Miskin Menurut BPS, Miskin Kenyataan

Oleh: Fatimahhakki Salsabela, S.Psi.

Kemiskinan berasal dari kata dasar mis­kin yang artinya tidak berharta-benda (me­nurut Poerwadarminta, KBBI). Pe­nger­tian lebih luas, kemiskinan dapat diarti­kan sebagai suatu kondisi ke­tidak­mam­puan baik secara individu, keluarga, mau­pun kelompok untuk me­menuhi ke­butuhan dasar hidup (sandang, pa­ngan, dan papan).

Jika demikian maka kemiskinan atau mis­­kin dipandang sebagai kondisi in­di­vidu atau kelompok yang tidak dapat me­menuhi hak-hak dasarnya secara la­yak. Bila dapat memenuhinya maka tidak miskin. Dari pengertian ini miskin atau ke­miskinan karena ketidak mampuan pemenuhan hak-hak dasar hidup.

Kemiskinan melalui pendekatan psikologi umumnya dipandang dari berperilaku sisi negatif seperti kotor, kumuh, malas, tidak disiplin, sulit diajak berubah, tidak mau berusaha lebih keras, suka jalan pintas, tidak menghargai waktu dan hanya berorientasi untuk masa kini.

Pendekatan psikologis tentang kemis­kin­an upaya mengubah pola pikir (mind-set) seorang atau sekelompok orang. Hal itu karena kemiskinan terjadi bukan hanya faktor individu tetapi kultural dan struk­tural. Psikologis kemiskinan atau orang miskin apa bila sulit mengakses la­­yanan umum seperti kesehatan, pen­di­dikan, memiliki posisi tawar rendah. Ber­sikap pasif dan acuh terhadap lingku­ngan.

Bicara kemiskinan banyak definisi dan banyak indikator harus dipahami, apa sesungguhnya kemiskinan itu. Dalam Ensiklopedia Internasional disebut­kan: Poverty is scarcity, death, or state of one who lacks a certain amount of material possessions or money.

Dari Ensiklopedia Internasional ini ter­nyata kemiskinan adalah tidak me­miliki apa-apa, atau pernyataan tentang orang yang tidak memiliki harta benda atau uang.

Mengapa orang tidak memiliki harta benda atau uang? Sudah pasti ada pe­nye­babnya. Ada kemiskinan absolut yak­ni se­seorang tidak mampu memenuhi ke­bu­tuhan mini­mum hidupnya disebab­kan fi­siknya. Sedangkan kemiskinan relatif jika seseorang atau sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang lain dalam suatu daerah.

Ada kemiskinan struktural yakni seorang atau sekelompok orang yang tetap miskin atau menjadi miskin karena struktur masyarakatnya yang timpang, yang tidak menguntungkan bagi golo­ngan yang lemah akibat kebijakan pe­me­rintah. Kemiskinan situasional yakni ter­jadi di daerah-daerah yang kurang me­nguntungkan. Kemiskinan kultural yakni ter­jadi karena kultur atau budaya ma­sya­rakatnya turun temurun (Mardi­min, 1996:24).

Berbagai definisi dan penyebab ke­miskinan ini tergantung dari sisi mana kita melihat kemiskinan itu. Tentunya berbagai indikator dibuat untuk menilai, menyatakan seseorang itu atau sekelom­pok orang itu miskin.

Tentang kemiskinan di Indonesia bisa dirujuk kepada Undang Undang (UU) RI Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pe­na­nga­nan Fakir Miskin. Pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber tetapi tidak mempunyai kemam­puan memenuhi kebutuhan dasar yang la­yak bagi kehidupan dirinya dan/atau ke­luar­ganya.

Pasal 1 ayat 1 UU RI Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pena­nganan Fakir Miskin, para penganggur dikategorikan miskin. Na­mun, sama sekali tidak mempunyai mata pen­ca­harian tetapi mempunyai ke­mam­puan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluar­ganya menjadi tidak miskin.

Kenyataannya Miskin

Begitu banyak definisi miskin, begitu ba­nyak indikator miskin kembali lagi ke­pada kenyataan yang ada, fakta yang di­alami, dirasakan seseorang atau se­ke­lom­pok orang. De­finisi miskin, indikator mis­kin, penyebab dikatakan miskin, se­muanya sah-sah saja akan tetapi akhirnya kepada seseorang atau sekelom­pok orang merasa dirinya miskin.

Belum lama ini ramai di media sosial mem­publikasikan adanya perwira ke­po­lisian yang memiliki surat miskin agar anak­nya diterima pada satu sekolah. Banyak orang menilai perlakuan perwira kepolisian itu tidak benar.

Banyak orang yang menilai perwira kepolisian itu tidak miskin adalah benar. Akan tetapi benar juga perwira kepo­lisian itu miskin sebab memiliki surat miskin. Hal ini bisa dikatakan perwira kepolisian itu miskin secara administrasi tetapi tidak miskin dalam kenyataan.

Mana yang dibenarkan. Miskin me­nurut surat miskin yang dibenarkan atau tidak miskin seperti yang dikatakan ba­nyak orang di media sosial. Tidak mudah un­tuk menya­takan miskin atau tidak mis­kin. Badan Pusat Statistik (BPS), institusi yang berwenang tentang data mendefi­nisi­kan kemiskinan diukur dengan kon­sep kemampuan memenuhi kebutuhan da­sar (basic needs approach).

Ada 14 kriteria miskin berdasarkan standar BPS. Lantas, pengertian kemis­kin­an di Indonesia secara resmi dibuat BPS. Hasil definisi kemiskinan yang di­buat lembaga BPS menjadi acuan, ru­jukan berbagai pihak.

BPS membuat definisi kemiskinan de­ngan kriteria besaran pengeluaran per orang per hari. Adapun 14 kriteria disebut se­seorang atau sekelompok orang miskin ada­lah: 1. Luas lantai bangunan tempat ting­gal kurang dari 8 meter bujursangkar per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bam­bu, rumbia, kayu berkualitas rendah, tem­bok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fa­silitas buang air besar,  bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber pene­rangan rumah tangga tidak menggu­na­kan listrik. 6. Sumber air minum ber­asal dari sumur, mata air tidak terlindung, sungai, air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak tanah. 8. Hanya meng­kon­sumsi daging, susu, ayam dalam satu kali seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Ha­nya sanggup makan sebanyak satu, dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup mem­bayar biaya pengobatan di Pus­kesmas, Poliklinik. 12. Sumber pengha­sil­an kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 meter bujur­sang­kar, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, bu­ruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan. 13. Pendidikan ter­tinggi kepala rumah tangga: tidak se­kolah, tidak tamat SD, tamat SD. 14. Tidak memiliki tabungan, barang yang mu­dah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit, non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Andai seseorang memiliki minimal 9 variabel dari 14 variabel maka terpenuhi untuk dikatakan miskin. Apakah kita (Anda) memiliki 9 variabel dari 14 varia­bel yang ada. Bila memilikinya ber­arti mis­kin menurut BPS. Bila tidak sam­pai 9 variabel berarti kita (Anda) tidak miskin.

BPS membeberkan, in­deks kemis­kin­an di Indonesia semakin memprihatinkan. Se­lama periode September 2016-  Maret 2017 Kepala BPS Suharyanto (17 Juli 2017) me­ngatakan, indeks kedalaman ke­miskinan Maret 2017 mencapai 1,83 naik dari September tahun lalu yang hanya 1,74. Bila indeks kedalaman (kemiskinan) naik maka tingkat kemiskinan semakin dalam.

Indeks menggambarkan jarak antara pengeluaran pen­duduk miskin dan garis kemiskinan akan semakin jauh sehingga kemiskinan akan semakin sulit untuk dientaskan. Indeks keparahan kemiskinan mengalami kenaikkan dari 0,44 pada September 2016 menjadi 0,48 pada Maret 2017. Faktor penyebab tingkat kemiskin­an semakin dalam dan parah September 2016 - Maret 2017 mencapai 2,24 persen disebabkan inflasi Maret 2016 ke Maret 2017 sebesar 3,61 persen. Total jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 27,77 juta orang pada Maret 2017. Angka ini naik sekitar 6.900 orang dibandingkan September 2016.

Kemiskinan menurut BPS ini gamba­ran kongkrit dari kondisi ekonomi ma­sya­rakt Indonesia dan teraplikasi dalam ke­hidupan sehari-hari bahwa kemiskinan di negeri ini nyata. Sangat memprihatin­kan.***

Penulis pemerhati masalah psikologi masyarakat, alumni Fakultas Psikologi UMA Medan.

()

Baca Juga

Rekomendasi