OBSESI Lembaga Tobadream melahirkan album Batak yang menampilkan penyanyi-penyanyi muda akhirnya tercapai. Capaian ditandai peluncuran album Tobadream Rising Star (TRS) di Tobadream Cafe Jakarta, akhir pekan lalu.
Sepuluh penyanyi dalam album ini merupakan finalis Tobadream Vocal Contest 2016. Seluruhnya ‘muka baru’ di blantika musik Batak. Dan 10 lagu yang dibawakan karya para pencipta lagu muda. Bahkan menariknya, ada dua penyanyi dan seorang pencipta lagu yang bukan berdarah Batak terlibat dalam album ini. Kedua penyanyi itu adalah Yuninta Indryani yang membawakan lagu berjudul Holan Hata dan Chriselda Armani mengalunkan Dang Ingothonku Be Ho) sementara pencipta lagunya Alan Budi Kusuma (Pature Hutai).
Tobadream Vocal Contes adalah ajang lomba nyanyi yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun oleh lembaga Tobadream sejak 2007.
Viky Sianipar, produser dari Lembaga Tobadream menjelaskan, selain menampilkan penyanyi-penyanyi muda berbakat, lagu-lagu dalam album TRS merupakan ciptaan dari para pencipta lagu muda.
“Pada April lalu, kami mencoba berbagi via Facebook membuat semacam sayembara dengan tagline ‘Batak Song Wanted’. Ternyata direspon luar biasa. Terkirim ratusan video dengan materi lagu baru. Karya yang dikirimkan juga bagus-bagus. Namun kami harus memilih 10 dari ratusan lagu yang dikirim peserta,” jelas Viky Sianipar.
Disebutkan, meski begitu, tidak menutup kesempatan buat lagu-lagu yang tidak terpilih. Bisa saja di waktu-waktu mendatang dipakai atau dipilih untuk project album lain.
Viky mengaku, banyak tantangan menarik dihadapinya dalam proses penggarapan album TRS. Khususnya dalam mencari ‘benang merah’ antar lagu sehingga ‘nyambung’ dan enak didengar secara keseluruhan.
“Tiap penyanyi punya karakter suara berbeda. Ini bagian paling sulit karena menyangkut karakter suara ‘kan tidak ada kurikulumnya. Beda dengan belajar bermain gitar. Tetapi berkat kerja keras tim, tantangan itu berhasil diatasi,” tuturnya.
Ditambahkan, dilibatkannya guru vokal Dodi Katamsi dalam project kali ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas vokal para penyanyi. “Kita ingin kualitas suara dan komposisi musik yang diampilkan dalam album ini setara dengan musik nasional,” ungkapnya.
Selain berusaha keras meningkatkan kualitas vokal para penyanyi, sambung Viky, pihaknya juga berupaya agar mereka dapat memenuhi seluruh unsur sesuai tuntutan industri musik.
“Suara yang bagus belum cukup untuk jadi modal bersaing di industri musik. Karena itu, para penyanyi juga digembleng untuk mempercantik penampilannya. Bahkan mereka juga dibantu bagaimana menghadapi wartawan. Semuanya adalah wajah-wajah baru yang berpotensi menjadi bintang Batak masa depan. Semoga persembahan kami ini mendapat sambutan baik dari masyarakat,” tukasnya.
Menyelamatkan budaya
Lebih lanjut Viky menerangkan, kiprah lembaga Tobadream di bidang musik merupakan bagian dari upaya melestarikan seni dan budaya Batak yang kini semakin tergerus kemajuan jaman.
Misi melestarikan seni dan budaya Batak yang dijalankan Tobadream lahir dari kegelisahan sang pendiri, Monang Sianipar yang tak lain adalah ayah kandung Viky Sianipar yang bertindak selalu executive producer album TRS.
“Pak Monang gelisah melihat seni dan budaya Batak yang semakin terkikis. Salah satu cara mengantisipasi punahnya seni dan budaya Batak adalah dengan melibatkan anak-anak muda. Sebab mereka yang akan menjalani kehidupan sampai 50 tahun ke depan. Kita persiapkan mereka sebagai aktor yang akan terus menjaga kelestarian seni dan budaya Batak. Ini sejalan dengan misi Lembaga Tobadream untuk menyelamatkan musik, budaya dan alam,” pungkasnya. (rm)