World Record)”.
Minggu, masyarakat Gayo Lues bersama masyarakat dari beberapa kabupaten di sekitarnya berhasil memecahkan rekor atas nama sendiri. Target 10.001 penari berhasil dilampaui. Saat gladi bersih, Sabtu (12/8) jumlah penari telah mencapai 10.448 orang.
Namun, kenyataannya, saat pelaksanaan pagelaran Tari Saman massal kali ini, tim MURI malah mencatat sebanyak 12.262 penari ikut ambil bagian dalam prosesi pemecahan rekor dunia tersebut. Melonjak lagi.
Sementara itu, untuk memperkenalkan tari Saman secara lebih luas, Bupati Gayo Lues Ibnu Hasyim berharap Kementerian Pariwisata dapat menggelar tari Saman massal dengan jumlah penari jauh lebih banyak di Jakarta.
Selain Gubernur Irwandi beserta istri, sejumlah pejabat terlihat menghadiri kegiatan tersebut, di antaranya Wakil Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, serta sejumah anggota DPR RI asal Aceh.
Sebelumnya, seolah menyapa para peserta tari Saman massal dan masyarakat Gayo Lues yang telah memadati lokasi acara, Irwandi yang menjadi pilot pesawat Eagle One itu sempat bermanuver dan terbang rendah di atas Stadion Seribu Bukit.
Masyarakat dan para penari yang mendapatkan pemberitahuan dari panitia langsung menyambutnya dengan lambaian tangan ke arah pesawat tersebut.
Setelah berputar dua kali, pria yang akrab disapa Bang Wandi itu langsung menuju Bandara Senubung untuk mendarat dan langsung menuju ke stadion untuk membuka pagelaran massal tersebut.
Sekadar mengingatkan, Gubernur nyentrik ini telah mengantongi lisensi pilot sejak tiga tahun lalu usai mengikuti pendidikan di Bandung Pilot Academy selama delapan bulan. Selama ini, untuk menunjang aktivitasnya sebagai Kepala Pemerintahan Aceh, Bang Wandi sering menerbangkan sendiri pesawat pribadinya itu. Pesawat ultra ringan jenis Shark Aero keluaran Slovakia itu diberi nama “Eagle One Hanakaru Hokagata”.