Erupsi Sinabung pada Perubahan Iklim di Sumut

Oleh: Nurul Hasanah

GUNUNG Sinabung merupakan gunung api di dataran tinggi Karo, Sumatera Utara Indonesia. Sinabung adalah salah satu gunung tertinggi ke dua dan juga meru­pakan salah satu objek wisata di Sumatera Utara.

Masyarakat yang tinggal di daerah sekitar tanah Karo umumnya bekerja sebagai petani sayuran dan buah – buahan. Sayuran dan buah – buahan dari tanah Karo diekspor dan dijual ke beberapa daerah lain di Sumatera Utara seperti Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan sekitarnya. Tanah di daerah gunung Sinabung dan tanah Karo sangat subur, dan udara di sana sangat bersih sebelum terjadinya erupsi Sinabung.

Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600 tapi pada tahun 2010 gunung Sinabung kembali aktif. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga saat ini, pada 02 Agustus 2017 Gunung Sinabung meletus dan menge­luarkan awan panas yang begitu besar.

Erupsi Sinabung tidak hanya mengeluarkan asap dan abu vulkanis tapi juga mengeluarkan lava dan awan panas yang mengan­dung zat – zat kimia berbahaya dan gas beracun seperti CO, CO2, H2S, SO2, dan NO2. Asap, abu vulkanis, lava dan awan panas bukan hanya menyelimuti daerah Kabupaten Karo tapi juga daerah medan, deli serdang, binjai, dan sekitarnya.

Letusan gunung merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan cairan magma dengan suhu yang sangat tinggi diper­kirakan lebih dari 1000C di dalam perut bumi yang di dorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.

Cairan magma yang dikeluar­kan disebut lava, suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700 – 12000 C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km dan dapat lebih jauh lagi tergantung kecepatan dan arah angin, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 19 km dan juga lebih.

Tahun lalu, Sinabung tidak mengeluarkan awan panas tapi lava panas yang telah menghanguskan beberapa rumah dan pohon – pohon di Sinabung dan sekitarnya. Kebakaran yang terjadi telah menimbulkan deforestasi alami di Karo.

Mencemari tanaman

Meskipun begitu, erupsi Sina­bung memiliki manfaat pada kesuburan tanah di sana yang membuat tanaman dapat tumbuh subur di daerah tanah karo. Tapi manfaat itu tidak dapat bertahan, karena kandungan dalam abu vulkanik erupsi Sinabung bukan hanya menyuburkan tanah tapi merusak dan mencemari tanaman dan pepohonan.

Kejadian erupsi Sinabung memberikan masalah besar pada Sumatera Utara yang sampai sekarang sangat sulit untuk diatasi dan banyak dampak buruk yang terjadi akibat erupsi Sinabung. Para penduduk yang tinggal di daerah dekat lokasi Gunung Sinabung harus pergi ke daerah lain yang jarak nya jauh dari sana untuk mengungsi.

Lava yang dikeluarkan oleh Sinabung telah merusak rumah penduduk dan juga memakan korban jiwa, asap dan abu vulkanis sinabung menyebabkan penyakit ispa pada masyarakat sumatera utara, rusaknya tanaman, pohon – pohon, dan tercemarnya ling­kungan di daerah Karo, Medan, Deli Serdang dan juga Binjai.

Dampak berkepanjangan terha­dap erupsi gunung ini adalah tingginya tingkat pencemaran udara di Sumatera Utara yang dapat juga menimbulkan peruba­han iklim yang ekstrim akibat erupsi Sinabung. Seperti yang dike­ta­hui saat ini bahwa Kota Medan Sumatera Uta­ra merupa­kan daerah yang menjadi kota de­ngan tingkat pencemaran no.1 di Indonesia.

Perubahan iklim yang terjadi disebabkan me­ningkatnya suhu global akibat gas rumah kaca (CO2) yang dikeluarkan oleh erupsi Sina­bung secara tidak normal ke atmosfer. Peningkatan jumlah CO2 di atmosfer dapat me­ningkatkan suhu bumi yang dapat mempengaruhi sistem cuaca dengan curah hujan yang tak terduga dan gelombang panas yang ekstrim.

CO2 merupakan gas yang normal yang ada di atmosfer, digunakan oleh makhluk hidup khususnya tanaman dalam proses fotosintesis dimana CO2 akan diabsorbsi oleh tanaman yang mengalami proses fotosintesis. Dengan jumlah yang normal gas CO2 di atmosfer tidak memberi­kan kerugian tapi jika jumlah CO2 meningkat dan melebihi batas normal maka dapat merusak lingkungan alam.

Dibutuhkan tanaman pepohonan

Untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar CO2 di atmosfer maka dibutuhkan banyak tanaman dan pepohonan untuk me­nye­rap kadar CO2 di atmosfer sehingga jumlah CO2 menjadi normal.

Ada beberapa gas berbahaya lain yang dikeluarkan oleh erupsi Sinabung yang da­pat menghambat dan merusak kehidupan tana­man dan pepohonan. SO2 dan NO2 ada­lah gas yang dihasilkan dari erupsi gunung merapi dan merupakan gas yang dapat merusak tanaman dan pepohonan. SO2 pada konsentrasi tinggi dan dalam waktu sebentar saat daun terpapar maka daun tersebut akan menjadi kering dan mati, dan saat konsentrasi So2 menjadi rendah dan daun terpapar SO2 dalam waktu yang lama maka dapat membuat daun menguning karena terhambatnya mekanisme pembentukan khlorofil.

Gas NO2 di udara juga dapat merusak tanaman, dan hal tersebut dibuktikan dari percobaan fumi­gasi tanaman dengan NO2 yang menunjukkan terjadinya bintik – bintik pada daun jika konsentrasi NO2 1.0 ppm. Sedangkan pada konsentrasi NO2 yang le­bih tinggi (3.5 ppm atau lebih) maka akan terjadi nekrosis atau kerusakan pada tenunan daun. Saat dilakukan percobaan fumigasi pada tanaman buncis dan tomat dengan 110 ppm NO2 menunjukkan penurunan kecepatan fotosintesis sebanyak 60 – 70% dimana penyerapan kadar CO2 dapat terganggu. (Stoker dan Seager,1972)

Berdasarkan penjelasan dan percobaan yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa, saat terjadinya erupsi gunung Sinabung akan mengeluarkan gas CO2 yang jumlahnya sangat banyak dan akan sampai ke atmosfir. Saat jumlah CO2 di atmosfir melebihi batas normal maka akan terjadi peru­bahan iklim yang ekstrim, dan meskipun begitu tanaman dan pepohonan dapat mengurangi dan menormalkan jumlah CO2 dengan pro­ses fotosintesis.

Tapi ada gas SO2 dan NO2 yang juga dihasilkan oleh erupsi Sinabung secara bersamaan dengan CO2. Keberadaan SO2 dan NO2 dapat membuat tanaman dan pepohonan menjadi mati sehingga tidak dapat melakukan proses fotosintesis dan tidak dapat mengabsorbsi gas CO2 yang meningkat di atmosfer. Kejadian tersebut akan membuat daerah sumatera utara akan mengalami perubahan iklim akibat gas yang dihasilkan oleh erupsi Sinabung.

Selain perubahan iklim, hujan asam pun dapat terjadi dikarenakan emisi gas berbahaya dari erupsi gunung Sinabung. Hujan yang terjadi di beberapa daerah di Sumatera Utara khususnya daerah medan, deli serdang dan sekitarnya bukan lah hujan biasa melainkan hujan asam. Hujan yang terjadi saat ini adalah hujan asam yang mengandung zat kimia berbahaya, gas berbahaya bereaksi dengan uap air sehingga mengendap sebagai hujan asam. Hujan asam yang terjadi dapat mencemari lingkungan, beracun bagi tanaman dan hewan, dan menyebabkan kulit dan mata mengalami iritasi.

Awan panas yang masih sampai saat ini dikeluarkan dari mulut sinabung telah menge­lilingi daerah Sumatera Utara. Awan panas telah membuat suhu udara meningkat sehingga telah terjadi cuaca panas yang ekstrim di Sumatera Utara. Selain itu, curah hujan di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo, Medan, Deli Serdang, dan Binjai tidak memungkinkan sehingga kondisi iklim tidak dapat diprediksi akibat awan panas.

Terjadinya perubahan iklim dan pencemaran lingkungan bukan hanya disebabkan oleh ulah tangan manusia seperti peneba­ngan pohon secara liar, penggunaan bahan bakar yang menghasilkan asap yang berbahaya, pembuangan limbah sembarangan, pembangunan tempat industri yang tidak strategis dan menghasilkan barang – barang yang tidak ramah lingkungan. Kejadian bencana alam seperti erupsi gunung merupakan salah satu penyebab besar terjadinya perubahan iklim dan pencemaran lingkungan. Dan penyebab itu sangat sulit dan mungkin tidak dapat diatasi oleh manusia itu sendiri.

Erupsi gunung Sinabung akan tidak mungkin untuk dicegah tapi ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak buruk dari kejadian erupsi sinabung pada perubahan iklim dan pencemaran ling­kungan. Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi perubahan iklim dan pencemaran lingkungan yaitu dengan berhenti menjadi manusia yang merusak lingku­ngan dengan cara menggunakan bahan bakar dan produk industri yang ramah lingkungan, berhenti untuk membuang limbah sembara­ngan, membangun tempat industri yang jauh dari tempat tinggal masya­rakat dan yang paling penting adalah menanam tanaman dan pepohonan yang dapat menyerap kadar CO2 dan melindungi hutan sebagai pelin­dung manusia dan lingkungan dari emisi gas berbahaya. Dengan berkurangnya penyebab dari perubahan iklim dan pence­maran lingkungan maka terjadinya perubahan iklim dan pencemaran lingkungan dapat di atasi.

“Save Your Earth and Your Life will be Safe”.

Penulis adalah pemerhati lingkungan

()

Baca Juga

Rekomendasi