Dulu Terlilit Utang, Kini Jadi Pengusaha Konveksi

TAK punya modal lazimnya menjadi kendala bagi seorang calon pengusaha untuk membuat suatu produk. Namun kondisi itu tidak menyurutkan tekad Andri AB (28) untuk mendirikan bisnis konveksi dan produk fesyen outdoor bernama South Legend, pada 2011 lalu.

Meskipun tanpa menge­luar­kan materi yang berlebih untuk memulai usaha, toh Andri pun mampu mendulang hasil yang ma­nis. Pria asal Kabupaten Ban­dung ini pun berbagi suka-duka di awal menggagas South Legend.

“Satu-satunya modal saya un­tuk menjalankan usaha ini hanya­lah keberanian,” kata Andri.

South Legend menjual dan memproduksi aksesoris naik gu­nung, seperti jaket, tas, jas hujan, kaos, celana, topi hingga dompet. Ba­nyak pula brand besar yang menggu­nakan jasa makloon dari dia.

Sebelumnya, Andri hanyalah buruh di sebuah pabrik tekstil. Saat itu dia pernah terlilit hutang, ketika be­kerjasama dengan seo­rang pemodal dalam menja­lan­kan bisnis kredit.

“Dulu waktu kerja di pabrik itu saya juga usaha kredit seperti handphone dan yang lainnya. Tapi yang kreditnya itu banyak yang enggak bayar-bayar. Saya harus ganti rugi, tiap dapat gaji per bulan dipotong,” kenang dia.

Selama satu setengah tahun ak­hirnya Andri bisa melunasi se­mua hutangnya itu. Dia pernah beri­krar, jika seluruh hutangnya tuntas maka akan keluar dari tempatnya berkerja.

Hanya Rp600 ribu, gaji terak­hir yang dia terima dari tempat­nya be­kerja. Sementara, sebagai tulang punggung keluarga Andri harus membiayai tiga orang adik­nya yang kala itu masih sekolah.

Dengan bermodalkan kebera­nian, dia nekat membuat brosur membuka jasa konveksi. Padahal saat itu dia tak memiliki satu pun peralatan dan keahlian menjahit. Beruntung, Andri memiliki kena­lan pengusaha konveksi. Semua pesanan pelanggan dia alihkan kepada rekannya itu.

Namun Andri tak hanya seba­gai perantara. Dia merasa perlu mempelajari seluk-beluk proses pro­duksi, dari mulai hunting bahan, pemotongan hingga men­jadi pro­duk laik jual.

Meski proses produksi South Legend dibantu 25 orang tenaga kerja, tapi agar ekslusif paling ba­nyak setiap produk dibuat ha­nya 100 pieces.

“Dari situ saya mulai menyi­sih­kan sedikit-sedikit dari keun­tu­ngan untuk mendirikan kon­ve­ksi sendiri. Dan Alhamdulillah ada beberapa brand besar yang mengajak kerjasama,” tuturnya.

Berbekal pengalaman mem­pr­o­duksi produk fesyen outdoor mi­lik brand terkenal, akhirnya dia coba-coba membuat merek sen­diri. Yang pertama, dia membuat jas hujan multi fungsi. Kendati jas hujan, namun dari segi desain dibuat yang lebih fashionable agar bisa dipakai untuk sehari-hari. Soal bahan, dia juga tak ingin memakai yang asal-asalan.

“Agar ekslusif paling banyak setiap produk saya dibuat hanya 100 pieces. Kalau yang lain bisa sampai 600 bahkan 1.000 pie­ces,” paparnya.

Dibantu 25 pekerja, dia me­ng­a­ku, kini bisa meraup omset hi­ng­ga Rp 300 juta per bulan. Disampaikan, memanfaatkan ja­ri­ngan adalah salah satu kunci­nya. Ya, Andri aktif pada bebe­ra­pa organisasi. Hal itu cukup efektif untuk memasarkan produk South Legend. Karena itu pula, kini produk garapan Andri sudah terbang ke Negara Malaysia bah­kan Jepang.

“Kenapa saya pakai nama So­uth Legend, karena di awal-awal itu yang pesan teman-teman dari kawasan Bandung Selatan, se­perti Ciwidey dan Panga­le­ngan,” bebernya.

Disinggung soal tips, pria tamatan Sekolah Teknik Mene­ngah (STM) ini mengaku hanya menye­rahkan segalanya kepada Sang Pencipta. Dimana, ketika menebalkan spritual dia merasa usahanya pun kian lancar.

“Ketika mencintai Allah mele­bi­hi dari apapun atau siapapun, maka kita akan diberikan cinta-cintanya yang lain. Kita diberikan jalan untuk bertemu orang-orang seperti pembeli atau rekan bis­nis,” pungkasnya. (int)

()

Baca Juga

Rekomendasi